tirto.id -
Kementerian Pertanian (Kementan) berkomitmen untuk meningkatkan kualitas petani Indonesia agar mampu bersaing di tengah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Kalau tidak kita siapkan dari sekarang, tidak menutup kemungkinan tenaga kerja asing akan bekerja di sektor pertanian kita," kata Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Heri Suliyanto, dalam acara Training of Master Trainer Pendampingan Mahasiwa/Alumni, di sentra produksi pangan 2016, di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu, (16/3/2016).
Menurut dia, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pertanian adalah program pendampingan mahasiswa dan penumbuhan wirausahawan muda pertanian 2016.
Heri mengatakan, persiapan petani Indonesia harus menjadi perhatian. Pasalnya, merujuk data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat pendidikan masyarakat petani masih rendah. Menurut data tersebut, 88 persen petani Indonesia merupakan lulusan sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP).
"Ada di satu kawasan pertanian, petani lulusan SMA yang kita temukan jumlahnya hanya dua orang saja," kata Heri menceritakan.
Kalau tingkat pendidikan rendah, lanjut Heri, maka petani akan mengalami kesulitan untuk menerapkan teknologi dan ilmu pengetahuan pertanian yang telah dihasilkan, baik dari badan penelitian maupun perguruan tinggi.
"Kalau petani tidak bisa mengakses teknologi dan ilmu pengetahuan yang telah kita hasilkan, bisa jadi program pertanian berjalan tidak optimal," kata Heri.
Melihat situasi yang terjadi, lanjut Heri, ada indikasi pekerja asing akan masuk ke sektor pertanian di Indonesia, seperti yang pernah terjadi di sektor perikanan.
Heri mencontohkan perkebunan kelapa sawit ada yang didanai oleh pengusaha luar negeri, pemilik orang luar negeri, dan teknologi yang dipakai juga dari luar negeri sehingga tidak menutup kemungkinan perusahaan tersebut memperkenalkan tenaga ahli dari luar negeri.
"Persaingan terjadi karena kualitas yang tinggi. Persiapan SDM petani menjadi perhatian penting," kata Heri.
Heri mencontohkan, seperti Vietnam, pengembangan sumberdaya manusia pertaniannya lebih tinggi dari Indonesia. Padahal dari sisi luas wilayah, negara jajahan Perancis tersebut kurang dari luas Jawa Barat.
"Melalui alat dan teknologi yang dihasilkan oleh negara kita, akan mempercepat petani untuk menerapkannya. Introduksi teknologi yang masif, harapan terjadi regenerasi yang masif, pertanian akan diisi orang-orang yang terdidik," kata Heri.