Menuju konten utama

Kemenkop-UKM Sebut PHK akan Makin Besar jika Impor Ilegal Marak

Masuknya produk impor ke Indonesia membuat produk dalam negeri sulit bersaing, terutama produk fesyen dan consumer goods.

Kemenkop-UKM Sebut PHK akan Makin Besar jika Impor Ilegal Marak
Pelaksana Tugas Deputi Bidang UKM, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKop UKM), Temmy Setya Permana, ditemui usai acara JITEX di Senayan, Jakarta, Rabu (7/8/2024). tirto.id/ Faesal Mubarok

tirto.id - Pelaksana Tugas Deputi Bidang UKM Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKop-UKM), Temmy Setya Permana, mengatakan bahwa gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) akan semakin marak terjadi jika arus barang impor ilegal semakin terbuka dan membanjiri Tanah Air.

Temmy pun menyoroti kecenderungan pelaku usaha yang beralih ke usaha mikro karena serbuan barang impor.

"Kalau dibiarkan, pasti (banyak PHK). Makanya kalau nanti tiba-tiba usaha mikro semakin banyak, saya enggak heran," ujar dia usai acara JITEX di Senayan, Jakarta, Rabu (7/8/2024).

Temmy juga menjelaskan bahwa masuknya produk impor ke Indonesia membuat produk dalam negeri sulit bersaing, terutama produk fesyen dan consumer goods.

"Fenomena ini membuat banyak pabrik tutup. Tahun ini, ada enam pabrik tutup dan menghilangkan sekitar 11.000 tenaga kerja. Kalau ini dibiarkan terus, produk kita enggak bisa bersaing. Kalau impor tidak dibenahi dengan serius," ungkap dia.

Ke depannya, Kemenkop-UKM berharap akan ada pembatasan importasi barang agar menyelamatkan pelaku usaha di dalam negeri.

"Fesyen kita enggak akan bisa bersaing karena bahan bakunya masih impor. Produk Cina masuk dengan jumlah yang besar, variasi model yang beragam, harganya jauh lebih murah," tutur Temmy.

Selain itu, Temmy juga menyebut impor ilegal berpotensi menyebabkan kehilangan serapan 67 ribu tenaga kerja dengan total pendapatan karyawan mencapai Rp2 triliun per tahun. Tak hanya itu, Indonesia juga terancam kehilangan potensi produk domestik bruto (PDB) multisektor tekstil dan produk tekstil (TPT) sebesar Rp11,83 triliun per tahun.

Temmy juga mengatakan dalam 10 tahun ke depan Indonesia dihadapkan pada masalah deindustrialisasi. Namun, saat ini dia menyoroti bahwa fase deindustrialisasi sudah terasa dari data-data yang dihimpun.

Saya rasa dalam waktu 10 tahun ke depan kita bisa terjadi deindustrialisasi. Sekarang sudah terjadi deindustrialisasi. Data PDB kita sudah di bawah 20 persen, dampaknya lapangan kerja akan semakin berkurang,” ujar Temmy.

Dia menjelaskan bahwa pelaku usaha yang memiliki modal saat ini punya kecenderungan enggan berinvestasi untuk membangun manufaktur baru atau pabrik baru. Pelaku usaha lebih memilih produk bahan baku impor yang jauh lebih murah.

Mereka lebih cenderung membeli produk impor yang harganya lebih murah, bisa langsung mendapatkan profit,” ungkap Temmy.

Baca juga artikel terkait IMPOR ILEGAL atau tulisan lainnya dari Faesal Mubarok

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Faesal Mubarok
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Fadrik Aziz Firdausi