Menuju konten utama

Kemenkes: Hoaks Ulat Kucing Bisa Bunuh Manusia

Kemenkes mengimbau jika masyarakat terkena ulat kucing bisa langsung mencuci area tubuh yang tersengat dengan air serta sabun.

Kemenkes: Hoaks Ulat Kucing Bisa Bunuh Manusia
Foto Periksa Fakta Ulat Amerika. foto/Hotline periksa fakta tirto

tirto.id - Viral video di media sosial ulat berbulu dapat menyebabkan kematian dalam waktu empat jam setelah menyuntikkan racunnya. Namun, asal usul ancaman dari ulat berbulu ini belum jelas.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) buka suara terkait hal itu. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, menuturkan, ulat berbulu itu merupakan puss caterpillar atau ulat kucing atau ulat asp yang banyak ditemukan di wilayah selatan Amerika Serikat.

Ulat ini memang beracun. Sengatan ulat itu dapat menimbulkan reaksi yang berbeda pada setiap orang. Sengatan tersebut berbahaya bagi orang yang menderita reaksi ekstrem terhadap gigitan serangga.

"Faktanya memang beracun, tapi tidak ada fakta yang menyebutkan kalau ulat ini bisa membunuh manusia. Hoaks itu," kata Nadia dalam keterangannya, Selasa (27/2/2024).

Dia menyebutkan, jika terkena sengatan ulat berbulu tersebut, masyarakat bisa langsung mencuci area tubuh yang tersengat dengan air serta sabun. Hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa sakit akibat sengatan.

Nadia juga mengimbau, warga bisa menggunakan krim anti-gatal ketika sengatan ulat berbulu itu mulai terasa gatal. Jika gejala yang dirasakan semakin parah, warga disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter.

“Segera ke dokter sekiranya ada alergi terhadap gigitan serangga atau jika dirasa gejala terasa lebih parah," ucap Nadia.

Penulusuran Fakta

Sebelumnya, tim riset Tirto menelusuri klaim ini dengan memasukkan kata kunci "ulat Amerika di indonesia" ke mesin penelusuran Google. Rupanya, narasi soal ulat bulu ini mulanya muncul di kalangan warga Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Namun demikian, Kepolisian Resor (Polres) Pamekasan Madura telah menyatakan kabar itu hoaks. Wakapolres Pamekasan, Kompol Andy Purnomo, memastikan ulat ini tidak dijumpai di Indonesia.

"Itu kabar yang tidak benar dan mohon masyarakat agar tidak percaya hal tersebut," katanya, mengutip Tempo, Minggu (25/2/2024).

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga sudah menyatakan klaim ini hoaks dan menyebut ulat bulu yang tampak dalam video merupakan jenis puss caterpillar (ulat kucing) atau ulat asp.

Tirto kemudian menelusuri terkait ulat kucing yang disebut berasal dari Amerika Serikat (AS) ini. Dilansir NPR, ulat kucing dapat ditemukan di negara bagian AS, seperti New Jersey, Florida, hingga Texas. Sebagai salah satu ulat paling berbisa di AS, kebanyakan ulat tersebut dijumpai ketika secara tidak sengaja jatuh dari pohon atau ketika orang sedang membuang dedaunan di sekitar rumahnya.

Ulat tersebut dapat tumbuh hingga panjang sekitar 1 inci dan ditutupi bulu berwarna abu-abu dan oranye, yang memiliki kelenjar racun di dasarnya, menurut Institut Ilmu Pangan dan Pertanian Universitas Florida. Meski rasa sakit yang disebabkan oleh sengatan ulat kucing ke setiap orang bervariasi, ahli etimologi Molly Keck dari Texas A&M AgriLife Extension Service mengatakan, racun tersebut bisa berbahaya bagi individu yang menderita reaksi ekstrim terhadap gigitan serangga.

“Beberapa mungkin hanya mengalami ketidaknyamanan lokal yang berlangsung dalam waktu singkat. Yang lain mungkin mengalami gejala yang lebih parah seperti anafilaksis atau perlu mencari pertolongan medis,” kata Keck, seperti dikutip NPR.

Pada 2014 silam, National Geographic melaporkan, ulat kucing saat itu sempat membuat orang-orang di AS bagian timur harus dirawat di rumah sakit, tetapi tak ada keterangan soal tewasnya 16 anak-anak akibat sengatan ulat tersebut. Ahli Entomologi Universitas Florida, Don Hall, mengatakan sengatan ulat kucing terasa seperti sengatan lebah, hanya saja lebih parah.

“Seberapa parah sengatannya tergantung di mana Anda tersengat dan berapa banyak duri yang menempel di kulit Anda. Orang yang pernah tersengat di tangan mengatakan rasa sakitnya bisa menjalar hingga ke bahu dan berlangsung hingga 12 jam,” kata Hall, menukil National Geographic.

Baca juga artikel terkait ULAT AMERIKA atau tulisan lainnya dari Muhammad Naufal

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Muhammad Naufal
Penulis: Muhammad Naufal
Editor: Intan Umbari Prihatin