Menuju konten utama

Kemenhub Targetkan Penuhi Standar Penerbangan Internasional

Kemenhub Targetkan Penuhi Standar Penerbangan Internasional

tirto.id -

Kementerian Perhubungan mengemukakan optimismenya terkait peluang Indonesia untuk lolos standar keselamatan penerbangan dari Organisasi Penerbangan Sipil Dunia ( International Civil Aviation Organization/ICAO) yang akan dinilai pada April mendatang.

Hal ini disampaikan oleh Utusan Khusus Kementerian Perhubungan untuk pemilihan Anggota Dewan ICAO 2016-2019 Indroyono Soesilo dalam pertemuan ICAO Global Aviation Dialogues on Market Based Measures (GLADS on MBM) 2016 dengan sejumlah negara di Denpasar, Selasa, (29/3/2016).

"Insya Allah bulan April ini akan diaudit oleh ICAO terkait keselamatan penerbangan, harapan besar kami, Mei sudah lolos," katanya.

Indroyono mengatakan bahwa Indonesia baru memperoleh skor 45 dari batas minimal 65 dalam standar Universal Safety Oversight Audit Programme (USOAP) ICAO.

"Artinya, harus mencari minimal 20, Insya Allah bisa. Saya baru pulang dari Montreal, mereka juga optimistis, tapi pernyataan tersebut belum resmi, mereka minggu kedua April ini akan 'off site audit'," katanya.

Indroyono menjelaskan bahwa 'off site audit' merupakan proses audit yang dilakukan di Markas ICAO di Montreal dan pihak Indonesia akan mengirimkan data-data yang akan dinilai melalui internet.

Adapun, dia menyebutkan, komponen-komponen yang dinilai, di antaranya regulasi, navigasi, kelaikan udara, bandara, investigasi kecelakaan penerbangan, pelatihan dan sebagainya.

Indroyono mengungkapkan bahwa Indonesia sudah mencapai skor tinggi dalam Universal Security Audit Programme (USAP) ICAO, yaitu 94,5. Apabila angka ini mampu dipertahankan, maka Indonesia dapat mengirimkan kembali maskapainya untuk terbang ke wilayah Amerika Serikat mengingat Indonesia juga tengah mengejar peringkat standar penerbangan Amerika Serikat, yaitu Federal Aviation Administration (FAA). Indonesia tengah menargetkan untuk naik dari peringkat 2 ke peringkat 1.

"Nanti Garuda Indonesia bisa terbang lagi ke Amerika Serikat, seperti tahun 1986," katanya.

Dia mengatakan aspek penilaian (annexes) ICAO lebih banyak dibanding annexes FAA, jadi kemungkinan besar apabila lolos ICAO, maka Indonesia juga akan lolos di FAA.

"Ada lebih dari 10.000 komponen yang dinilai dalam ICAO dan ICAO itu sifatnya ya atau tidak, 'comply' (memenuhi) atau 'not comply' (tidak memenuhi)," katanya.

Dia menjelaskan keuntungan Indonesia apabila menjadi Anggota Dewan ICAO, yakni dapat berkontribusi menentukan kebijakan penerbangan dunia, baik itu soal keamanan, keselamatan maupun lingkungan yang berdampak pada penerbangan dunia.

Indonesia juga pernah menjadi anggota Dewan ICAO Kategori III tahun 1963-2001, kemudian pada tahun 2001 Indonesia gagal terpilih hingga periode pemilihan berikutnya yaitu pada tahun 2004, 2007 dan 2013. (ANT)

Baca juga artikel terkait FAA atau tulisan lainnya

Reporter: Putu Agung Nara Indra