Menuju konten utama

Kemenhub Buka Peluang Bikin Aturan Tarif untuk Taksi Listrik

Budi Setiyadi menyatakan Kemenhub siap membuat aturan baru soal tarif taksi listrik. 

Kemenhub Buka Peluang Bikin Aturan Tarif untuk Taksi Listrik
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi mencoba mengendarai bus rapid transit (BRT) yang telah dirakit di pabrik karoseri Laksana di Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (20/7/2018). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

tirto.id - Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Kemenhub, Budi Setiyadi, mengatakan terbuka kemungkinan ada aturan baru yang khusus mengatur tarif taksi yang menggunakan mobil listrik.

"Harga [tarif taksi listrik] belum ditentukan, sementara pakai harga yang lama. Tapi kalau memang ada perubahan, nanti kita buat. Secepatnya," kata dia di Kantor Pusat Blue Bird, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Senin (22/4/2019).

Dia mengatakan saat ini tarif taksi konvensional berada di kisaran harga Rp6.500/km. Oleh karena belum ada aturan baru, kata dia, tarif taksi listrik sementara berada di kisaran nilai itu.

Pernyataan Budi itu menyusul langkah Blue Bird yang akan mengoperasikan 30 mobil listrik untuk layanan taksi reguler dan eksekutif pada Mei 2019.

Budi menambahkan Kemenhub juga sedang mendorong Transjakarta dan Damri untuk memakai kendaraan bertenaga listrik sebagai sarana transportasi umum.

Menurut Budi, biaya operasional taksi listrik kemungkinan lebih murah daripada taksi yang memakai kendaraan berbahan bakar BBM.

Selain itu, kata dia, ada promo dari PT PLN (Persero) untuk isi ulang baterai mobil listrik yang diisi ulang pada pukul 10 malam sampai jam 4 pagi di rumah masing-masing pemilknya. Budi menaksir, promo ini bisa menghemat biaya bahan bakar mobil listrik hingga lebih murah 40 persen dari BBM.

"Saya kira seperti itu, yang jelas operasional [taksi listrik] lebih murah ketimbang [pakai] bahan bakar [BBM]. Apalagi ada diskon [isi ulang baterai]," jelas dia.

Sementara itu, Direktur PT Blue Bird Tbk, Adrianto Djokosoetono mengatakan perusahaannya belum menargetkan untung dari pengoperasian 30 unit taksi listrik. Langkah ini, kata dia, merupakan bagian dari program riset dan pengembangan (R&D).

"[tarif] Masih sama dengan Blue bird lainnya karena saat ini belum dapat mobil [listrik] murah," kata dia.

Meski demikian, ia mengisyaratkan tarif taksi listrik masih sulit untuk dipatok lebih murah daripada taksi yang memakai kendaraan berbahan bakar BBM.

"Walaupun [biaya] charge-nya lebih murah, bensin memang mahal tapi SPBU-nya [tempat isi ulang baterai mobil listrik] di mana? Soal tarif [taksi listrik], tarifnya sama," tambah Andrianto.

Baca juga artikel terkait MOBIL LISTRIK atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Addi M Idhom