Menuju konten utama

Kecurigaan Tim Kampanye Jokowi atas Motif Hoaks Ratna Sarumpaet

Hoaks yang dibuat Ratna Sarumpaet menarik perhatian publik sejak awal pekan ini.

Kecurigaan Tim Kampanye Jokowi atas Motif Hoaks Ratna Sarumpaet
Aktivis Ratna Sarumpaet tiba di Mapolda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan di Jakarta, Kamis (4/10/2018). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

tirto.id - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Arsul Sani menilai ada kemungkinan teknik propaganda yang dikenal dengan nama "firehose of the falsehood" digunakan dalam penyebaran hoaks pemukulan Ratna Sarumpaet.

Penilaian itu disampaikan Arsul menanggapi status tersangka yang kini menjerat Ratna. Polisi telah menetapkan Ratna sebagai tersangka karena menyebar kabar bohong seputar pemukulan dirinya.

"Teknik propaganda ini berciri khas melakukan kebohongan-kebohongan nyata guna membangun ketakutan publik, dengan tujuan mendapatkan keuntungan posisi politik sekaligus menjatuhkan posisi politik lawannya yang dilakukan lebih dari satu kali atau secara terus menerus (repetitive action)," kata Arsul dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, Jumat (5/10/2018).

Ratna menyandang status tersangka karena diduga melanggar Pasal 14 dan Pasal 15 UU No 1 tahun 1946 tentang tindak pidana membuat kegaduhan di masyarakat dengan menyebarkan hoaks dan Pasal 28 ayat (2) UU ITE.

Hoaks yang dibuat Ratna menarik perhatian publik sejak awal pekan ini. Hoaks muncul setelah beredar foto dirinya yang mengalami lebam pada muka.

Awalnya, Ratna mengaku dipukuli sejumlah orang di Bandung pada 21 September 2018. Akan tetapi, ia akhirnya mengakui bahwa pengakuan itu bohong. Lebam di wajahnya disebut merupakan dampak dari operasi sedot lemak di sebuah rumah sakit kecantikan di kawasan Jakarta Pusat.

Arsul curiga teknik "firehose of the falsehood" sudah digunakan lebih dari sekali. Ia menyebut kabar pembakaran mobil Neno Warisman pada 18 Juli lalu sebagai contohnya.

Saat itu, ada kabar bahwa mobil Neno Warisman dibakar oleh orang. Setelah diselidiki, terbakarnya mobil Neno diketahui akibat korsleting.

"Selain ciri berusaha menimbulkan ketakutan pada publik, teknik propaganda ini juga disertai teknik 'playing victim' yakni menimbulkan kesan publik bahwa pelaku pembohongan adalah korban yang teraniaya oleh satu pihak yang diasosiasikan dengan kelompok penguasa," kata Arsul.

Pendapat lain dikemukakan Anggota Dewan Penasihat TKN Grace Natalie. Ia bersyukur polisi telah menangkap Ratna dan menetapkannya sebagai tersangka kasus hoaks.

Menurut Grace, hoaks dari Ratna beberapa hari lalu bisa berbahaya jika tidak segera terbongkar. Ia menyebut kabar bohong dari Ratna berpotensi memecah belah masyarakat.

"Bayangkan kalau rakyat benar-benar menyangka bahwa Bu Ratna memang dianiaya secara sadis. Tidakkah itu akan menimbulkan kemarahan dan bahkan pembalasan berbentuk serangan fisik?" kata Grace dalam pesan tertulis kepada wartawan.

Terakhir, pendapat dikemukakan Wakil Ketua TKN Abdul Kadir Karding. Menurutnya, Ratna memiliki motif memberi cap kepada Jokowi sebagai pemimpin yang zalim. Motif itu menjadi dasar dibuat dan disebarkannya hoaks pemukulan Ratna.

"Oleh karena itu seluruh dugaan penyebaran hoaks menurut saya polisi harus memproses secara hukum dan harus dicari betul. Karena itu sangat merugikan," tutur Karding.

Baca juga artikel terkait KASUS PENGEROYOKAN atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Politik
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Alexander Haryanto