tirto.id - Silang pendapat di antara partai koalisi pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amien kembali mencuat ke publik. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) lagi-lagi jadi partai yang memicu perbedaan pendapat tersebut.
Setelah beda pendapat dengan PPP dan PKB soal peraturan daerah berbasis agama, politikus PSI kini beradu argumen dengan politikus Golkar terkait “Kebohongan Award” yang diberikan PSI untuk Andi Arief dan kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.
Sikap PSI ini dikritik Roem Kono, politikus Partai Golkar. Roem Kono tak sependapat dengan penghargaan tersebut. Ia menyarankan PSI seharusnya cukup mengingatkan saja.
“Kan, bukan budaya kita,” kata Roem Kono di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, Sabtu (5/1/2019).
Roem juga meminta semua pihak menyerahkan dugaan hoaks dalam twit Andi Arief soal 7 kontainer surat suara kepada polisi.
“Jangan menambah-nambah gaduh, Jangan menambah-nambah gaduh, jangan mengada-ada, sesuatu yang tidak perlu dilakukan itu menambah keruh,” kata Roem.
Pernyataan Roem ditanggapi Dara Adinda Nasution, juru bicara PSI. Dara meminta Roem menghargai upaya PSI membersihkan hoaks dan bukan memberi komentar yang merugikan PSI.
“Jangan saling menegasikan keberadaan satu sama lain,” kata Dara melalui keterangan tertulisnya, Senin (7/1/2018).
Menurut Dara, Roem tak sadar dengan perkembangan kampanye yang kreatif di zaman kiwari. Dia berharap Roem Kono bisa belajar dari PSI untuk menjaga Indonesia terbebas dari bahaya hoaks.
Tak hanya meminta Roem belajar, Dara juga menyinggung soal sikap PSI yang tak menganggap Golkar bikin gaduh saat sejumlah kadernya terjerat kasus korupsi.
“Kami menganggap kasus itu sebagai kasus hukum yang harus dijalankan dalam konteks negara hukum,” ucapnya.
Masih Berusaha Untuk Solid
Sekretaris Jenderal PSI Raja Juli Antoni mengatakan baku debat Roem dan Dara sudah selesai. Toni, sapaan akrabnya, berkata ia sudah menjelaskan keberatan PSI dan tak akan memperpanjang polemik ini kepada Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily.
Menurut Toni, Ace menyebut pernyataan Roem bukan sikap resmi partai. Melalui Ace pula, kata Toni, dirinya mencoba menenangkan ketegangan tersebut. Oleh karena itu, Toni berkeyakinan masalah ini tak bakal memengaruhi urusan kedua partai memenangkan Jokowi.
“Saya sudah klarifikasi ke Dara. Ace juga sudah klarifikasi juga ke Roem dan Andi Sinulingga. Insya Allah TKN solid,” kata Toni kepada reporter Tirto.
Sementara itu, Ace Hasan Syadzily mengatakan masalah ini sudah selesai. Kedua politikus, kata dia, hanya salah paham dan Roem hanya mengimbau semua pihak untuk tidak saling mencampuri masalah masing-masing.
“Itu urusan PSI sama Andi Arief. Itu, kan, enggak perlu ditanggapi juga,” kata Ace kepada reporter Tirto.
Saat dihubungi terpisah, Roem Kono mengatakan masalah dengan PSI sudah selesai. Roem mengaku menghargai PSI sebagai partai muda yang punya cara dan semangat berbeda.
“Sudah selesai. Saya hargai mereka punya semangat yang lain. Saya berikan apresiasi saja. Yang penting jangan lewat dari koridor-koridor dan berpegang pada nilai-nilai bangsa kita,” katanya singkat kepada reporter Tirto, Selasa (8/1/2019).
Wakil Ketua TKN Abdul Kadir Karding mendukung tindakan PSI soal “Kebohongan Award.” Menurutnya, tindakan PSI merupakan cara mereka untuk membangkitkan kesadaran publik. Soal pertikaian Roem Kono dan Dara, Karding meminta tetap menjaga kekompakan dengan tetap tenang menjelang Pilpres 2019.
“Tentu kami berharap semua akan baik-baik saja. Kerja-kerja tetap solid, ini soal gimmick masing-masing partai saja,” kata Karding.
Beda Gaya Kampanye dan Memicu Konfrontasi
Adjie Alfaraby, peneliti Lingkaran Survei Indonesia, menilai kedua partai memang berbeda fokus satu sama lain. Sebagai partai yang belum lama berkecimpung dalam dunia politik, PSI memang sering membangun narasi yang mengundang atensi publik.
Menurut Adjie, PSI tidak memiliki tokoh yang cenderung kuat dibanding partai pengusung Jokowi. Ini memaksa mereka membuat cara kampanye berbeda buat meningkatkan popularitas. Gaya mereka pun cenderung aktif di media sosial.
“PSI memang berusaha untuk muncul dominan. Mereka muncul dalam isu-isu kuat yang ada sensasinya,” kata Adjie kepada reporter Tirto.
Pada sisi lain, kata Adjie, Golkar merupakan partai senior yang punya banyak tokoh di daerah yang penduduknya tak familiar dengan media sosial. Oleh karena itu, Adjie memandang wajar jika Golkar punya gaya kampanye cukup tenang.
“Mereka lebih ingin main di daerah, menjaga ketenangan, dan melihat bahwa potensi di sana lebih baik daripada harus menimbulkan keributan di media sosial,” ucap Adjie.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Watch Ujang Komaruddin menilai “Kebohongan Award” telah membuat gaduh. Kegaduhan itu, kata Ujang, sengaja dibuat untuk menaikkan pamor keterkenalan.
“Walaupun belum tentu menaikkan kesukaan,” kata Ujang kepada reporter Tirto.
Pada sisi lain, Ujang memandang gaya PSI ini merupakan gaya mereka untuk mempublikasikan diri, terlebih politik Indonesia cenderung tak memperdulikan masalah etis atau tidak.
“Namun jika gaya seperti itu yang dikembangkan. [Itu sama saja] Membuka perlawanan dan konfrontasi, dan akan membuat politik menjadi gaduh,” kata Ujang.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Mufti Sholih
