Menuju konten utama

Kebakaran 50 Hektare Lahan Gambut Terjadi di Aceh

Ada empat titik lokasi terjadi pembakaran lahan gambut yang ditemukan dengan luas sekitar 50 hektare.

Kebakaran 50 Hektare Lahan Gambut Terjadi di Aceh
Petugas pemadam kebakaran dibantu Masyarakat Peduli Api (MPA) menyemprotkan air ke arah semak belukar saat kebakaran lahan gambut di Pekanbaru, Riau, Senin (3/4). ANTARA FOTO/Rony Muharrman.

tirto.id - Kebakaran terjadi di lahan gambut seluas 50 hektare di beberapa bagian Aceh barat. Peristiwa ini pun menimbulkan kabut asap di kota kabupaten itu, Meulaboh.

Komandan Komando Rayon Militer Johan Pahlawan, Kapten Inf Sudarsono di Meulaboh, Jumat (21/7/2017), mengatakan, kebakaran lahan gambut tersebut diduga terjadi akibat pembukaan lahan dengan cara yang tidak ramah lingkungan.

"Ada empat titik lokasi terjadi pembakaran lahan yang kami temukan dengan luas sekitar 50 hektare. Sedang didata dan mencari siapa pemilik lahan yang terbakar," katanya di sela upaya pemadaman api di lahan gambut yang ada di Dusun Ujong Beurasok, Desa Lapang, Kecamatan Johan Pahlawan.

Prajurit TNI dari Koramil Johan Pahlawan, Kodim 0105 Aceh Barat, serta Kepolisian Aceh Barat membantu memadamkan api yang membakar lahan gambut secara manual.

"Kita antisipasi dan padamkan dengan peralatan seadanya agar tidak sampai ke jalan dan pemukiman, api sulit dipadamkan karena sumber air di sini juga tidak ada. Ditambah lagi kondisi cuaca daerah kita cukup terik karena kemarau," kata Sudarsono dilansir dari Antara.

Kepala Dusun Ujong Barasok Zainuddin mengatakan kebakaran lahan gambut di daerahnya sudah terjadi sejak Rabu (19/7/2017) siang dan saat ini api masih meluas.

"Lokasi terbakar lahan gambut sangat sulit dijangkau dengan armada pemadam kebakaran, selain lokasi jauh dari jalan, juga tidak tersedia sumber air yang dekat. Bisa jadi terus meluas bila tidak hujan," katanya menjelaskan.

Ia menuturkan perangkat dusun sedang mencari pemilik lahan yang terbakar untuk mencari tahu penyebab kebakaran.

Sebelumnya, Senin (20/2/2017), dua puluh hektare lahan gambut di Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, terbakar.

"Informasi yang kita peroleh, lokasi tersebut sudah terbakar selama empat hari," kata Sekretaris Manggala Agni Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau Ihsan Abdillah.

Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Riau melakukan patroli udara setelah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pekanbaru, pada Senin pagi mendeteksi lima titik api, empat di antaranya di Rokan Hilir.

Dalam patroli udara menggunakan Helikopter Bell 412 bantuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tersebut, menurut Ihsan, Satuan Tugas menemukan dua titik api yang masing-masing seluas 10 hektare.

"Sesuai data BMKG ada dua titik api dengan tingkat kepercayaan 100 persen. Kedua titik api lokasinya saling berdekatan," ujarnya.

Menindaklanjuti banyaknya kebakaran lahan gambut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) minta pemanfaatan lahan gambut untuk tujuan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat tidak mengabaikan aspek kelestarian lingkungan, terutama penjagaan kondisi hidrologis dan keutuhan ekologis kubah gambut.

Pemerintah telah menargetkan restorasi gambut tahun 2017 bisa mencakup 400 ribu hektare lahan. Hingga 2020, pemerintah menargetkan restorasi mencakup lahan gambut seluas dua juta hektare di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Papua.

Untuk mencapai target tersebut, Presiden mengatakan, Badan Restorasi Gambut (BRG) yang dibentuk dua tahun lalu perlu menjalin kerja sama dengan seluruh kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah.

"Perlindungan dan pemulihan fungsi ekologis kubah gambut sangat penting dijadikan prioritas kita bersama untuk mencegah terulangnya bencana kebakaran di lahan gambut yang sangat sulit untuk dipadamkan," kata Presiden Jokowi, saat membuka rapat terbatas mengenai Evaluasi Peraturan tentang Lahan Gambut di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (26/4/2017).

Baca juga artikel terkait KEBAKARAN atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari