tirto.id - Hasil survei Polmark Indonesia menunjukkan, masyarakat cenderung lebih memilih partai politik yang membela kemajemukan daripada partai yang membela umat.
Menanggapi hal itu, Ketua DPP PKB Lukman Edy menegaskan, berdasarkan hasil survei internal partainya, parpol yang hanya bicara soal visi-misi keumatan agama tertentu memang tak terlalu diminati lagi. Menurut Lukman, pemilihnya sudah jauh menurun.
"Kami sudah membaca tentang karakter masyarakat kita seperti itu sudah jauh hari. Survei internal kami, dan membaca hasil survei lembaga lainnya juga menunjukkan hasilnya seperti itu. Islam moderat lebih dominan di masyarakat kita, dan maksimal Islam radikal yang pandangannya fundamental dan formalisme Islam hanya maksimal 27 persen," kata Lukman kepada Tirto, Rabu (6/3/2019).
Meski demikian, Lukman menegaskan, PKB akan tetap bisa bertahan dalam situasi seperti itu. Selain didukung oleh golongan moderat Nahdlatul Ulama, Lukman menyatakan PKB juga tetap mengusung sebagai partai yang peduli soal kebangsaan.
"PKB bisa berdiri di tengah-tengah, bicara soal kebangsaan sudah terbukti konsitensinya juga bicara soal agama, PKB sudah bidangnya. Yang lebih khusus lagi, bagi PKB dan NU, hubungan antara negara dan agama sudah tuntas," tegasnya.
Namun, ia mengatakan, partai berbasis agama tetap masih bisa bertahan apabila hanya sekadar menunjukan eksistensinya. Akan tetapi, sulit menjadi besar karena harus berebut suara sebesar 27 persen.
PKB merupakan partai berbasis agama yang unggul menurut survei Polmark. Tercatat, PKB masih berada di lima besar partai nasional yang dipilih masyarakat. PKB mendapat suara 15,7 persen di Pulau Jawa, 4,5 persen di Pulau Sumatera, dan 4 persen di wilayah lainnya.
"Justru bagi PKB ini adalah keunggulannya, dan terbukti dengan pandangannya politik seperti itu, PKB tetap mampu mempertahankan captive market-nya," tegasnya lagi.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Alexander Haryanto