tirto.id - Panitia Reuni Akbar 212 bersikeras kalau mereka sama sekali tak punya agenda politik praktis. Namun demikian tentu sulit mempercayai itu jika melihat ada pejabat partai yang turut serta dalam acara yang diselenggarakan di Monas, Minggu (2/12/2018) kemarin.
Di sana ada Zulkifli Hasan dan Hidayat Nur Wahid. Keduanya adalah petinggi PAN dan PKS, dua partai pengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Prabowo bahkan hadir dan memberikan sambutan tak lebih dari 5 menit.
Pertanyaan lebih jauh bisa dilontarkan: apakah Aksi 212 bisa menaikkan tingkat elektabilitas partai Islam?
Mengulang Lagu Lama
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan tak mau menjawab soal ini. Sebab katanya, seperti yang dikatakan panitia acara berkali-kali, Aksi 212 murni tanpa kepentingan politik praktis. Maka dari itu Zulhas mengaku datang bukan sebagai Ketua Umum PAN, tapi sebagai Ketua MPR.
"Ini bukan soal elektoral. Ini soal reuni. Yang paling penting saya datang sebagai Ketua MPR untuk meminta teman-teman Reuni 212 jadi pelopor Pemilu damai, pemilu yang menggembirakan, yang friendly," katanya saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (3/12/2018) siang.
Zulhas, demikian ia disapa, cuek saja jika ada yang menuding Reuni 212 adalah kampanye terselubung.
"Itu hak orang berpendapat. Orang ngomong A atau B itu kan demokrasi," katanya.
Hal serupa juga dikatakan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera. Menurutnya PKS dan Aksi 212 sudah punya hubungan dekat sejak awal. Dan Hidayat Nur Wahid, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS sekaligus Wakil Ketua MPR, adalah salah satu orang dari PKS yang paling sering berhubungan dengan gerakan 212.
Sama juga seperti Zulhas, Mardani tak menjawab tegas apakah Reuni 212 dapat menaikkan elektabilitas partainya atau tidak.
"PKS berusaha untuk selalu melayani umat," katanya singkat kepada reporter Tirto.
Bisa Diuntungkan, Asal...
Wakil Sekjen PPP Dini Mentari lebih lugas. Katanya, Reuni 212 tak akan berpengaruh banyak ke PKS dan PAN. Kalaupun ada yang diuntungkan adalah Prabowo Subianto dan Gerindra. Prabowo adalah Ketua Umum Gerindra.
"Bisa juga para pemilih ini tidak memilih PKS dan PAN, justru memilih Gerindra sebagai akibat coattail effect," kata Dini kepada reporter Tirto. Coattail effect adalah pengaruh figur dalam meningkatkan suara partai.
Politikus PKB Nihayatul Wafiroh juga mengatakan hal yang sama. Agenda Reuni 212 tak akan mempengaruhi elektabilitas partai-partai Islam mana pun karena sedari awal agenda tersebut tak punya tujuan yang jelas.
"Enggak ada pengaruh terhadap elektabilitas. Kalau pun ada ya hanya secuil aja. Dan kalau pun berpengaruh, harusnya suara PKB akan tergerus, tapi kan nyatanya suara PKB makin tinggi," katanya kepada reporter Tirto.
Apa yang dikatakan politikus PPP dan PKB, partai Islam yang ada di kubu petahana, memang benar jika melihat perolehan suara partai Islam selama Pemilu. Meski politik identitas Islam menguat, tapi toh suara partai Islam bisa dikatakan stagnan.
Namun peneliti politik Islam dari LIPI Wasisto Raharjo Jati punya pendapat lain. Menurutnya PAN dan PKS bisa memperoleh efek positif dari gerakan dengan syarat serius memperjuangkan Rizieq Shihab agar kembali ke Indonesia.
"Karena bagi massa 212, HRS adalah kunci," katanya kepada reporter Tirto. Tanpa itu, katanya, Gerindralah yang dapat untung paling besar.
"Yang jelas memperkuat legitimasi sosok Prabowo sebagai calon pemimpin yang nasionalis dan rahmatan lil alamin," lanjutnya.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Rio Apinino