Menuju konten utama

Kata Pelatih Soal Kegagalan Ganda Putra Raih Gelar All England 2020

Ganda putra Indonesia gagal mempertahankan gelar juara di All England Open 2020.

Kata Pelatih Soal Kegagalan Ganda Putra Raih Gelar All England 2020
Ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Marcus Fernaldi Gideon. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Pelatih ganda putra PBSI, Herry Iman Pierngadi, mempunyai penilaian tersendiri tentang kegagalan skuadnya dalam mempertahankan trofi All England yang sebelumnya tiga tahun berturut-turut menjadi milik Indonesia.

Sejak edisi 2017 sampai 2019 ganda putra Indonesia selalu merajai kejuaraan yang dihelat di Arena Birmingham, Inggris tersebut. Tahun 2017 dan 2018 Marcus Fernadi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo sukses menjadi yang terbaik. Sementara tahun 2019 giliran duet senior Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang unjuk gigi.

Adapun dalam gelaran All England 2020 yang baru saja berakhir pada 15 Maret lalu, skuad ganda putra gagal membawa pulang trofi juara. Langkah terjauh dibukukan oleh Marcus/Kevin yang harus puas finish di posisi runner-up.

Dalam laga final, pasangan berjuluk duo Minions tersebut takluk rubber game di tangan ganda Jepang, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe.

Selama ini Marcus/Kevin memang kerap kesulitan tiap kali bertemu Endo/Watanabe, mereka bahkan telah menelan 6 kali kekalahan beruntun dari ganda Jepang peringkat 6 dunia itu.

“Menurut saya mereka sudah habis-habisan, sudah maksimal kemarin (final). Cuma ada unsur hokinya juga, kemudian pada poin-poin akhirnya agak kurang sabar, kurang tenang sedikit. Khususnya Kevin yang terlalu buru-buru di depan,” ujar Herry Iman Pierngadi, dikutip dari laman PBSI, Senin (16/3/2020)

“Tapi menurut saya selama enam penampilan lawan Jepang (Endo/ Watanabe) ini, meski kalah terus, tapi saat final kemarin menurut saya ini yang paling maksimal. Paling mendekati dan memungkinkan untuk memenangkan pertandingan,” imbuhnya.

Tak hanya Minions, sang juara bertahan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan juga kandas di tangan duet Endo/Watanabe. Pasangan senior tersebut tersingkir lewat pertarungan ketat di babak perempat final. Pelatih melihat kegagalan Ahsan/Hendra lebih karena faktor stamina.

“Kalau Ahsan/Hendra mungkin kasusnya agak berbeda menurut saya. Karena Ahsan/Hendra dari babak pertama mereka ketemunya Jepang terus, ketat terus dan juga rubber. Sampai pertandingan ketiganya mereka ketemu Endo/Watanabe. Memang kalau ketemu Endo/Watanabe kondisi fisik kita harus benar-benar fresh,” terang Herry.

Ganda putra Indonesia ketiga, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, hanya mampu melangkah hingga babak 16 besar. Pasangan unggulan-5 tersebut takluk oleh wakil tuan rumah, Marcus Ellis/Chris Langridge. Ketika itu Fajar/Rian memang dinilai bermain di bawah performa terbaik mereka.

“Mereka (Ellis/Langridge) main di kandang sendiri, pertahanannya juga baik, nggak gampang ditembus. Sedangkan kemarin sayang Fajar/Rian tampil di bawah performa terbaiknya. Saat itu, kaki Rian memang sedang bermasalah, jadi kecepatannya sedikit menurun,” ungkap Herry.

Adapun ganda putra keempat, Wahyu Nayaka Arya Pangkaryanira/Ade Yusuf Santoso, langsung kandas di babak pertama (32 besar) oleh unggulan-3 asal Cina, Li Jun Hui/Liu Yu Chen. Wahyu/Ade takluk usai melakoni pertarungan rubber game.

“Menurut saya dari segi teknik permainan mereka (Wahyu/Ade) nggak kalah. Cuma dari mentalnya mereka naik turun. Kadang bisa bagus, kadang bisa drop. Ini yang menjadi PR dan evaluasi buat mereka sendiri,” pungkas Herry.

Baca juga artikel terkait ALL ENGLAND 2020 atau tulisan lainnya dari Oryza Aditama

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Oryza Aditama
Penulis: Oryza Aditama
Editor: Iswara N Raditya