Menuju konten utama

Kata Keluarga, Tjut Meutia Memang Tidak Berjilbab

Gambar Tjut Meutia dalam pecahan uang Rp1.000 yang baru menuai perdebatan, dari anggota DPRA hingga warga Yogyakarta yang ratusan kilometer dari Aceh. Apa benar semasa hidupnya Tjut Meutia berjilbab?

Kata Keluarga, Tjut Meutia Memang Tidak Berjilbab
Tjut Meutiah. [Foto/wikipedia]

tirto.id - Senin, 19 Desember lalu, Bank Indonesia meluncurkan uang dengan desain baru, dari pecahan Rp1.000 sampai Rp100.000. Pada uang Rp1.000, terpampang gambar perempuan dengan sanggul khas Aceh dan diberi keterangan nama Tjut Meutia.

Setakat satu hari, beberapa oknum melayangkan protes, baik di media sosial maupun di ke media massa. Mereka keberatan karena foto gambar Tjut Meutia tak pakai jilbab. Di hari itu, media lokal di Aceh Serambi Indonesia memberitakan bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dari fraksi Partai Amanat Nasional, Asrizal H Asnawi memprotes ketiadaan jilbab pada gambar Tjut Meutia.

“Kami di Aceh sedang menggalakkan penggunaan pakaian dengan aturan syariat Islam dan penegakan hukumnya, jangan dilemahkan usaha tersebut dengan gambar sang pejuang tanpa penutup kepala,” katanya.

Dwi Estiningsih, warga Yogyakarta, melalui akun twitternnya @estiningsihdwi juga melayangkan pernyataan bernada serupa. “Cut Meutia, ahli agama dan ahli strategi, bukan ahli agama bila tak menutup aurat.”

Di rumah milik Tjut Meutia (Cut Meutia) di Pirak, Matangkuli, Aceh Utara, tergantung sebuah lukisan perempuan berkerudung hijau dengan pinggiran berwarna kuning. Kerudung itu cukup rapat sehingga membuat rambut sang perempuan sama sekali tak terlihat.

Perempuan dalam lukisan itu disebut sebagai Tjut Meutia, padahal ia bukan benar-benar Tjut Meutia. Sejauh ini, belum ada gambar, lukisan, atau foto Tjut Meutia dari masa ia hidup. Lukisan yang beredar selama ini hanya rekonstruksi dan imajinasi yang didasari penuturan orang-orang yang pernah melihatnya.

Lukisan terbaru yang dipajang di rumahnya pun bukanlah wajah asli Tjut Meutia, melainkan cucunya, Cut Nursiah. Ia adalah anak perempuan dari anak semata wayang Tjut Meutia yang bernama Ampon Chik Raja Sabi. Paras Nursiah disebut-sebut mirip sekali dengan Meutia.

Juni lalu, Usman Blangjruen, warga Aceh Utara yang sekarang sedang mengambil gelar doktor di Taiwan, berkunjung ke rumah Tjut Meutia di Pirak. Lukisan itu kemudian difoto dan dipublikasikan di blog pribadinya.

Rumah Usman di Aceh tak jauh dari rumah Tjut Meutia, hanya tiga kilometer. Usia Usman sekarang 37 tahun, ia lahir dan besar Aceh Utara. Saat Usman masih kecil, pada 1980-an, Usman tak melihat ibu-ibu dan remaja-remaja perempuan di Aceh waktu itu memakai jilbab dalam kesehariannya seperti sekarang.

Dalam acara-acara tertentu, ibu-ibu hanya menutup kepala mereka dengan selendang panjang. Tudung, mereka menyebutnya. Ibu-ibu yang bekerja di sawah pun menutup kepala mereka dengan kain panjang yang biasa dipakai untuk menggendong bayi. Itu agar kepala mereka terlindung dari sengat matahari.

Saat Usman SD hingga SMA, pelajar-pelajar masih pakai rok pendek. Guru-guru juga masih banyak yang pakai rok selutut. Jilbab baru banyak dipakai di Aceh sejak sekitar tahun 1990-an akhir. Lalu semakin menjadi kewajiban sejak aturan syariat Islam ditegakkan dan perempuan-perempuan tak berjilbab dirazia.

Teuku Ramli, salah satu keluarga Tjut Meutia, menilai gambar yang dipakai dalam uang baru sudah benar. “Dalam peperangan dulu mana ada pakai jilbab, jilbab itu kan baru-baru ini. Orang Aceh pakai jilbab itu kan baru sekarang-sekarang ini,” katanya saat dihubungi Tirto.id, Selasa (21/12).

Ramli memang bukan keturunan langsung Tjut Meutia, ia adalah cucu dari kakaknya Cut Meutia. Tetapi dia tahu banyak tentang Meutia dan Aceh karena lahir dan hidup di sana.

Dia bercerita, Tjut Meutia adalah orang yang taat beribadah. Tetapi dia tak pernah memakai jilbab seperti yang dipakai perempuan-perempuan di masa kini. Seperti diceritakan Usman, perempuan Aceh di zaman dahulu hanya memakai selendang tipis menutupi sebagian kepala.

“Jadi kalau gambar Tjut Meutia di uang yang baru tidak pakai jilbab, ya sudah benar seperti itu,” imbuhnya.

Teuku Rusli, cucu langsung Tjut Meutia yang kini berusia 77 tahun juga mengungkapkan hal senada. Selain pakai selendang, katanya, orang Aceh sering memakai kain yang dililitkan di leher, bukan jilbab yang tertutup seperti sekarang. "Tapi kan Tjut Meutia posisinya tak selalu pakai tudung, kalau lagi pakai baju perang kan tidak pakai," ujarnya. Rusli menyatakan tak keberatan dengan tampilan gambar neneknya di uang seribu yang baru. Keponakannya, Teuku Zulfikar, bahkan ikut menghadiri peluncuran uang baru Senin lalu atas undangan Bank Indonesia.

Infografik Tjut meutia Asli atau bukan

Gambar di Uang Baru, Gambar Siapa?

Gambar yang terpampang di uang Rp1.000 yang baru sebenarnya belum tentu gambar asli Tjut Meutia dan belum tentu mirip dengan wajah asli pahlawan perempuan asal Aceh itu.

Gambar yang ada di uang pecahan Rp1.000 baru itu adalah hasil produksi ulang dari foto hasil jepretan Christiaan Benjamin Nieuwenhui tahun 1901 di Kutaradja (sekarang Banda Aceh). Foto lama itu terarsip di Universitas Leiden, Belanda. Dalam keterangan foto itu, sama sekali tak ada keterangan nama Tjut Meutia. Ia hanya diberi judul "Vrouw in Atjeh" atau "Perempuan di Aceh", tak ada keterangan lain. Bisa jadi itu Tjut Meutia, tetapi kemungkinan besar bukan. Koleksi fotonya bisa dilihat pada tautan ini.

Nieuwenhui, sang fotografer, datang ke Batavia (Jakarta) pada 1883 sebagai anggota Royal Military Band—semacam kelompok musik militer—dan dikontrak selama enam tahun. Nieuwenhui memperpanjang kontraknya selama setahun.

Tahun 1890, ia berhenti menjadi tentara dan hijrah ke Padang, Sumatera Barat. Di kota itu, ia bekerja di sebuah studio foto bernama Koene & Co. Setahun kemudian, Nieuwenhui membuka studio fotonya sendiri. Dia meninggal di Padang pada 1922.

Foto jepretannya yang disebarluaskan pemerintah Indonesia sebagai foto Tjut Meutia tampak berlokasi di studio foto. Latar belakangnya bukanlah pemandangan asli, melainkan kain bergambar, seperti di studio foto pada umumnya. Di foto itu, tampak juga beberapa ornamen khas Aceh, seperti wadah tembaga berbentuk bulat dan berkaki. Cerano, orang Aceh dan Minang menyebutnya.

Jika memang ingin meributkan uang baru, keabsahan foto ini lebih layak dipertanyakan dari pada mempertanyakan mengapa Tjut Meutia tak pakai jilbab. Sebab pertanyaan yang terakhir sudah terjawab.

================

Laporan ini diperbarui pada 21 Desember 2016 pukul 20.00 dengan tambahan keterangan dari Teuku Rusli, cucu Tjut Meutia.

Baca juga artikel terkait CUT MEUTIA atau tulisan lainnya dari Wan Ulfa Nur Zuhra

tirto.id - Humaniora
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Maulida Sri Handayani

Artikel Terkait