tirto.id - Pelaksanaan debat perdana calon presiden (capres) jelang Pemilu 2024 telah selesai digelar pada Selasa (12/12/2023). Debat yang berlangsung dalam enam segmen itu diakhiri dengan pernyataan penutup dari ketiga capres.
Kata-kata penutup yang disampaikan oleh Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo bisa dipakai untuk penilaian publik untuk mempertimbangkan calon pilihannya.
Debat capres 2024 merupakan salah satu agenda rutin yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) jelang pemilihan presiden (pilpres). Sesuai dengan peraturan yang berlaku, debat capres-cawapres akan digelar sebanyak lima kali.
Sesi debat perdana capres 2024 terdiri dari enam segmen yang membahas topik hukum, HAM, pemerintahan, pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, dan kerukunan warga.
Selama debat berlangsung, para capres menyampaikan visi misi dan program kerja mereka jika terpilih menjadi presiden di pemilu mendatang. Selanjutnya ketiga capres dihadapkan dengan berbagai pertanyaan sesuai topik yang dibuat oleh 11 panelis.
Menjelang sesi terakhir, para capres saling melempar pertanyaan di luar pertanyaan panelis kepada satu sama lain. Debat berakhir dengan penyampaian pesan penutup dari ketiga kandidat.
Kata-Kata Penutup Anies, Prabowo, dan Ganjar Debat Capres 2024
Kata-kata penutup ketiga kandidat capres, yaitu Anies, Prabowo, dan Ganjar disampaikan dalam segmen keenam debat capres 2024. Sebelum pernyataan penutup disampaikan, debat sempat berlangsung intens.
Selama debat berlangsung para kandidat mencoba saling mematahkan dan mempertahankan pendapat satu sama lain. Isu-isu yang dibahas beragam, mulai dari strategi penyelesaian konflik HAM di Papua, pemberian efek jera bagi pelaku korupsi, hingga independensi lembaga kehakiman dari intervensi.
Topik lainnya yang juga dibahas dalam debat juga berupa polusi udara, skandal etik MK, hingga pemindahan ibu kota ke Ibu Kota Nusantara (IKN). Usai debat, ketiga capres diberi kesempatan untuk menyampaikan kata-kata penutup selama masing-masing 2 menit.
Berikut ini kata-kata penutup yang disampaikan oleh ketiga capres dalam debat capres 2024:
1. Kata-kata penutup Anies Baswedan
"Saya rasa, kita sama. Rakyat Indonesia saya, kita semua. Bahwa kita menginginkan sebuah negeri di mana praktik korupsi diberantas hingga tuntas.
Pemerintah memberikan pelayanan yang terbaik, dan kemudian kita menjunjung tinggi etika. Kita sama di situ.
Karenanya, saya ingin sampaikan kepada semua, bahwa saat ini kita di persimpangan jalan, antara tetap menjadi negara hukum di mana kekuasaan dikendalikan oleh hukum atau kita menjadi negara kekuasaan di mana hukum diatur dan dikendalikan oleh penguasa.
Oke. Dalam situasi itu, saya ingin sampaikan, ini adalah sebuah gerakan perubahan kita sama-sama. Kita ingin mengembalikan tetap menjadi negara hukum, di mana kekuasaan dikendalikan. Dan saya ingin sampaikan bahwa etika dijunjung tinggi.
Ketika terjadi pelanggaran etika, jangan bersembunyi di balik keputusan hukum. Justru kita harus mengatakan bahwa tugas dari pimpinan tertinggi memberi contoh.
Bila ada pelanggaran etika, maka itu adalah mendasar. Bila tidak, maka ke bawah ke seluruh rakyat semua akan kompromi. Dan praktik orang dalam yang tadi saya sampaikan, akan merusak sendi-sendi kehidupan bernegara kita. Rusak kita.
Karena itulah penting sekali kita menjunjung tinggi etika dan itu dilakukan oleh siapa, dari mulai calon presiden Sudah diuji. Apa dia kompromi atau tidak pada etika.
Lalu, bagi anak-anak muda, anak-anak muda kita semua menyadari Pemilu ini tentang masa depan. Anda pemilik masa depan. Saya yakin anda akan memilih yang serius untuk jadi Presiden, bukan yang main-main untuk jadi presiden.
Dan ketika kita berbicara tentang masa depan, maka saya ingin sampaikan kepada semua, kebebasan berpendapat akan dijamin. Kita tidak mengizinkan lagi situasi di mana orang takut. Maka itu, saya sampaikan, Wakanda No More, Indonesia forever."
2. Kata-kata penutup Prabowo Subianto
"Terima kasih, saudara-saudara sekalian. Kita harus selalu ingat bahwa kemerdekaan ini didapatkan melalui proses yang sangat panjang. Perjuangan yang sangat panjang.
Berganti-ganti negara-negara lain datang, menindas kita, merampas kita, dan ini adalah hukum sejarah manusia, yang kuat akan menindas yang lemah. Kita bersyukur, kita sudah bangun suatu negara yang memiliki demokrasi dengan segala kekurangannya.
Kita bersyukur semua pemimpin telah membantu menambahkan kemajuan kita. Kita ingin lebih maju. Kita ingin lebih baik. Kita ingin lebih adil. Kita ingin hilangkan kemiskinan. Dan kita ingin hilangkan korupsi.
Kita negara yang sangat kaya, kekayaan kita luar biasa. Kami Prabowo-Gibran, koalisi Indonesia-Maju, siap melanjutkan pondasi yang sudah dibangun oleh pendahulu-pendahulu kita.
Kita yakin, Indonesia akan melompat menjadi negara hebat, negara maju, negara makmur, negara adil. Hanya dengan demikian, tetapi syaratnya kita harus rukun, kita harus bersatu, kita tidak boleh menghasut, memecah belah.
Kita tidak boleh, kita tidak boleh untuk kepentingan sesaat, untuk kepentingan jangka pendek, untuk kepentingan diri kita, kelompok kita, kita tidak boleh mengorbankan persatuan, kesatuan, kerukunan, bangsa Indonesia.
Hanya dengan kerukunan, hanya dengan kearifan, hanya dengan kebersihan jiwa, tidak dengan permainan kata-kata retorika, tetapi sungguh, sungguh-sungguh cinta tanah air, Indonesia akan maju. Negara hebat."
3. Kata-kata penutup Ganjar Pranowo
"Terima kasih. Ini panggilan sejarah buat Ganjar-Mahfud. Ganjar seorang anak polisi berpangkat tidak tinggi, bertugas di kecamatan. Pak Mahfud bapaknya pegawai kecamatan.
Kalau kita berada pada momentum yang sama, kami dan Pak Mahfud ini adalah orang kecil, yang kalau bapaknya rapat, kira-kira anggota Forkompimcam. Kami hanya di level kecamatan. Kami telah terbiasa mencoba mendengarkan keluh kesah rakyat.
Panggilan sejarah inilah yang kemudian coba kita klasifikasi dari seluruh persoalan yang muncul. Bagaimana kita memberikan afirmasi kepada kelompok rentan.
Ada kelompok perempuan, penyandang disabilitas, anak-anak, termasuk manula. Mereka butuh perhatian yang lebih. Maka inilah cara kita membangun melibatkan mereka tanpa meninggalkan mereka. No one left behind.
Yang kedua, bagaimana pemerintah betul-betul bisa melayani dengan memberikan teladan dan dari pemimpin tertinggi, yang anti-korupsi, yang menunjukkan integritas, yang menunjukkan layanan pemerintahan yang mudah, murah, cepat, sat set.
Kalau itu bisa kita lakukan, maka betapa bahagianya rakyat ini. Pemerintah ini ada, yang ketika dikritik tidak baperan, yang ketika media menulis, mereka merasa ini vitamin buat dirinya, bukan sedang merongrong, apalagi kemudian merasa terancam.
Maka, kalaulah kemudian demokratisasi ini bisa kita laksanakan dengan baik, sesuai dengan amanah reformasi, enggak ada lagi cerita Bu Shinta, enggak ada cerita Mas Butet, enggak ada cerita Melky.
Tidak ada itu. Karena dewasa kita dalam berdemokrasi. Maka, dalam penghormatan terhadap HAM. Mari kita konsisten, antara pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Dan saya, berdiri bersama korban untuk keadilan. Terima kasih, mohon maaf kalau ada kata-kata saya yang kurang."
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yantina Debora