tirto.id - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menduga serangan kelompok tak dikenal di Bandara Kenyam, Nduga, Papua bermotif Pilkada serentak 2018. Menurut Tito, ada pihak yang memanfaatkan kelompok tersebut untuk mendulang suara dan mengarahkan dukungan pada paslon tertentu.
Hal ini disampaikan Tito di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Senin (26/6/2018). Mantan Kapolda Papua tersebut menyampaikan bahwa pemanfaatan itu merupakan hal biasa yang sering terjadi.
"Ada kecenderungan kelompok tertentu memanfaatkan kelompok ini supaya pasukan pengamanan enggak maksimal, supaya mereka melakukan intimidasi kepada masyarakat untuk memilih pasangan tertentu," kata Tito.
Kelompok yang belum diketahui anggotanya ini, menurut Tito, pernah terlibat juga dalam peristiwa Mapenduma 1996. Namun, Tito menegaskan pihaknya tidak akan mundur. Ia mengupayakan Pilkada di Papua tidak harus diundur seperti kejadian pada tahun 2013 di mana Pilkada di Kabupaten Puncak, Papua diundur karena faktor keamanan.
"Kami tidak akan mundur, tetap kirim pasukan, saya sudah bicara ke Kapolda, kalau kurang kami tambah lagi dalam rangka menjamin proses demokrasi berjalan tanpa intimidasi," katanya lagi.
Menurutnya, ada beberapa tuntutan juga dari kelompok tak dikenal agar Pilkada diundur sampai dengan tahun 2020 agar calon yang sudah gugur bisa ikut kembali.
Namun, Tito tetap tak akan mengikuti kemauan tersebut. Serangan di Bandara Ilaga sebelumnya juga diduga merupakan bagian kelompok yang sama dan dimanfaatkan untuk kepentingan politik. Namun siapa pihak yang memanfaatkan mereka masih misterius.
"Belum tahu. Kami tangkap dulu," tuturnya.
Sementara itu, Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi mengatakan pesawat Twin Otter PK-YRU Trigana Air hanya mengangkut dua kru dan 15 anggota Brimob dalam rangka pengamanan Pilkada 2018 di Papua.
Menurutnya, tidak ada logistik Pilkada yang dibawa. Aidi belum bisa memastikan apakah penyerangan ini memang untuk menghambat proses demokrasi tersebut.
"Kami belum bisa menghubungkan dengan Pilkada, tapi mereka adalah separatis yang ingin menunjukkan eksistensinya," tegasnya.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Dipna Videlia Putsanra