tirto.id - Pada bulan Ramadan, terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Malam itu adalah Lailatul Qadar atau malam kemuliaan. Dengan demikian, seorang muslim yang mengerjakan ibadah pada malam ini mendapatkan berbagai keistimewaan yang membuat pahalanya lebih mulia dibandingkan malam-malam lain.
Kemuliaan Lailatul Qadar terekam dalam firman Allah pada Surah al-Qadr ayat 1 hingga 5.
(1) إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan.
(2) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
(3) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
(4) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
(5) سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
Dari surah tersebut, dipahami bahwa Alquran diturunkan Allah Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah (langit dunia) pada lailatul qadar tersebut. Namun, terdapat perbedaan pendapat tentang peristiwa turunnya Alquran dari Baitul Izzah tersebut ke bumi.
Dalam "Penjelasan Seputar Nuzulul Qur'an" kebanyakan ulama berpendapat bahwa ayat demi ayat Alquran diturunkan secara bertahap ke bumi. Turunnya Alquran pertama kali ke bumi inilah yang kemudian disebut Nuzulul Quran.
Mengutip "Pengertian Malam Lailatul Qadar" yang ditulis oleh H. Syaifullah Amin, kata al-qadar yang menyusun frasa Lailatul Qadar oleh Muhammad Abduh dimaknai sebaga "takdir". Maknanya, pada Lailatul Qadar, Allah menakdirkan agama-Nya dan menetapkan khittah untuk Nabi-nya, Muhammad, dalam menyeru umat manusia ke jalan yang benar.
Selain itu, qadar juga dapat diartikan dengan al-syarf, yaitu mulia. Maksudnya, Allah telah mengangkat kedudukan Nabi Muhammad pada malam qadar itu, memuliakannya dengan risalah, dan menetapkannya sebagai Rasul terakhir.
Dalam Buku Saku Sukses Ibadah Ramadan yang diterbitkan oleh LTN PBNU (2017:35), terdapat kutipan dari Syarah al-Jami’ ash-Shaghir oleh Faidl al-Qadir, bahwa al-Qadr artinya adalah keputusan hukum terhadap sesuatu. Ini menegaskan besarnya kedudukan dan kemuliaan lailatul qadar. Pada malam tersebut malaikat menulis takdir-takdir yang terjadi di malam tersebut sampai 1 tahun ke depan.
Waktu Lailatul Qadar
Kapan datangnya Lailatul Qadar setiap tahunnya adalah rahasia Allah. Namun, terdapat beberapa petunjuk, yang menyiratkan bahwa malam ini terjadi pada sekitar 10 hari terakhir Ramadan. Riwayat pertama, datang dari Aisyah, yang menyebut Rasulullah bersabda, "Carilah lailatul qadar pada tanggal-tanggal ganjil dari sepuluh akhir bulan Ramadan". (H.R. Bukhari)
Riwayat kedua, dari Ibnu Umar, yang menyebutkan, Lailatul Qadar dapat dicari pada tujuh malam terakhir bulan Ramadan. Diriwayatkan, beberapa orang laki-laki diberitahu dalam mimpi tentang lailatul qadar yang akan jatuh pada tujuh malam terakhir Ramadan. Rasulullah bersabda, "Saya melihat mimpimu sekalian bertepatan dengan malam tujuh (hari) terakhir (Ramadan), barangsiapa mencarinya, maka carilah ia pada malam tujuh terakhir." (H.R. Muslim)
Riwayat berikutnya, adalah, Lailatul Qadar terjadi pada salah satu dari 10 malam terakhir bulan Ramadan. Nabi Muhammad bersabda, "Tunggulah lailatul qadr pada sepuluh akhir (bulan Ramadan) atau sembilan akhir" (H.R Muslim).
Riwayat lain dari Anas, menyebutkan, Rasulullah berkata, "Sungguh aku keluar untuk mengabarkan pada kalian tentang Lailatul Qadar. Dan sungguh fulan dan fulan bertengkar, maka Lailatul Qadar diangkat. Mungkin ini lebih baik bagi kalian. Carilah Lailatul Qadar di malam 27, 29 dan 25." (H.R. al-Bukhari).
Editor: Fitra Firdaus