tirto.id - Hari Tanpa Bayangan termasuk fenomena unik di bumi. Kapan wilayah Indonesia akan mengalami fenomena Hari Tanpa Bayangan dan apa saja dampaknya?
Sesuai dengan istilah, Hari Tanpa Bayangan adalah momen ketika benda-benda di bumi seolah kehilangan bayangan. Hal ini terjadi karena bayangan berada tepat di bawah atau tertimpa objek itu sendiri.
Fenomena dapat dirasakan di berbagai wilayah di Indonesia. Namun, Hari Tanpa Bayangan akan berlangsung dengan waktu yang berbeda-beda untuk setiap wilayah karena pengaruh lokasi.
Apa yang Dimaksud Hari Tanpa Bayangan?
Menurut laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Hari Tanpa Bayangan adalah fenomena ketika matahari berada tepat di posisi yang paling tinggi di langit. Fenomena yang sama sering disebut dengan istilah kulminasi, transit, atau istiwa’.
Ketika deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, berarti matahari berada tepat di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Fenomena seperti ini dikatakan sebagai kulminasi utama.
Fenomena mengakibatkan bayangan suatu objek akan bertumpuk dengan objek itu sendiri. Alhasil, bayangan seolah-olah menghilang.
Selama Hari Tanpa Bayangan, bukan berarti bayangan benar-benar menghilang. Tapi bayangan suatu objek biasanya terlihat sangat minim atau tidak tampak sama sekali.
Kapan Terjadinya Hari Tanpa Bayangan di Indonesia?
Hari Tanpa Bayangan terjadi dua kali di Indonesia selama tahun 2024. Hal ini terjadi karena posisi Indonesia berada di garis khatulistiwa. Sedangkan waktu Hari Tanpa Bayangan atau kulminasi juga terjadi tak jauh saat matahari berada di garis ekuator.
Matahari diketahui berada tepat di khatulistiwa pada tanggal 20 Maret 2024 (pukul 10.06 WIB) dan 22 September 2024 (pukul 19.43 WIB). Kulminasi juga terjadi di sekitar waktu tersebut.
Di Indonesia, kulminasi utama telah terjadi pada 21 Februari 2024 (Baa, NTT) hingga 4 April 2024 (Sabang, Aceh). Kulminasi utama kedua terjadi antara tanggal 7 September 2024 (Sabang, Aceh) hingga 21 Oktober 2024 (Baa, NTT).
Di kawasan Jakarta, Hari Tanpa Bayangan telah terjadi pada tanggal 4 Maret 2024 (tepatnya pukul 12.04 WIB) dan 8 Oktober 2024 (pukul 11.40 WIB). Kota-kota lain juga akan mengalam Hari Tanpa Bayangan ketika deklinasi matahari sama dengan lintang kota yang bersangkutan.
Dampak & Penyebab Fenomena
Hari Tanpa Bayangan dapat terjadi karena faktor kemiringan sumbu bumi dan gerakan orbit dalam mengelilingi matahari. Bidang ekuator atau bidang rotasi bumi tidak berimpit tepat dengan bidang revolusi (ekliptika) bumi.
Akibatnya, posisi matahari terlihat berubah-ubah di sepanjang tahun jika diamati dari bumi (antara 23,5° LU sampai 23,5° LS). Hal ini kemudian disebut sebagai gerak semu harian matahari.
Lantas, apakah ada dampak tertentu yang dihasilkan selama Hari Tanpa Bayangan? Berikut adalah beberapa contoh dampak selama terjadinya fenomena Hari Tanpa Bayangan:
1. Intensitas cahaya matahari maksimal
Cahaya matahari yang diterima bumi mencapai puncak karena matahari berada pada posisi tegak lurus dengan permukaan bumi.
2. Kadar UV meningkat
Karena intensitas cahaya matahari yang sampai ke bumi berada di titik puncak, maka kadar sinar ultraviolet (UV) juga mencapai titik maksimal. Oleh karena itu, disarankan meminimalisasi kegiatan outdoor atau memakai sunscreen/sunblock untuk melindungi kulit pada waktu kulminasi.
3. Perubahan suhu
Perubahan suhu berlangsung tidak signifikan. Namun, suhu akan tetap terasa lebih panas dari hari-hari biasa. Terutama jika cuaca cerah tanpa awan. Disarankan untuk tetap menggunakan pakaian yang nyaman, mudah menyerap keringat, dan penuhi kebutuhan cairan agar tidak mengalami dehidrasi.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Beni Jo & Yulaika Ramadhani