tirto.id - Deddy Junaedi terancam kehilangan jabatannya sebagai Syahbandar Muara Angke selaku orang yang bertanggungjawab atas terbakarnya kapal wisata Zahro Express pada Minggu (1/1/2017) pagi di wilayah perairan Jakarta Utara yang menelan korban jiwa sementara 25 orang. Hal tersebut dikatakan oleh Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Tonny Budiono.
"Ya benar (pencopotan Syahbandar Muara Angke). Alasan terkait terbakarnya Kapal Zahro Express. Waktu kecelakaan dia tidak di tempat. Harusnya mengapa harus takut kalau dia tidak salah?" tukas Tonny Budiono, Senin (2/2/2017).
Tonny Budiono menyebut ada data yang tidak sesuai pada Surat Persetujuan Berlayar (SPB) kapal Zahro Express. Menurutnya, pada SPB tertulis jumlah penumpang 100 orang, namun pada kenyataannya dikabarkan terdapat lebih dari 100 orang yang menumpang kapal tersebut.
"Jumlah penumpang tertulis 100. Kalau yang ada di atas kapal ada yang bilang 184, ada yang bilang 250. Tapi, yang jelas berbeda dengan yang di manifest," tandas Tonny Budiono.
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Muara Angke yang dipimpin Deddy Junaedi juga menyatakan bahwa Kapal Zahro Express layak untuk berlayar. Deddy Junaedi pun akan dicopot dari jabatannya dan digantikan oleh Pelaksana Tugas mulai Selasa (3/1/2017).
"Mulai besok akan dicopot. Kita tunjuk pelaksana tugas. Sudah ada calonnya, tinggal dilantik. Kita akan keluarkan SK (Surat Keputusan)," tutup Tonny Budiono.
Deddy Junaedi sendiri membantah klaim bahwa dia tidak ada di pelabuhan saat kapal Zahro Express. "Bagaimana tidak ada di tempat? Saya bolak-balik di sini. Saya ada di kantor, jangan bilang tidak ada. Itu bisa dibilang fitnah. Saya seharian di sini," tegasnya.
"Saya sudah menjalankan tugas sesuai prosedur. Dua hari saya selalu di sini. Saya bingung dengan pernyataan begitu," imbuh Deddy Junaedi.
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Iswara N Raditya