tirto.id - Terletak di area perkampungan yang penuh dengan lika-liku gang-gang kecil di sebelah selatan Jalan Slamet Riyadi, Solo, Kampung Kauman pantas disebut sebagai hidden gem. Seperti namanya, lingkungan tersebut bukan perkampungan biasa, melainkan tempat tinggal para kaum 'kalangan agamawan'.
Akan tetapi, perubahan zaman mengubah wajah Kampung Kauman. Lambat laun, kampung yang terletak di kecamatan Pasar Kliwon tersebut berganti julukan menjadi Kampung Batik Kauman.
Kauman dulunya merupakan kawasan strategis karena terletak di dekat Keraton Kasunanan dan Masjid Agung Surakarta. Ditambah lagi, para abdi dalem yang tinggal di lingkungan tersebut memunyai keahlian membatik. Saat itu, dapat dikatakan hampir tiap rumah memiliki usaha batik.
Seiring waktu, Kampung Kauman menjelma menjadi sebuah ekosistem batik, baik produksi maupun penjualan. Usaha yang dijalankan pun beragam, mulai dari batik cap, soga atau mewarna, membuat pola atau motif batik, servis, hingga bordir.
“Kawasan ini termasuk komplit, hulu [hingga] hilirnya ada,” ujar Gunawan Setiawan, ketua Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman.
Perkembangan Wisata
Berangkat dari keinginan untuk meningkatkan destinasi wisata di Solo, pada 2006, para pengusaha batik yang masih eksis di Kampung Kauman, beserta akademisi dan tokoh masyarakat sekitar, mencanangkan Kampung Batik Kauman sebagai salah satu destinasi wisata baru di Solo.
Bisa dibilang, keputusan tersebut bersifat bottom up karena berangkat dari usulan masyarakat yang kemudian disambut baik oleh Pemerintah Kota Surakarta. Destinasi wisata Kampung Batik Kauman menjadi angin segar bagi skena pariwisata di sana, terutama destinasi kesenian dan perbelanjaan. Sebelumnya, Solo hanya didominasi wisata tempat bersejarah, seperti keraton dan Masjid Agung.
"Tujuan mencanangkan Kampung Batik Kauman termasuk memelihara supaya kawasan ini tetap memunyai fungsi seperti jaman dahulu," terang Gunawan, Jumat (18/4/25).
Di awal perkembangan tersebut, Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman menginisiasi kegiatan "1.000 Anak Membatik". Tujuannya adalah mengenalkan tradisi membatik sejak dini kepada anak-anak dan menghilangkan anggapan bahwa membatik adalah hal yang sulit dilakukan.
Tak dinyana, jumlah pesertanya bisa dibilang membludak, bahkan melebihi nama acaranya. Kurang lebih 1.300 anak berpartisipasi, dari usia TK hingga SMP. "Booming karena waktu itu jarang [ada yang] mengadakan kegiatan yang seperti itu, ya."
Selain mengenalkan Kampung Kauman kepada dunia, acara tersebut menunjukkan bahwa batik belum punah dan akan diteruskan oleh generasi muda.
Usaha tidak mengkhianati hasil. Kegiatan tersebut berbuah manis, terutama bagi masyarakat Kampung Kauman. Banyak dari mereka, yang sebelumnya memilih menyerah terhadap bisnis rumahan itu, mulai membuka kembali usaha batik untuk meramaikan wisata Kampung Batik Kauman. Sejak itulah nama Kampung Batik Kauman makin dikenal khalayak ramai.
Puncaknya, Kampung Batik Kauman masuk ke dalam daftar 17 program prioritas yang dicanangkan Walikota dan Wakil Walikota Surakarta periode 2021-2026. Sejak itu, berkat upaya paguyuban batik di Kauman, wajah Kampung Kauman menjadi lebih indah dan tertata rapi.
"Setelah [infrastruktur kampung] diperbaiki, [jumlah] wisatawannya meningkat. Sekarang motor bisa masuk ke Kauman, langsung masuk ke dalam karena memang potensi Kauman ada di dalam gang-gang ini. Kalau wisatawan nggak bisa masuk, ya, nggak dapet [potensi Kauman]. Kan, masyarakat kita kalau nggak diantar di depan lokasi, ya, nggak bakal sampai. Yang jadi poin plus dari Kauman yaitu rumah-rumah di sini juga menjadikan halaman rumahnya sebagai tempat parkir," terang Gunawan.
Selama hampir 20 tahun berjalan, paguyuban batik Kauman telah menggelar berbagai kegiatan dan mempertontonkan potensi kampungnya. Kegiatan rutin yang dilaksanakan salah satunya KaoemCraft, yang merupakan wadah untuk memamerkan produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), baik dari warga kampung Kauman maupun luar.
Paguyuban batik Kauman menghendaki, bukan hanya warga setempat yang aktif di kesenian dan produksi batik, tetapi juga masyarakat di luar kampung.
"Kauman tidak eksklusif dan [justru sangat] terbuka," tegas Gunawan.
Selama 2025, KaoemCraft telah terlaksana sebanyak tujuh kali. Menurut Gunawan, hal itu dapat terjadi karena ada potensi besar di kampung tersebut dan setiap bulan selalu ramai pengunjung.
Pada akhirnya, acara rutin yang digelar mulai beragam. Ada festival makanan yang dikelola oleh ibu-ibu setempat, namanya Pasar Keleman. Dihelat pula kegiatan pertunjukan fesyen serta Duta Batik yang digerakkan oleh pemuda karang taruna Kauman bersama pihak kelurahan. Meski makin bervariasi, mereka masih mempertahankan ciri khasnya, yakni kegiatan belajar membatik.
Yang terbaru, Yayasan Masjid Agung Surakarta beserta Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman merilis 25 sarung batik bermotif Masjid Agung. Disebut sebagai motif Masjid Agung karena motif-motifnya memang terinspirasi dari arsitektur Masjid Agung, pernak-pernik, hingga kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar.
“Kemarin baru 25 motif yang dikenalkan. [Sebenarnya] itu bisa ratusan motif kalo benar-benar kita [kami] kulik dengan seksama,” lanjut Gunawan.
Menurut Gunawan, dengan diperkenalkannya motif Masjid Agung tersebut, nantinya akan menjadi potensi sebagai ikon oleh-oleh khas Solo.
"Dan itu kemarin tinggal di-matching-kan saja dengan visi misi. Ya, harapan kita [kami] bersama, [batik tersebut] menjadi suatu ikon Kota Solo. Jadi, kalau ke Kota Solo, ikon oleh-olehnya bisa sarung motif Surakarta, warna Surakarta. Kemarin, sudah digelar motif-motifnya [dan] sudah dipamerkan. Tinggal diproduksi. Tinggal menunggu arahan dari Masjid Agung. Kami dari paguyuban siap-siap saja. Sudah profesi kami," kata Gunawan.
Proses diskusi hingga diluncurkannya 25 sarung bermotif Masjid Agung terbilang singkat, kurang dari 40 hari. Itu terjadi karena potensinya memang sudah ada, kemudian bertemu orang-orang dari paguyuban yang sudah profesional.
Gunawan menambahkan, nantinya akan ada rencana untuk memproduksi kain batik bermotif Masjid Agung yang jauh lebih beragam.
Ia juga berharap bisa memperluas jejaringnya. Urusan produksi, bisa dari mana saja, baik dari UMKM setempat maupun di luar Kauman.
Kauman Tidak Sendirian
Usaha mengembangkan potensi kampung Kauman tidak hanya digalakkan oleh paguyuban batik. Dalam pengelolaannya, mereka dibantu oleh unit atau organisasi lain, seperti Pemuka (Pengusaha Muda Kauman) dan koperasi Syarikat Dagang Kauman.
Pemuka mengelola berbagai sektor bisnis, mulai dari kuliner, kebaya, jasa travel, produksi batik. Yang aktif di dalamnya kebanyakan para pemuda.
Peran Pemuka sangat penting untuk keberlangsungan wisata Kampung Batik Kauman. Gunawan bahkan menceritakan jungkir balik para pemuda Kauman yang turut membantu pengusaha batik di Kauman melewati masa pandemi. Semua hal beralih menjadi serba-daring, dan hanya anak-anak muda yang memahami seluk-beluknya.
"Selain karena inovatif, kemampuan teknologi mereka lebih mampu atau melek, ya," ujar Gunawan, mengenang masa-masa sulit pandemi Covid.
Meskipun saat ini banyak para pemuda yang meninggalkan Pemuka karena memilih karier lain atau sudah berkeluarga, beberapa kali, mereka masih mau hadir dan ikut andil dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan di Kampung Batik Kauman.
"Contohnya waktu launching sarung, mereka juga terlibat walaupun jadi model saja. Peran mereka disesuaikan saja. Kan biasanya anak muda senang tampil. Di pameran-pameran mereka terlibat juga. Ada yang membantu orang tua, membantu koperasi, membantu paguyuban kalo ada event-event," tutur Gunawan, melanjutkan ceritanya soal partisipasi pemuda.
Di sisi lain, Syarikat Dagang Kauman beda lagi perannya. Secara fungsi, SDK lebih fokus pada ranah bisnis, seperti transaksi, permodalan, dan pelatihan berbayar. Terkait pendanaan, sistemnya bagi hasil, tidak berbunga. Karenanya, kalau kata Gunawan, warga dan koperasi sama-sama saling membantu.
Kauman di Masa Mendatang
Warga Kauman berambisi untuk terus bertumbuh dan berkembang, menjadikan kampungnya sebagai ikon wisata, tak hanya tingkat lokal, tetapi juga internasional. Salah satunya ditunjukkan dengan rencana pembuatan rute destinasi Kauman yang terintegrasi, dimulai dari Masjid Agung Surakarta. Rute tersebut nantinya akan dimulai dari sisi timur, melewati alun-alun, kemudian masuk ke area Masjid Agung.
Setelah ada perbaikan dan peningkatan, infrastruktur wisata seperti perpustakaan, showroom, dan tempat lokakarya Jumputan, mulai dikembangkan. Akan ada pula tempat lokakarya pembuatan sarung, penjualan oleh-oleh bernuansa religi, serta pusat penjualan kitab, untuk memanjakan wisatawan religi.
Ketika berjalan ke sisi barat Kauman, pada hari-hari ke depan, kita akan menemui tempat lokakarya batik, museum batik, penelitian pengembangan batik, koperasi batik, dan tempat suvenir batik.
Destinasi kuliner pun tak kalah beragamnya, seperti kafe dan kedai makanan khas, baik dari Kauman maupun Jawa secara umum.
Gunawan juga menyorot lokasi ikonik di sekitar Kauman sebagai kawasan pendukung, seperti Keraton Kasunanan Surakarta, Pasar Klewer, Alun-alun, Pasar Gede, serta daerah Coyudan yang menjadi pusat perdagangan emas ikonik di Kota Solo.
"Bahkan Kauman ada penginapan juga sekarang, homestay sampai hotel-hotel bintang 1 dan 2. Kalau di depan Kauman ada hotel bintang 4. Kalau [daerah-daerah] itu hidup, nanti [akan] bergerak [dan] keren kawasan ini," harap Gunawan.
Dengan banyaknya inovasi, Gunawan berharap Kampung Batik Kauman bisa menjadi ikon unggulan Kota Surakarta, bahkan nasional, serta membawa manfaat bagi masyarakat luas.
"[Kami berharap Kauman] akan jadi kebanggaan masyarakat Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia, bahkan pengin sampai level global. [Kami] ingin Kauman menjadi salah satu pilihan. Kalau demand tinggi, masyarakat dapat manfaatnya. Namun cita-cita ini perlu dukungan, nggak bisa sendiri, perlu ada dukungan media, pemerintah, akademisi dan masyarakat karna batik ini sudah mendunia. Eman [sayang] sekali kalau hanya dikonsumsi lokal, harusnya di dunia. Itu cita-cita kami," pungkasnya.
Penulis: Adisti Daniella Maheswari
Editor: Fadli Nasrudin