tirto.id - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai, kampanye akbar paslon 02, prabowo-Sandi di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Selatan dengan diawali salat subuh berjamaah merupakan suatu bentuk penegasan bahwa Prabowo memang Islam.
"Iya itu [menegaskan keislaman Prabowo], selama ini kan banyak yang meragukan keislaman prabowo, mulai dari membaca Alquran, jarang salat dan sebagainya," ujarnya kepada Tirto, Minggu (7/4/2019).
Apalagi, sebelumnya Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra bicara dalam acara News Maker di Metro TV, 14 Februari lalu. Yusril mengatakan, kalau Habib Rizieq Shihab (HRS), pentolan FPI yang juga motor penggerak pencalonan Prabowo dan Sandiaga Uno pernah meragukan keislaman Prabowo.
Tetapi, kata Ujang, dengan mulai dekatnya Prabowo dengan beberapa ulama yang ada di gerakan 212, kemudian dengan dicalonkannya sebagai presiden berdasarkan Ijtima ulama, membuat Prabowo terlihat sebagai sosok yang mendukung golongan Islam.
Menurutnya, dengan banyaknya tokoh alim ulama yang datang serta ditambah adanya imbauan dari HRS melalui siaran video pada kampanye akbar tersebut, membuat Prabowo semakin dipertegas bahwa dirinya memang Islam dan didukung kelompok muslim.
"Karena itu yang bisa dijadikan jualan Pak Prabowo untuk unjuk kekuatan, bahwa satu, menciptakan bahwa dia Islam, kedua bahwa kami didukung umat Islam, dan kehadiran umat Islam cukup banyak gitu," ujarnya.
Ujang menilai, memang kehadiran beberapa tokoh alim ulama dan habib dapat menarik simpati masyarakat, khususnya umat Islam. Tetapi dirinya kurang mengetahui dengan waktu 10 hari menjelang pencoblosan ini dapat meningkatkan elektabilitas Prabowo-Sandi atau tidak.
"Karena saat ini umat Islam sudah terpolarisasi jadi dua. Apapun yang dilakukan oleh Pak Prabowo, akan berdampak pada kubu Prabowo saja, begitu pun sebaliknya dengan Jokowi," tukasnya.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno