Menuju konten utama

Kalau Tangkap Koruptor Itu Radikal, Novel Ikhlas Disebut Radikal

"Kalau persepsinya [radikal] adalah ternyata menangkap koruptor dan tidak kompromi dengan koruptor, saya ikhlas disebut radikal," kata Novel Baswedan.

Kalau Tangkap Koruptor Itu Radikal, Novel Ikhlas Disebut Radikal
Penyidik KPK Novel Baswedan berdiri di samping layar yang menampilkan hitung maju waktu sejak penyerangan terhadap dirinya saat diluncurkan di gedung KPK, Selasa (11/12/2018). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/ama.

tirto.id - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) buka suara atas tudingan yang menyebut berkembangnya paham radikal di lembaga anti-rasuah itu. Novel mengatakan, seseorang tak bisa dinilai radikal hanya dari pakaian luarnya saja.

"Ketika seseorang mempunyai jenggot seperti saya, kadang menggunakan celana yang sedikit sesuai dengan sunnah rasul, terus dipermasalahkan. Menurut saya yang bersangkutan kurang pengetahuan," kata Novel di Gedung Merah Putih KPK, Kuningan, Jakarta Selatan pada Kamis (19/6/2019).

Ia lantas bertanya balik, apa yang mendasari tudingan yang mengatakan dirinya merupakan bagian dari faksi radikal di KPK.

"Kalau persepsinya [radikal] adalah ternyata menangkap koruptor dan tidak kompromi dengan koruptor, saya ikhlas disebut radikal," katanya.

Tudingan tersebut berawal dari tulisan dari Denny Siregar. Dalam tulisan itu, Denny mengapresiasi Panitia Seleksi Pimpinan KPK yang menggandeng BIN dan BNPT untuk mencegah orang yang terpapar radikalisme menjadi pimpinan di lembaga anti rasuah.

Denny pun membahas soal isu faksi "Polisi Taliban" dan "Polisi India" di KPK. Hal ini pertama kali diungkap Direktur Indonesia Police Watch (IPW) Neta S. Pane beberapa bulan lalu.

"Saya kurang tahu yang dimaksud dengan polisi India. Mungkin mirip dengan polisi India yang baru datang ketika kejadian sudah selesai. Sedangkan polisi Taliban dimaksud adalah kelompok agamis dan ideologis," kata Denny dalam tulisannya.

Ia menduga penyidik senior Novel Baswedan dan mantan komisioner KPK Bambang Widjojanto sebagai bagian dari fraksi polisi Taliban. Menurutnya, kelompok Taliban memiliki pengaruh kuat di KPK. Kelompok ini bahkan bisa menentukan mana kasus yang harus diangkat dan kasus yang diarsipkan.

Tulisan ini kemudian disebarkan ke Twitter oleh akun @Sahal_AS. "Banyak pendukung KPK yg belakangan dirundung kecemasan.. Mrk bertanya2, betulkah kaum “Islam cingkrang” makin menguat di KPK? Tulisan Bung @Dennysiregar7 ini mencerminkan kecemasan tsb. Yuk kawal KPK. Jgn sampe lembaga vital NKRI ini terpapar radikalisme. #SaveKPK" twitnya.

Baca juga artikel terkait RADIKALISME atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Politik
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Alexander Haryanto