Menuju konten utama

Kala Fashion Muslim Melenggang di Catwalk Dunia

Satu demi satu, perancang busana muslim asal Indonesia memamerkan karyanya di ajang-ajang fashion bergengsi dunia. Fashion muslim berkembang pesat, dan para perancang kita dianggap berhasil menggabungkan fashion yang punya citra glamor dengan pakaian Islami yang menekankan ketertutupan.

Kala Fashion Muslim Melenggang di Catwalk Dunia
Fashion Show desainer Anniesa Hasibuan di Couture Fashion Week, New York. [Foto/anniesahasibuan.com]

tirto.id - Ada yang berbeda dalam gelaran New York Fashion Week bulan ini. Acara yang terselenggara setiap bulan Februari dan September ini menampilkan model dengan balutan jilbab melenggang di atas catwalk. Sontak ini memicu pembicaraan publik, dan banyak juga yang menyebut desainer asal Indonesia, Anniesa Hasibuan, telah menorehkan sejarah dengan membawa busana muslim di kancah dunia busana mainstream.

Mahda Syehda dalam majalah online Muslim Girl berkomentar: “Desainer Indonesia menggabungkan unsur-unsur sempurna dari budaya negara asalnya dengan dunia fashion metropolitan barat, untuk menciptakan harmoni indah dari fashion dan kesantunan, karena, ya—keduanya tak harus berbenturan."

Busana muslim Indonesia sebenarnya pernah menjajal ajang fashion bergengsi dunia beberapa tahun terakhir ini. Desainer hijab muda Dian Pelangi pernah membawa karya-karyanya di London, Inggris, Februari 2015 lalu. Dalam acara International Fashion Showcase itu, Pelangi menggelar pelatihan cara pemakaian hijab dalam berbagai gaya.

Pada ajang London Fashion Week, Februari tahun ini pun Dian Pelangi membawa 24 koleksi hijabnya, sekaligus mencatatkan namanya sebagai desainer muslim pertama dalam ajang tersebut.

Bagi masyarakat Indonesia, kehadiran tren fashion muslim bukanlah hal yang baru. Bersamaan dengan antusiasme berhijab dalam satu dekade terakhir ini, berbagai macam gaya dan varian busana yang menunjang muslimah pun bermunculan, yang juga melabungkan nama para perancangnya.

Pesatnya tren busana muslim di Indonesia juga telah menempatkan Indonesia di urutan ketiga sebagai negara dengan nilai konsumsi fashion muslim terbesar pada 2013, dengan nilai 18,8 miliar. Turki memimpin di posisi pertama dengan $39,3 miliar, disusul Uni Emirat Arab USD 22,5 miliar.

Data dari Organisasi Konferensi Islam (OKI) mencatat pada 2015 ekspor fashion muslim Indonesia berada di peringkat ketiga dengan nilai $7.18 miliar setelah Bangladesh senilai $22 miliar dan Turki sebesar $14 miliar.

Sektor fashion juga menyumbang cukup signifikan bagi perekonomian. "Kuliner [menyumbang] 32 persen yaitu sebanyak 220 Triliun, fashion [menyumbang] 30 persen, 200 Triliun. Nomor tiga kerajinan, keempat printing, kemudian desain, termasuk arsitektur di dalamnya," Menteri Pariwisata Arief Yahya membeberkan sektor-sektor yang menyumbang PDB Indonesia pada 2015, seperti dipetik Antara.

Namun bagaimana dengan tren fashion muslim dunia dan target pasar untuk industri ini?

Industri ini memang menunjukkan iklim bersahabat terhadap pangsa pasar dan target sasaran. Berdasarkan data Pew Research, populasi masyarakat muslim dunia diprediksi mencapai 8,3 miliar pada 2030 atau setara 26,4 persen penduduk dunia. Padahal, pada 2010, proporsi penduduk muslim terhadap dunia hanya 23,4 persen.

Global Islamic Economy juga mencatat angkanya sama sekali tak kecil. Pada 2013, kontribusi belanja fashion muslim terhadap belanja fashion dunia besarnya 11 persen, dengan nilai $266 miliar, tumbuh 9,95 persen dari tahun sebelumnya. Pada 2019 nanti, diperkirakan nilainya akan mencapai $484 miliar atau sebesar 14,4 persen terhadap belanja fashion dunia.

Dihadapkan perkembangan industri halal global, State of the Global Islamic Economic melaporkan pada 2018 nantinya industri pakaian muslim akan berkontribusi sebesar $320 miliar. Ia berada di ranking ketiga setelah yang sumbangan dunia keuangan Islam sebesar $3.91 triliun dan makanan halal $1,6 triliun.

Jika belanja fashion di beberapa negara berpenduduk muslim seperti Indonesia, Malaysia, dan Arab Saudi digabung, ia akan pada 2013 akan menempati urutan ketiga di dunia. Nilainya mencapai $266 miliar. Urutan pertama diduduki masyarakat Amerika Serikat yang membelanjakan uangnya senilai $395 untuk sektor fashion, disusul Cina dengan nilai $285 miliar dan Rusia yang mencatat $111 miliar berada di urutan keempat.

Dalam dunia e-commerce, gairah industri fashion muslim dunia juga mencatatkan nilai transaksi yang cukup tinggi. Turki memimpin dengan nilai belanja online sebesar $474 juta, UEA sebesar $428 juta, Amerika Serikat dengan $422 juta, Arab Saudi sebesar $366 juta dan Indonesia sendiri menempati urutan ke-13 dengan nilai $111 juta.

Industri fashion muslim dunia tampaknya masih akan terus melesat, seiring semakin populernya busana muslim dan meningkatnya kelas menengah di negara-negara berpenduduk muslim. Tampilnya busana muslim Indonesia di ajang pagelaran-pagelaran busana berkelas di dunia jadi tak mengherankan, mengingat pasarnya yang juga meluas. Bahkan, jauh-jauh hari Islamic Fashion Consortium (IIFC) memprediksi Indonesia akan menjadi kiblat fashion muslim dunia pada 2020 nanti.

Baca juga artikel terkait GAYA HIDUP atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Maulida Sri Handayani