Menuju konten utama

Jurnalis Investigasi Panama Papers Tewas karena Bom Mobil

Wartawan Malta yang memimpin investigasi Panama Paper, Daphne Caruana Galizia meninggal pada Senin sore saat mobilnya, sebuah Peugeot 108, dihancurkan alat peledak dahsyat.

Jurnalis Investigasi Panama Papers Tewas karena Bom Mobil
Ahli forensik berjalan di lapangan setelah sebuah bom meledakkan mobil yang menewaskan jurnalis investigasi Daphne Caruana Galizia. REUTERS/Darrin Zammit Lupi

tirto.id - Wartawan yang memimpin penyelidikan Panama Papers tentang korupsi di Malta tewas pada Senin (16/10/2017) waktu setempat dalam sebuah ledakan bom mobil di dekat rumahnya.

Daphne Caruana Galizia meninggal pada Senin sore saat mobilnya, sebuah Peugeot 108, dihancurkan alat peledak dahsyat. Ledakan bom mobil merusak kendaraannya dalam beberapa bagian dan melemparkan puing-puing itu hingga ke ladang terdekat.

Blogger yang postingan-nya menarik lebih banyak pembaca daripada sirkulasi gabungan surat kabar negara itu baru-baru ini digambarkan oleh situs web Politico sebagai "satu-satunya wanita WikiLeaks." Blog-nya dinilai sebagai duri baik oleh tokoh pendiri maupun kriminal yang terus menggoyang negara terkecil di Eropa itu.

Pernyataan terakhirnya menuding Perdana Menteri Malta, Joseph Muscat, beserta istrinya yang menjabat sebagai menteri energi dan seorang kepala staf pemerintahan memiliki perusahaan di Panama untuk menerima uang dari pemerintah Azerbaijan.

Hingga saat ini, tidak ada kelompok atau individu yang mengajukan klaim atas serangan tersebut.

Presiden Malta, Marie-Louise Coleiro Preca, meminta semua pihak untuk tenang. "Pada saat-saat ini, ketika negara ini terkejut dengan serangan kejam semacam itu, saya meminta semua orang untuk mengukur kata-kata mereka, untuk tidak memberikan penilaian dan menunjukkan solidaritas," katanya sebagaimana dikutip The Guardian.

Sementara dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri Muscat mengecam "serangan barbar" tersebut, dengan mengatakan bahwa dia telah meminta polisi untuk menjangkau petugas keamanan negara lain guna membantu mengidentifikasi pelaku peledakan.

"Semua orang tahu bahwa Caruana Galizia adalah seorang kritikus yang keras terhadap saya," kata Muscat pada sebuah konferensi pers yang diselenggarakan dengan terburu-buru, "baik secara politik maupun pribadi, tapi tidak ada yang bisa membenarkan tindakan biadab ini dengan cara apa pun."

Muscat kemudian mengumumkan di parlemen bahwa petugas FBI sedang dalam perjalanan ke Malta untuk membantu penyelidikan tersebut, menyusul permintaan bantuan luar negeri dari pemerintah AS.

Pemimpin partai nasionalis, Adrian Delia mengklaim bahwa pembunuhan tersebut terkait dengan pelaporannya. "Sebuah pembunuhan politik terjadi hari ini," kata Delia dalam sebuah pernyataan.

"Apa yang terjadi hari ini bukanlah pembunuhan biasa. Ini adalah konsekuensi dari runtuhnya total rule of law yang telah berlangsung selama empat tahun terakhir."

Menurut laporan media lokal, Caruana Galizia mengajukan laporan polisi 15 hari yang lalu untuk mengatakan bahwa dia telah menerima ancaman pembunuhan.

Wartawan tersebut mem-posting blog terakhir di situs miliknya, Running Commentary pada pukul 14.35 sore pada Senin. Sementara itu, ledakan yang terjadi di dekat rumahnya dilaporkan ke polisi sesaat setelah jam 15.00 sore. Petugas mengatakan tubuhnya belum teridentifikasi. Menurut sumber, salah satu anaknya mendengar ledakan dari rumah mereka dan bergegas ke tempat kejadian.

Caruana Galizia, yang mengaku tidak memiliki afiliasi politik, mengarahkan pandangannya pada berbagai target, mulai dari bank yang memfasilitasi pencucian uang hingga hubungan antara industri game online Malta dan Mafia.

Selama dua tahun terakhir, laporannya sebagian besar terfokus pada pengungkapan Panama Papers, kumpulan 11,5 juta dokumen rahasia yang bocor dari database internal firma hukum terbesar keempat di dunia, Mossack Fonseca.

Data tersebut diperoleh surat kabar Jerman Süddeutsche Zeitung dan dibagikan dengan mitra media di seluruh dunia, termasuk Guardian, oleh International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) di Washington.

Anak Caruana Galizia, Matthew Caruana Galizia, adalah seorang jurnalis dan programmer yang bekerja untuk ICIJ.

Keluarganya telah mengajukan permohonan pengadilan menuntut adanya perubahan hakim. Penyelidikan terhadap kasus tersebut dipimpin oleh Consuelo Scerri Herrera, hakim yang sedang bertugas saat itu.

Namun, Herrera mendapat kritik dari Galizia di blognya. Petisi keluarga tersebut menyatakan bahwa mereka "tidak memiliki kepercayaan" pada Scerri Herrera dan "tidak percaya bahwa dia dapat melakukan penyelidikan magisterial melalui keseriusan dan ketidakberpihakan yang diperlukan dalam pencarian kebenaran."

Awal tahun ini, saat kepresidenan Malta di Uni Eropa, pengungkapan skandal tersebut menimbulkan perhatian utama di Brussels.

Muscat, yang telah menjadi perdana menteri sejak 2013, selalu membantah melakukan skandal itu dan berjanji untuk berhenti jika ada bukti yang muncul tentang keluarganya memiliki rekening bank rahasia di luar negeri yang digunakan untuk menyimpan uang suap - seperti dugaan Caruana Galizia.

Menanggapi berita tentang serangan tersebut, anggota parlemen Jerman Sven Giegold, seorang tokoh terkemuka dalam penyelidikan Panama Papers, mengatakan bahwa dia "terkejut dan sedih."

"Masih terlalu dini untuk mengetahui penyebab ledakan tapi kami berharap bisa melakukan penyelidikan menyeluruh," kata Giegold. "Sama sekali tidak ada toleransi untuk kekerasan terhadap pers dan pelanggaran kebebasan berekspresi di Uni Eropa."

Politisi oposisi mengklaim peraturan undang-undang telah mendapat ancaman sejak Muscat mengembalikan Partai Buruh Malta ke tampuk kekuasaan pada tahun 2013. Empat komisaris polisi telah mengundurkan diri di bawah kepemimpinan Malta.

Ada beberapa pembunuhan bom mobil di Malta selama beberapa tahun terakhir. Sementara pelaku belum diidentifikasi, kekerasan tersebut diduga terkait dengan perselisihan antara kelompok kriminal. Tidak ada yang dianggap bermotif politik.

Caruana Galizia berusia 53 tahun dan meninggalkan suami dan tiga anak laki-laki.

Baca juga artikel terkait PANAMA PAPERS atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari