tirto.id - Sepeda Polygon tipe Monarch 5 mendadak jadi omongan warga internet. Gara-garanya, penyanyi dengan suara empuk Raisa Andriani mendapatkan hadiah sepeda itu dari Presiden Joko Widodo.
Raisa, yang datang ke Istana Negara di Hari Musik Nasional, 9 Maret lalu, bersama sejumlah musikus, dipanggil Jokowi untuk maju. Ia berdiri di samping sang presiden, di antara politikus Golkar Tantowi Yahya dan kepala badan ekonomi kreatif Triawan Munaf yang duduk sembari cengangas-cengenges, dan seorang ajudan yang berdiri agak menjauh dengan pembawaan serius.
Mengenakan gaun merah muda, Raisa menyanyikan lagu 'Indonesia Pusaka'. Sesudahnya, sembari bilang “Jadi, saya dapat sepeda, Pak?” dan ditimpali oleh Jokowi dengan jawaban yang bikin hadirin ketawa, Raisa pun membawa pulang sepeda tersebut.
Raisa lantas mengunggah swafotonya bareng sepeda itu di dalam mobil, lewat Instagram Stories, serta memperlihatkan label di rangka atas sepeda bertuliskan 'Hadiah Presiden Jokowi'.
Kami penasaran, sejak bagi-bagi sepeda lazim dilakukan Jokowi, dan bahkan ia bikin kuis khusus dengan tagar #SepedaJokowi di akun Facebook-nya—dengan total hadiah 10 sepeda yang berakhir hari ini, apakah ada dampak bagi penjualan sepeda-sepeda ini di pasaran?
Jokowi telah melakoni rutinitas macam ini sejak 2015. Kuis Jokowi identik dengan sepeda; ia bagian dari “sarana komunikasinya dengan rakyat”, demikian orang-orang terdekatnya mengatakan. Oorang bisa jadi mengingat sepeda dan sepeda bilamana ada Jokowi di sebuah acara untuk merayakan atau meresmikan ini-itu.
Ari Wibowo, karyawan Rodalink cabang Depok, bercerita mengenai seorang konsumen mendatangi toko buat menanyakan “sepeda Raisa”. Si konsumen mengetahui Polygon yang dibawa pulang oleh Raisa melalui media massa sehingga mencari tahu tipe dan harga sepeda tersebut.
“Minggu lalu ada konsumen nanya sepeda Raisa mana? Tetapi konsumen membeli sepeda Polygon di atas tipe (sepeda) Raisa,” kata Ari saat ditemui Tirto. Rodalink ialah jaringan toko sepeda dari anak perusahaan produsen Polygon, yang punya sejumlah gerai di Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Polygon adalah merek sepeda nasional buatan PT Insera Sena, pabrikan sepeda dari Sidoarjo, Jawa Timur, yang berdiri pada 1989.
Dalam pelbagai kegiatan kuis, Jokowi memberikan sepeda dengan sejumlah merek selain Polygon. Sebut saja United, Giant, Element, dan sebagainya. Apakah ada pengaruh bagi merek tertentu yang biasa dipakai Jokowi untuk sarana komunikasinya ini?
Fendi Widhiatmoko, kepala pemasaran komunikasi Polygon, mengatakan bahwa dari sisi penjualan, sulit melacak dampak kuis sepeda Jokowi terhadap merek Polygon. Merek Polygon dengan tipe Monarch 5 yang dihadiahkan kepada Raisa, misalnya, merupakan produk jualan terbaik perusahaan sejak dirilis pada 2009 sampai 2012.
"Jadi tidak begitu merasakan dampak yang besar secara penjualan," kata Fendi. "Tapi dari sisi brand awareness memiliki dampak yang cukup bagus."
"Secara brand awareness kena. Kita sangat merasakan ada banyak yang nge-share. Memang dampak brand awareness ini tidak secara langsung," ujar Ari.
Brand awareness adalah potensi sebuah merek dikenali atau diingat di benak konsumen, yang jadi tumpuan para humas dan pekerja agensi buat membenamkan merek tertentu melekat dalam kesadaran konsumen.
Ari mengatakan, jauh sebelum ada kuis sepeda Jokowi, penjualan unit sepeda Polygon stabil di angka 80-90 unit/ bulan. Untuk tipe "sepeda Raisa", Rodalink menjualnya seharga Rp2,2 juta, tertinggi di kelas Monarch dari jenis paling murah seharga Rp1,7 juta.
Ketika Jokowi membagikan sepeda Polygon Sierra di Istana Negara kepada Eza, seorang anak yatim, pada hari pertama bulan puasa 2015, produk ini juga tergolong laku di pasaran jauh sebelum Eza mendapatkannya. Harganya sekitar Rp1,8 juta.
"Sepeda ini sudah tidak ada lagi," kata Ari menyebut 'sepeda Eza'. "Ini model lama dengan bahan aluminium. Sementara merek baru dari keluarga Sierra adalah Sierra Lite." Sepeda ini khusus bagi wanita, memiliki keranjang depan dan aksesoris lampu layaknya sepeda ontel.
Seorang pemilik toko sepeda United Premium Store di Depok, yang berjualan sejak 1980-an, mengatakan kuis sepeda ala Jokowi tak memiliki dampak terhadap penjualan. Ia justru mengutarakan unek-uneknya bahwa jualannya sepi selama dua tahun terakhir.
Titik tinggi penjualan ketika orang-orang, umumnya anak-anak muda, sedang gandrung pada sepeda jenis fixie pada 2013. Namun ini hanya musiman. Betapapun sepeda gunung merek United jadi andalan di tokonya, jumlah yang dibeli tidaklah tinggi-tinggi amat.
"Kalau Sabtu dan Minggu bisa terjual 15-20 unit," kata Fajar, pekerja toko United Premium Store. Namun, belakangan masyarakat lebih memilih merek Polygon. Alasannya, komponen suku cadangnya lebih murah dan merek lebih terkenal.
Cerita sama pada toko X-Station di Senayan Trade Center, pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat. Menurut Andi, seorang penjual di toko tersebut, kuis sepeda Jokowi tak memiliki dampak terhadap penjualan meski merek seperti Giant, produk yang dijual di tokonya, jadi salah satu hadiah sepeda presiden kepada dua warga negara Indonesia di Australia.
"Sepeda Giant itu di kisaran harga Rp 6-8 juta," kata Andi.
Di mal yang sama, Yosua Prakoso, seorang karyawan toko Felius Bike, agen resmi sepeda United, mengatakan ada "dampak kecil meski tidak signifikan." Yosua berkata bahwa penjualan sepeda di tempat kerjanya naik dari 10 unit menjadi 15 unit per bulan. Jumlah ini hanya untuk merek United, belum merek lain seperti Trex dan Specialized.
Ia menceritakan toko Felius Bike pernah didatangi ajudan Jokowi pada bulan puasa 2015, yang mencari sepeda 5 unit untuk acara buka puasa bersama di Jakarta Convention Center, sebuah gedung pertemuan di Gelora Bung Karno, berjarak hanya 2 km.
"Kami butuh 5 unit sepeda untuk acaranya Pak Jokowi," kata Yoshua meniru ucapan ajudan presiden.
Dengan waktu yang minim, pihaknya menawarkan sepeda United tipe Monanza 200. Satu unit sepeda ini seharga Rp2,2 juta. "Kalau untuk hadiah," ujarnya, "sepeda merek United ini harganya memang murah tapi dari segi kualitas enggak kalah dari yang mahal."
Di acara buka bersama dengan 3.500 anak yatim itu, Jokowi membagi sepeda dengan mengajukan salah satu pertanyaan nama-nama malaikat. Anak-anak menjawab dengan antusias dan dipenuhi tawa ceria.
Mungkin anda juga penasaran: Apakah Istana secara khusus menjalin kerjasama dengan gerai sepeda tertentu?
Bey Triadi Machmudin, kepala biro pers Sekretariat Presiden, mengatakan "tidak ada kerjasama" antara pihak kepresidenan dan merek sepeda tertentu di gerai manapun setiap kali Jokowi membagikan sepeda.
"Kalau ada acara Presiden Jokowi di daerah bertemu dengan warga, pihak Istana membeli di toko daerah tersebut," katanya.
Kisaran harga sepeda yang dibeli oleh pihak kepresidenan antara Rp1,5 juta dan Rp3 juta. Pembelian ini tergantung harga sepeda di daerah bersangkutan, yang menyesuaikan kemampuan daya beli masyarakat sekitar.
Pihak toko maupun produsen sepeda membenarkan tidak ada kerjasama khusus selama ini dengan Istana. Fendi, kepala pemasaran Polygon, mengatakan kepresidenan membeli sepeda di toko terdekat dari lokasi acara presiden.
==========
Hak Jawab
Meneruskan pertemuan di kantor Tirto.id, 30 Mei lalu, kami dari United Bike melayangkan klarifikasi:
Sebagaimana diberitakan dalam tautan artikel "Jokowi sebagai Marketer Sepeda", yang menyebutkan "United itu bukan brand terkenal", kami mengajukan hak jawab bahwa narasumber yang dikutip dalam artikel tersebut, Yosua Prakoso, seorang karyawan toko sepeda di Senayan Trade Center, tidak pernah mengucapkan pernyataan itu.
Demikian klarifikasi dari kami. Terima kasih,
Tangerang, 31 Mei 2017
Meilany Suryanata
Marketing Communications manager
Jawaban redaksi:
Reja Hidayat, wartawan Tirto yang menulis artikel tersebut, berusaha merespons bantahan pihak United Bike dengan mencari rekaman wawancara untuk laporan ini. Ada bagian wawancara yang direkam oleh Reja Hidayat, tetapi ada yang tidak. Bagian pernyataan yang dikutip itu, dan dijadikan keberatan oleh United Bike, tidak ada bukti rekamannya. Kami memutuskan untuk menghapus kutipan tersebut dari badan artikel. Terima kasih atas tanggapan Anda.
Fahri Salam
Editor Tirto
Penulis: Reja Hidayat
Editor: Fahri Salam