tirto.id - Dewan Penasihat DPP Partai Gerindra Raden Muhammad Syafi'i mengatakan usai Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Jokowi-Ma'ruf sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2019-2024, Partai Gerindra lebih condong memilih menjadi oposisi.
"Ya, saya kira seperti itu [condong oposisi]. Bahwa kader partai Gerindra dan pemikir demokrasi pasti menginginkan Gerindra tetap pada oposisi," ujarnya saat di Kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan, Senin (1/7/2019).
Anggota Komisi III DPR RI itu menjelaskan, dalam demokrasi yang sehat, terdapat dua pilar yang sangat baik, yaitu partai pendukung pemerintah dan oposisi. Sehingga, menurutnya, demokrasi tidak akan sehat jika seluruh partai yang ada, bergabung dalam koalisi pemerintahan.
"Harus ada yang bersikap oposisi, dan Gerindra sejak awal sudah menunjukkan position sebagai partai oposisi. Tentu dalam kondisi yang sama ketika kita belum memenangi pilpres, tentu kita akan membuat oposisi yang sama untuk menyehatkan demokrasi untuk tetap menjadi oposisi," ucapnya.
Menurutnya, demokrasi yang sehat memerlukan adanya check and balance, yakni selain ada partai pendukung pemerintah, juga harus ada partai oposisi yang masuk ke parlemen. Apalagi, kata dia, Prabowo sendiri merupakan seorang yang sangat demokratis dan menginginkan demokrasi yang sehat.
"Saya meyakini Gerindra akan tetap pada posisi sebagai oposisi," pungkasnya.
Namun, dirinya menuturkan terkait sikap partai Gerindra sendiri, pihaknya belum bisa menentukan saat ini. Sebab, belum melakukan pertemuan secara nasional dengan seluruh kader partai Gerindra.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Maya Saputri