tirto.id - Travis Peterson, pemain terompet utama dari Utah Symphony, mencoba mengingat-ingat masa kecilnya. Saat masih berusia 10 tahun, ia begitu terkesima dengan soundtrack film Jurassic Park (1993) karya komposer John Williams. Ia pun membeli CD pertama dari soundtrack tersebut. Meskipun di rumahnya tak memiliki CD Player, ia tetap nekat pergi ke toko guna memutar dan mendengarkan karya itu.
"Ini semacam mengubah saya pada suara orkestra dan mendorong saya untuk mulai mengeksplorasi musik klasik yang berbeda," katanya kepada Deseretnews.com.
Peterson bukan satu-satunya musisi yang kagum pada Williams, hal sama juga dirasakan oleh konduktor Jeff Tyzik. Menurutnya, Williams hebat dalam membuat melodi, dan musiknya mampu menggambarkan karakter secara detil. Hal itulah yang membuat Williams menjadi seorang komposer film sukses.
Terkait dengan kecerdasan itu, Tyzik mengatakan bahwa John Williams adalah The Beatles dalam dunia musik film, hal itu bisa dilihat dari karya-karyanya seperti Star Wars (2015), Superman (1978), Saving Private Ryan (1998) dan masih banyak lagi.
"Sebagai komposer film, ia benar-benar mahir menciptakan suara yang menggambarkan karakter. Jika Anda melihat Jaws, misalnya, ia ditangkap teror mutlak hiu itu." katanya kepada Deseretnews.com.
Menurut gambassa.com, salah satu kehebatan Williams adalah piawai dalam menemukan inti yang terdapat di dalam film. Ia juga mampu mencampurkan asmara, misteri dan teror di dalam berbagai karyanya.
Selain itu, dia juga mampu menangkap inti emosional dari film dan menterjemahkannya ke dalam musik. Dengan menggunakan pengalaman musiknya, Williams dapat menghubungkan penonton dengan karakter tokoh dalam film. Musiknya membangkitkan perasaan penonton sehingga mampu merasuk ke dalam film.
Mendapat Nama Besar
John Williams adalah anak dari pemain perkusi Johnny Williams. Ayahnya bekerja sebagai pemusik film soundtrack, hal inilah yang membuatnya gampang untuk masuk ke dalam profesi komposer musik film.
Selama di Hollywood, Williams telah bekerja sebagai pianis dan arranger bersama tokoh-tokoh musik film seperti Alfred Newman, Franz Waxman, Bernard Herrmann dan Henry Mancini.
Karena bakatnya di bidang musik, Alfred Newman mulai mendorongnya untuk menjadi komposer. Ia pun mulai beralih menjadi komposer di acara televisi dari Allen seperti Lost in Space (1965), Time Tunnel (1966) dan Land of Giants (1968).
John Williams mulai dikenal setelah menyelesaikan komposisi musik untuk film Jaws karya sutradara Steven Spielberg tahun 1975. Berkat karya ini, ia berhasil menyabet berbagai penghargaan antara lain: Academy Award for Best Original Dramatic Score 1975, Golden Globe Award for Best Original Score 1975, BAFTA Award for Best Film Music 1975, Grammy Award for Best Score Soundtrack for Visual Media 1976 dan Ranked 6th Greatest American Movie Score of all time by AFI 2005.
Williams menghabiskan dua bulan untuk menulis film itu dan direkam pada awal Maret 1975 dengan 73 orkestra, karena film ini, Williams juga berhasil disejajarkan dengan komposer terkenal seperti Henry Mancini dan Hans Zimmer..
Terkait dengan kepiawaiannya merancang musik, Spielberg mengatakan: "John Williams telah membuat film kami lebih berani dan mencekam daripada yang pernah saya pikirkan." Katanya dikutip dari Limelight Magazine.
Setelah sukses menggarap Jaws, Steven Spielberg mulai merekomendasikan Williams kepada sutradara George Lukas, yang kebetulan tengah membutuhkan komposer untuk film Star Wars (1977). Dalam film ini, Williams kembali memperkenalkan unsur-unsur musik klasik. Karya ini juga mendapat sambutan hangat, bahkan album soundtrack-nya berhasil terjual lebih dari empat juta kopi, hal yang jarang terjadi dalam sejarah rekaman album soundtrack film.
Sejak saat itu, Williams mulai menangani banyak film seperti: Superman (1978) Schindler's List (1993), Jurassic Park (1993, Saving Private Ryan (1998), Harry Potter (2001), Catch Me If You Can (2002), Memoirs of a Geisha (2005), dan hampur seluruh karya Steven Spielberg.
Juni 2016 lalu, John Williams juga berhasil menjadi komposer pertama yang mendapatkan AFI Life Achievement Award dari American Film Institute, biasanya penghargaan ini hanya diberikan pada aktor dan sutradara. Sementara total kekayaannya menurut TheRichest mencapai 100 juta dolar AS.
Bagaimana cara Williams bekerja?
Dalam sebuah wawancara di The New York Time, John Williams yang kini berusia 84 tahun mengaku bahwa ia membuat musik setiap hari, tak perduli meskipun mood-nya sedang tidak baik, tapi selama enam hari bekerja ia akan beristirahat dan mengembangkan kemampuan bermusiknya.
Selain itu ia juga akan berjalan kaki selama 20 dan 30 menit setiap hari untuk me-refresh diri dari aktivitas. Ia juga mengaku tidak pernah kehabisan ide, jika suatu kali ia kehabisan ide, maka yang dilakukannya adalah terus menulis, baginya, hal ini akan mendatangkan ide untuk melanjutkan aransemennya.
Ia juga berpikir, sebagai komposer ia terkadang sering keluar dari apa yang ditentukan dari awal dan membiarkan ide-idenya mengalir. Menurutnya hal yang indah dari musik tidak akan pernah habis dan setiap ide kecil akan terus berbuah. Sehingga dalam beberapa catatan musiknya, akan dapat berubah menjadi sangat bervariasi. Ia juga akan bekerja selama dua atau tiga hari hanya untuk melihat adegan yang ia butuhkan. Kemudian ia akan menulis beberapa bar.
Meskipun teknologi telah memungkinkannya untuk merubah cara kerja, sampai saat ini Williams tetap menulis musik dengan menggunakan pensil, pena dan kertas. Ia mengaku tak memiliki waktu untuk mempelajari synthesizer dan komputer.
Ia juga mengaku bahwa menulis musik dengan menggunakan pensil dan kertas akan menjadi bagian rutinitas dalam proses kerjanya: “Rasanya baik untuk memegang pena atau pensil di tangan Anda dan kertas kotor.”
Melihat segala kepiawaiannya menghidupkan film, wajar saja Steven Spielberg mengatakan: "Tanpa John Williams, sepeda tidak benar-benar terbang... Dinosaurus tidak berjalan bumi, kita tidak heran, kita tidak menangis, kita tidak percaya." katanya dikutip dari The Guardian.
Benar, musik memang tak bisa dipisahkan dari film, seperti yang diungkap konduktor Jeff Tyzik kepada Deseretnews.com: "Seringkali musik terkubur di bawah film, di bawah suara dan dialog... Musik bisa berdiri tanpa film, tapi film tidak akan bertahan tanpa musik."
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Zen RS