tirto.id - Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi, Johan Budi mengklaim bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah lama ingin bertemu dengan perwakilan korban pelanggaran HAM masa lalu yang kerap menggelar Aksi Kamisan.
Menurut Johan, Jokowi sudah dua kali mengupayakan bertemu dengan para pegiat Aksi Kamisan. Akan tetapi, keinginan itu selalu kandas.
"Presiden sampaikan sudah dua kali upaya itu [bertemu pegiat Kamisan] diusahakan, tetapi tidak tahu miss-nya di mana. Ketika mendengar [keinginan bertemu] dari Pak Usman [Direktur Amnesty Internasional Indonesia], presiden merespons kemudian diatur lah pertemuan," ujar Johan di Istana Negara, Kamis (31/5/2018).
Pertemuan Jokowi dengan para keluarga dan korban pelanggaran HAM terealisasi setelah pertemuannya dengan beberapa pakar hukum dan HAM di Istana, Rabu (30/5/2018). Dalam pertemuan itu juga hadir Menko Polhukam Wiranto, Jaksa Agung M Prasetyo, serta Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly.
Saat bertemu pegiat Kamisan, Jokowi tidak didampingi Jaksa Agung M Prasetyo dan Menko Polhukam Wiranto. Ada sekitar 20 orang dari perwakilan pegiat Kamisan yang ikut bertemu Jokowi sejak pukul 14.30 WIB sampai sekitar pukul 16.20 WIB.
"Presiden ingin mendengar secara langsung bagaimana, apa yang terjadi oleh para korban di kasus yang disampaikan. Jadi mendengar dulu [...] dan bapak presiden berjanji segera memanggil Jaksa Agung dan Menko Polhukam untuk membicarakan perwakilan korban beberapa kasus HAM masa lalu," kata Johan.
Pihak Istana juga menjelaskan bahwa ketidakhadiran Prasetyo serta Wiranto di pertemuan Jokowi dengan pegiat Kamisan bukan tanpa alasan. Menurut Johan, Jokowi memang sengaja ingin lebih banyak mendengar pendapat para keluarga korban, sebelum nantinya memberi perintah untuk Prasetyo dan Wiranto.
"Disampaikan juga ke Pak Moeldoko [Ketua KSP], kalau ingin menanyakan day by day perkembangan ini bisa ke Pak Moeldoko," ujarnya.
Konfirmasi Keluarga Korban
Klaim Johan bahwa Jokowi pernah menginisiasi pertemuan dengan pegiat Kamisan sebelum saat ini dikonfirmasi keluarga korban.
Paian Siahaan, orangtua seorang mahasiswa yang hilang saat kerusuhan Mei 1998 terjadi, menyebut bahwa rencana pertemuan sudah pernah terdengar pada akhir Desember 2017.
Saat itu, rencananya Jokowi hendak bertemu pegiat Kamisan di Istana Bogor. Akan tetapi pertemuan tak terealisasi karena jadwal pertemuan berbenturan dengan jam pelaksanaan Kamisan.
"Kami sudah kumpul, tetapi waktu itu kami kan mau Kamisan. Akhirnya kami putuskan ke Kamisan," ujar Paian.
Orangtua Ucok Munandar Siahaan itu mengaku tak merasa kecewa dari pertemuannya dengan Jokowi penghujung Mei ini. Ia mengaku bisa memahami posisi Jokowi saat ini yang tak bisa leluasa memproses hukum pelanggaran-pelanggaran HAM masa lalu sesuai visi dan misi kampanyenya.
"Saya bisa memikirkan kondisi Pak Jokowi seperti apa. [Kondisinya] dikerumuni orang-orang yang enggak sepaham dengan dia juga. Saya juga paham, belum tentu bisa [diproses cepat] karena dia kan dapat masukan dari pembantunya, padahal pembantunya ada yang enggak suka ini [kasus masa lalu] diselesaikan," kata Paian.
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Alexander Haryanto