tirto.id - Jenazah warga negara Indonesia (WNI) korban gempa Turki, Ni Wayan Supini (44), asal Dusun Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung tiba di Bali, Kamis (23/2/2023), pukul 16.00 WITA, Antara melaporkan.
Jenazah Supini disambut sang suami I Nyoman Ranten (50) bersama dengan kedua anaknya I Gede Krisna Adi Pratama Putra (20) dan Ni Kadek Osiana Murni Savitri (17), serta sejumlah keluarga dan kerabat yang sudah sejak siang menunggu di Terminal Kargo Domestik, Bandara I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kabupaten Badung, Bali.
Jasad Ni Wayan Supini diberangkatkan dari Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta menggunakan maskapai penerbangan Garuda Indonesia langsung menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.
Sesaat sesampai di Bali, jenazah Supini diserahkan oleh perwakilan Kementerian Luar Negeri, Kedutaan Besar Republik Indonesia, Divisi Hubungan Internasional Mabes Polri kepada pemerintah Provinsi Bali yang diwakili Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral (Disnaker ESDM) Provinsi Bali Ida Bagus Setiawan.
Hadir juga Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra, Kapolresta Denpasar Kombes Pol Bambang Yugo Pamungkas, Kapolres Kawasan Bandara AKBP Ida Ayu Wikarniti, sejumlah pejabat tinggi Polda Bali, keluarga dan kerabat Ni Wayan Supini.
Suasana haru terasa saat personel TNI-Polri menandu peti jenazah Ni Wayan Supini dan memasukkannya ke dalam mobil ambulans RS Bhayangkara Denpasar. Sang suami, Nyoman Ranten hanya tertegun sambil mengelus peti jenazah istrinya.
Selanjutnya, mobil yang membawa peti jenazah Ni Wayan Supini dikawal oleh personel Polda Bali sampai di Rumah Sakit Umum Daerah, Klungkung, Bali.
"Kami Polri, mendapatkan perintah untuk mengurus kedatangan jenazah dari Jakarta sampai di Bali untuk seterusnya diserahkan kepada pihak keluarga," kata Putu Jayan.
Di Klungkung, jenazah korban Ni Wayan Supini disambut oleh Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, dan jajaran.
Sementara itu, sebelum kedatangan jenazah, Nyoman Ranten, suami Wayan Supini mengungkapkan dirinya tidak menyangka bahwa perjalanan pulang istrinya bakal seperti yang terjadi hari ini.
"Saya tidak menyangka kalo pulangnya seperti ini. Tetapi, apa boleh buat mungkin ini sudah jalannya, kami berusaha untuk ikhlas. Istri saya sudah pulang meskipun dalam kondisi yang tidak kami harapkan. Itulah realitasnya," katanya.
Pada awalnya, kata Nyoman Ranten, istrinya Supini sangat berharap bisa mengubah keadaan ekonomi keluarga dengan menjadi terapis di Diyarbakir, Turki, setelah kehilangan pekerjaan akibat pandemi COVID-19. Namun, gempa magnitudo 7,8 yang menghantam Turki beberapa waktu lalu membuat perempuan yang dinikahinya pada 2002 lalu kehilangan segalanya.
Nyoman Ranten mengatakan untuk sementara jenazah sang istri akan dititipkan di RSUD Klungkung karena di desanya sedang ada upacara adat lain yang membuat rencana pemakaman akan dijadwalkan, menunggu hasil koordinasi dengan keluarga besar dan krama (warga) desa.
"Untuk upacara sih, masih dalam rencana, cuma kami rencanakan tanggal 10 Maret bisa dikuburkan," kata dia.
Menurut dia, jasad istrinya akan dikuburkan di pemakaman umum yang ada di Dusun Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung tanpa melalui upacara pengabenan seturut adat setempat karena kematian Supini dikategorikan sebagai kematian yang tidak wajar.
"Sesuai dresta (tata krama adat ), sesuai pararem (aturan yang terkait perkara adat) di desa kami, tidak diperbolehkan karena dianggap 'mati salah pati' (kematian yang tidak wajar, red.)," kata Nyoman Ranten.
Dia menyampaikan terima kasih kepada sejumlah orang yang telah memulangkan istrinya tersebut hingga sampai di Klungkung seperti Kedutaan Besar Republik Indonesia di Turki, Kementerian Luar Negeri, Kepolisian Republik Indonesia, Polda Bali, Polresta Denpasar, Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Bali, Pemerintah Kabupaten Klungkung dan Polres Klungkung.
Editor: Restu Diantina Putri