Menuju konten utama

Jelang Ramadhan, Kementan Antisipasi Kelangkaan Cabai

Menjelang Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2016, Kementerian Pertanian mencanangkan program Gerakan Tanam Cabai di Musim Kemarau yang telah dimulai pada 2015. Hal tersebut sebagai antisipasi jaminan ketersediaan lombok saat permintaan meningkat.

Jelang Ramadhan, Kementan Antisipasi Kelangkaan Cabai
Seorang pedagang menyortir cabai merah yang busuk di kiosnya Pasar Pagi, Tegal, Jawa Tengah, Jumat (4/3). Menurut pedagang, permintaan cabai merah yang busuk meningkat hingga 30 persen akibat mahalnya harga cabai merah mencapai Rp45 ribu per kilogram. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

tirto.id - Menjelang Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2016, Kementerian Pertanian (Kementan) mencanangkan program Gerakan Tanam Cabai di Musim Kemarau (GTCK) yang telah dimulai pada 2015. Hal tersebut sebagai antisipasi jaminan ketersediaan lombok saat permintaan meningkat.

“Ramadhan sebentar lagi akan datang di mana pada saat itu kebutuhan cabai pasti akan meningkat untuk konsumsi, sehingga perlu diambil langkah antisipasi,” kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Spudnik Sujono Kamino usai panen raya cabai di Dusun Semimpen, Desa Ketundan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (1/4/2016).

Karena itu, lanjut Spudnik, Kementan mewaspadai produksi cabai menjelang Ramadhan hingga lebaran 2016 agar stok selalu tersedia dengan harga yang tidak terlalu mahal sampai masyarakat, namun petani juga tidak dirugikan.

Menurut dia, melalui GTCK yang telah dimulai pada 2015 lalu, pihaknya berharap stok cabai tetap tersedia. Spudnik menambahkan, gerakan yang dilakukan di seluruh sentra produksi cabai nasional itu, katanya, penting untuk menjamin pasokan komoditas tersebut agar selalu terpenuhi.

Selain itu, lanjut dia, dengan adanya gerakan tersebut, maka harga berbagai jenis cabai seperti cabai keriting dan cabai rawit yang pernah menyentuh harga Rp40.000 per kilogram kini turun menjadi Rp23.000-Rp26.000 per kilogram.

“Saat ini, kami juga telah memberikan bantuan benih cabai kepada petani untuk segera ditanam sehingga nanti saat hari raya stok selalu ada,” ujarnya.

Penurunan harga sebesar itu, kata dia, bagi petani bukan merupakan kerugian karena selama ini yang mempermainkan harga dan selalu mengambil untung besar sebenarnya pedagang.

Melihat potensi lahan di Magelang yang masih sangat luas untuk menanam cabai, Spudnik menjadikan sebagai sentra cabai sehingga bisa memasok ke Jakarta.

“Jakarta selama ini menjadi barometer harga cabai. Walaupun sudah dipasok dari Jawa Barat tapi akan kita pasok lagi dari Magelang,” kata dia menambahkan.

Hal yang perlu diawasi dengan upaya produksi cabai adalah musim kemarau yang panjang serta adanya organisme pengganggu tanaman (OPT) antara lain hama kuning.

Saat ini, luas panen cabai di Magelang mencapai 1.121 hektare untuk kawasan Magelang timur dan untuk wilayah barat tersedia 324 hektare, sehingga total luas panen di Kabupaten Magelang sampai April 2015 mencapai 1.445 hektare. Produksi cabe rawit Maret 2016 sebesar 1.762 ton, sementara cabai besar (keriting) sebesar 10.115 ton. (ANT)

Baca juga artikel terkait CABAI atau tulisan lainnya

Reporter: Abdul Aziz