tirto.id - Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri), Bima Arya Sugiarto, mengatakan pihaknya akan meminta kepala daerah bekerja sama dengan produsen cabai untuk memenuhi kebutuhan cabai imbas Harga yang masih meroket.
Harga cabai di pasaran saat ini masih menyentuh Rp100 ribu per kilogram (kg).
“Ini diatasinya antara lain melalui kerja sama antar-daerah-daerah champion. Jadi, kalau tidak ada di satu daerah, mereka akan bergeser ke lain, ya, untuk mengatasi itu. Yang lain adalah urban farming, menanam cabai, dan lain-lain,” kata Bima, saat ditemui di Kantor Graha Mandiri, Jakarta, Jumat (11/4/2025).
Bima mengungkapkan Kemendagri juga melakukan operasi pasar dan memerintahkan kepala daerah setempat untuk memantau harga-harga cabai di pasaran.
“Supaya bisa mengambil langkah-langkah cepat, ya, bagaimana menyediakan suplai komoditas-komoditas yang tadi sulit tadi," ucap Bima.
Dia tak menampik cabai merupakan penyumbang inflasi, imbas harganya yang terus meroket. Bima menyebut banyak faktor yang menyebabkan melesatnya harga cabai, seperti cuaca hingga distribusi.
“Harga cabai yang naik ini bisa jadi karena faktor cuaca, kebanyakan seperti itu, ya, gagal panen karena cuaca, atau faktor distribusinya,” ungkap Bima.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengeklaim harga cabai rawit merah yang mengalami kenaikan akan segera menurun dalam 2 hingga 3 pekan ke depan. Hal ini, kata dia, seiring dengan meningkatnya pasokan dari petani.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifti Hasan (Zulhas), terkejut saat mengetahui harga cabai rawit dan cabai keriting dipatok di atas Rp100 ribu per kilogram (kg).
Ketua Umum PAN ini pun tak menampik bahan pokok cabai memang melonjak dibanding harga bahan pokok lainnya yang masih stabil dan sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET).
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Fransiskus Adryanto Pratama