Menuju konten utama

Jelang Pemilu, Putin Pamer Senjata Nuklir

Washington, gertak Putin, harus berhenti memandang kekuatan militer Rusia sebelah mata.

Jelang Pemilu, Putin Pamer Senjata Nuklir
Pesawat tempur pembom jarak-jauh Rusia mengenai target Negara Islam di timur laut Suriah, dalam foto yang diambil dari video yang dirilis Kementerian Pertahanan Rusia, Sabtu (25/11/2017). ANTARA FOTO/Ministry of Defence of the Russian Federation/Handout via REUTERS

tirto.id -

Rusia mengklaim punya sederet senjata militer tercanggih di dunia. Pada Kamis (1/3) pekan lalu di Gedung Majelis Rusia, Putin memamerkan satu per satu senjata tersebut lewat layar raksasa di belakang podium. Beberapa kali para hadirin berdiri dan memberikan tepuk tangan meriah dalam iringan lagu kebangsaan Rusia.

Dalam pidatonya, Putin mengatakan agar Washington berhenti memandang sebelah mata sistem keamanan Rusia dan mulai mengajak AS bermitra dengan Moskow.

Sebenarnya apa saja sistem persenjataan canggih terbaru yang membuat Putin begitu percaya diri?

Dilansir dari Russia Today (1/3), Rusia punya sistem Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) baru. Rudal balistik ini mampu meningkatkan jangkauan langsung dari Rusia ke AS via jalur Kutub Selatan. Rudal baru bernama Sarmat atau RS-28 ini diklaim dapat dengan mudah menembus puluhan rudal pencegat AS yang ditempatkan di Alaska. Rudal yang memakai dapur pacu miniatur reaktor nuklir ini diperkirakan sangat efisien mengakali sistem pertahanan anti rudal lawan.

Senjata canggih berikutnya adalah kapal tak berawak khusus. Daya jelajah alat ini diklaim “sangat dalam” dan mampu melakukan perjalanan antar benua dengan kecepatan berkali lipat lebih tinggi dibanding kapal selam, torpedo modern atau bahkan kapal laut. Pesawat nir-awak ini pun memiliki kapasitas membidik kapal induk musuh, menembus pertahanan garis pantai. Rusia mengklaim bahwa kapal barunya itu tidak bisa diimbangi oleh sistem pertahanan dunia manapun.

Sistem rudal mini bernama Kizhal diklaim Putin bisa mengudara 10 kali lipat kecepatan suara serta memiliki kemampuan menjelajahi rute tak terprediksi menuju sasaran. Jangkauan proyektil mencapai 2.000 kilometer. Senjata ini juga bisa dipasang di jet-jet tempur.

Senjata lain yang tengah dikembangkan akan tetapi belum diuji penuh adalah sebuah hulu ledak glider hipersonik. Glider—atau pesawat peluncur—ini dikerahkan dari luar angkasa dan mampu melesat ke bumi dengan kecepatan lebih dari dua puluh kali kecepatan suara (Mach-20). Sistem yang dinamai Avangard ini dikabarkan mampu menahan gesekan panas sampai 2.000 derajat celcius.

Di bawah kepemimpinan Putin sejak 2000, pelan-pelan Rusia terus meningkatkan sektor keamanan dan militernya. Pada 2011 lalu misalnya, Putin mengumumkan akan menggelontorkan 360 miliar dollar untuk peremajaan peralatan militer hingga tahun 2025.

Meski rencana Putin sempat terganggu oleh krisis ekonomi Rusia yang merontokkan mata uang rubel pada 2015, perekonomian Rusia sudah tumbuh kembali terutama sejak kuartal terakhir tahun 2016, sebagaimana dilaporkan CNN. Menurut laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), pengeluaran militer Rusia pada 2016 bahkan meningkat hingga 69,2 miliar dollar.

Untuk urusan kepemilikan senjata nuklir, berdasarkan data Federation Of American Scientists (FAS) per Desember 2017, Rusia ada di peringkat pertama dunia dengan torehan 6.800 hulu ledak nuklir. Disusul Amerika Serikat sebanyak 6.600.

Infografik Putin pamer senjata

Amerika Ketar-Ketir

Washington sendiri menyambut skeptis ucapan dan presentasi persenjataan baru Rusia itu. Para pejabat meragukan peningkatan kapasitas persenjataan nuklir Rusia di luar yang telah diketahui badan intelijen dan militer AS.

“Kami sudah lama mengamati Rusia. Kami tidak terkejut,” ujar Dana White, juru bicara Pentagon seperti dilansir Reuters.

White membalas sesumbar Putin bahwa “Senjata-senjata yang tengah dibicarakan ini sudah lama dalam tahap pengembangan,” kata White tanpa menanggapi klaim kemampuan spesifik tiap senjata yang dibicarakan Putin.

Pemerintahan Trump menuduh Moskow baru-baru ini melanggar perjanjian era Perang Dingin yang melarang rudal balistik, rudal jelajah rudal nuklir dan rudal konvensional dengan jarak tempuh 500-5.500 km (300-3.400 mil).

Tapi kewaspadaan Pentagon tetap tidak bisa ditutupi. Selain Rusia, mereka juga mewaspadai Cina. Data dari Federation of America Scientist per Desember 2017 menunjukkan Cina punya sedikit senjata nuklir yaitu 270. Jumlah ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Rusia (6.800) dan AS (6.600).

Namun Pentagon tetap memasukkan Cina sejajar dengan Rusia sebagai ancaman. Markas Departemen Pertahanan AS itu mengajukan suntikan dana anggaran militer besar untuk tahun 2019. Pentagon juga aktif melobi Kongres agar anggaran sebesar 686 milliar dollar AS bisa cair. Jika direalisasikan, angka ini bakal mencatat rekor terbesar dalam sejarah militer AS.

Proposal anggaran militer tersebut diajukan pada 13 Februari 2018 lalu. Di mata AS, Cina sudah makin agresif menguasai Laut Cina Selatan dengan serangkaian kebijakan ekonomi, termasuk pembangunan sebuah pulau yang sudah dijaga oleh patroli jet tempur Su-35.

Pada 8 Februari 2018, Beijing juga menyatakan menyimpan pesawat tempur siluman baru bernama J-20. Kemampuan pesawat ini dipandang sebagai tantangan bagi jet siluman milik AS macam F-22 dan F-35. Cina juga terus menambah kapal perang mutakhir di pangkalan militernya di Djibouti.

Tahun ini Rusia dijadwalkan akan menyelenggarakan pilpres. Putin dipastikan maju kembali sebagai calon kuat bersama dua penantang lainnya. Tak berlebihan jika pengumuman senjata baru ini berhubungan dengan upaya Putin meraup suara—selain menggertak AS, tentunya.

Baca juga artikel terkait PEMILU RUSIA atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Politik
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Windu Jusuf