tirto.id - Dulu, untuk mendapatkan bulu mata lentik, ada maskara dan penjepit. Lalu, ada bulu mata palsu yang bisa ditempel, menampilkan kesan bulu mata nan lebat dan lentik. Kini, yang sedang digandrungi adalah praktik memanjangkan bulu mata, agar lentik dan panjangnya bisa bertahan lama.
Wulan Andari (25), seorang pegawai bagian marketing sebuah perusahaan software di Jakarta, merupakan salah satu pengguna ekstensi bulu mata. Pekerjaannya menuntut Wulan untuk tampil prima dan menarik di hadapan klien-kliennya. Di sisi lain, ia tak punya cukup waktu untuk mematut diri di depan kaca. Maka, Wulan pun menjajal ekstensi bulu mata sebagai salah satu upayanya.
“Dandanan boleh ala kadarnya, asalkan alis, bulu mata, dan gincu selalu on,” ia berujar.
Untuk mendapatkan bulu mata lentiknya, Wulan berlangganan melakukan ekstensi si salah satu salon di bilangan Bintaro Jaya. Dengan uang sebesar Rp350-500 ribu, ia sudah mendapatkan bulu mata lentik yang bertahan hingga beberapa bulan.
Terdengar praktis? Memang. Namun, ternyata perawatan yang sedang ngehits ini tak boleh dilakukan oleh sembarang orang. Perlu keahlian khusus bagi seorang teknisi ekstensi, karena tindakan ini sama rumitnya dengan pembedahan mikro.
Cortney Akai, teknisi bulu mata ekstensi profesional menjelaskan kerumitan proses tersebut di situswebnya. Bulu mata palsu yang terbuat dari serat sintetis seperti nilon, sutera, atau bulu ditanam di atas bulu mata asli pada kelopak atas. Ukurannya yang kecil, hanya berkisar 6-17 mm, membuat teknisi harus cermat menempelkannya satu per satu menggunakan pinset panjang berujung runcing. Dengan pinset lain, ia memisahkan bulu mata asli dan menjaga keduanya menempel hingga lem mengering.
Proses tersebut terus berulang hingga 40-100 bulu mata sintetik tertanam di setiap kelopak mata. Setidaknya, butuh waktu selama dua jam untuk menyelesaikan, tapi hasilnya dapat bertahan selama dua bulan hingga satu tahun. Bulu mata sintetis ini akan rontok secara alami mengikuti fase rontok bulu mata asli. Dalam satu bulan, setidaknya ada 50 persen bulu mata sintetis rontok.
“Perlu sesi touch up setiap 3-4 minggu sekali,” paparnya.
Untuk menampilkan kesan bulu mata alami, teknisi akan menggunakan bulu mata yang berbeda panjangnya. Perekat yang digunakan merupakan formula khusus dan bersifat semi-permanen. Untuk menjaga agar bulu mata menempel kuat, ia tak boleh terkena air selama 12-24 jam setelah pemakaian.
Ekstensi Bulu Mata Membikin Alergi
Karena digemari dan menjadi tren kecantikan terkini, salon-salon kecantikan berlomba-lomba menawarkan ekstensi bulu mata dengan harga terjangkau. Akibatnya, tak semua perawatan berakhir sempurna. Teknisi tak berpengalaman dengan material ekstensi kualitas minim jadi menjamur. Hal semacam ini bisa membikin malapetaka bagi penggunanya.
Misalnya yang dialami seorang wanita berumur 20 tahun asal Ottawa, Kanada, Isabelle Edith Kun. Setelah melakukan perawatan bulu mata ekstensi, matanya jadi bengkak, berair, dan tak bisa terbuka. Ia mengalami alergi mendadak akibat lem yang digunakan, disertai sesak napas dan amandel membengkak.
Reaksi itu ia tunjukkan dua hari pasca-pemasangan bulu mata sintetis. Padahal, sebelumnya Isabelle kerapkali melakukan perawatan yang sama, tapi tak menunjukkan reaksi buruk apapun. Ia baru merasakan bengkak pada sesi penyambungan bulu mata terakhir. Ketika itu, Isabelle sempat bertanya jenis perekat yang digunakan pihak salon.
“Dia tak tahu jenisnya tapi dia yakin itu perekat bagus,” katanya, bercerita ulang.
Setelah memeriksakan diri ke dokter, ia meyakini alergi yang muncul merupakan reaksi dari perekat bulu mata. Beberapa orang memang alergi terhadap kandungan sianokrilat pada perekat instan. Kandungan tersebut juga terdapat pada produk kecantikan lainnya, seperti kuku palsu.
Pengalaman serupa juga diceritakan seorang wanita di Jepang, Syori Sugi. Di negara matahari terbit ini, ekstensi bulu mata menjadi salah satu perawatan kecantikan yang populer. Syori tak mau ketinggalan menjajalnya. Ia pun mendaftar pelayanan ekstensi bulu mata di salah satu klinik di Tokyo. Sayang, perawatan yang dijalankan malah membuat matanya bengkak selama dua minggu.
“Rasanya sakit dan perih sekali, mataku terus-terusan berair,” kata Syori dalam laporan video BBC.
Dr. Masayoshi Kajita dari Kajita Eye Clinic di Tokyo, Jepang menyatakan pemasangan bulu mata sintetis menjadi penyebab iritasi mata terbanyak di Jepang. Data penelusuran pemerintah Jepang juga menyatakan hal sama. Banyak keluhan iritasi akibat tindakan ekstensi. Sehingga sejak tahun 2013 lalu, mereka menetapkan aturan sertifikasi bagi salon yang memiliki perawatan ekstensi bulu mata.
“Di klinik ini saja, setidaknya ada 100 kasus iritasi dan infeksi mata per tahun karena ekstensi,” katanya.
Untuk menghindari hal-hal buruk karena ekstensi, seperti halnya anjuran pemerintah Jepang, Akai menyarankan para penikmat ekstensi mencari salon bersertifikat. Ekstensi bulu mata berbahaya ketika dilakukan secara sembrono oleh teknisi yang belum berpengalaman.
Bisa jadi, bulu mata sintetis ditanam di kelopak mata, bukan di bulu mata asli sehingga membikin iritasi bahkan cedera serius. Hal lain yang bisa terjadi adalah menempelnya beberapa bulu mata palsu ke sehelai bulu mata asli. Tindakan ini membuat bulu mata berat, akibatnya akar bulu mata tak kuat menopang sambungan.
“Membuat jadi rontok prematur,” katanya kepada Huffington Post.
Akai juga mengingatkan konsumen untuk memastikan kandungan perekat yang dipakai. Jika terasa sensasi panas terbakar pada mata ketika prosedur berlangsung, konsumen perlu segera meminta teknisi untuk menghentikan prosedur. Lalu, meminta teknisi mengganti perekat.
Lebih baik lagi jika Anda melakukan tes alergi sebelum prosedur dimulai dan memastikan peralatan dan tangan teknisi steril. Jangan sampai terjadi infeksi akibat mikroba dari tangan dan alat yang tak bersih.
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani