Menuju konten utama

Jalani Melasti, Umat Hindu Jambi Doakan Keutuhan NKRI

Kepala Pembimbing Masyarakat Hindu pada Kanwil Kemenag Provinsi Jambi, Budiono, berharap agar umat bergama di Indonesia dapat mempererat persatuan dan kesatuan untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Jalani Melasti, Umat Hindu Jambi Doakan Keutuhan NKRI
Umat Hindu berjalan beriringan membawa berbagai macam sesaji saat berlangsung upacara Melasti di mata air Tuk Mas, Grabag, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (26/3). ANTARA FOTO/Anis Efizudin.

tirto.id - Dalam rangka menyongsong Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1939, Kepala Pembimbing Masyarakat Hindu pada Kanwil Kemenag Provinsi Jambi, Budiono, berharap agar umat bergama di Indonesia dapat mempererat persatuan dan kesatuan untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Mari kita harus saling sama-sama menjaga toleransi antarumat beragama yang tujuannya adalah demi menjaga keutuhan NKRI yang penuh dengan keberagaman suku adat dan budaya yang kita cintai ini," kata Budiono di sela-sela ritual upacara Melasti yang dipusatkan di Pura Giri Indra Lokha, Kelurahan Kenali Asam Bawah, Kecamatan Kota Baru, Kota Jambi, Minggu (26/3/2017).

"Upacara Melasti yang kami lakukan ini merupakan rangkaian Hari Raya Nyepi yang tujuannya untuk menyucikan diri sebelum melaksanakan Nyepi pada 28 Maret," jelas Budiono kepada Antara.

Pada ritual Melasti tersebut tampak puluhan umat Hindu mengawalinya dengan memohon doa kepada Sang Hyang Widhi agar mereka diberikan kekuataan saat melaksanakan Nyepi. Budiono menjelaskan, ritual Melasti tersebut merupakan rangkaian upacara Nyepi yang bertujuan untuk membersihkan segala kotoran badan dan pikiran (buana alit) dan segala bentuk perbuatan yang telah terjadi di masa lalu.

Selain itu kegiatan ritual Melasti itu juga bermakna untuk membersihkan "pratime" atau benda-benda yang disucikan di Pura ini yang kemudian esoknya dilanjutkan dengan upacara Pecaruan.

"Seluruh umat hindu melaksanakan Catur Grata Penyepian sehingga di dalam pelaksanaannya dapat berpikir yang baik, menjaga perkataan dan tingkah laku yang baik dan saling menghormati," kata Budiono menambahkan.

Sementara itu Umat Hindu di Magelang, Jawa Tengah, pada hari ini juga melaksanakan Melasti di Tuk Kalimas di Desa Lebak, Grabag, Kabupaten Magelang. Mereka datang secara berombongan dengan membawa sesaji dan umbul-umbul serta payung khas Bali. Mereka berjalan beriringan dengan diiringi musik gamelan Bali yang ditabuh sejumlah pemuda.

Dewan pakar Cendekiawan Parisada Magelang, I Gede Suardiasa mengatakan Melasti merupakan rangkaian perayaan Nyepi untuk memasuki Tahun Baru 1938 Saka. Ia menuturkan melasti artinya menyucikan diri karena setiap tahun manusia mesti terkontaminasi oleh lingkungan atau alam.

"Melasti ini sebagai sarana penyucian badan maupun jiwa. Dalam ajaran Hindu, agama merupakan jalan untuk memperoleh kesempurnaan atau surga," katanya.

Ia menuturkan sebelum melakukan tapa brata penyucian, umat hening atau tenang dulu dengan disucikan dan tempat peribadatan juga disucikan. "Setelah melasti, besok dilakukan tawur kesanga yang dipusatkan di Candi Prambanan. Upacara ini untuk menetralisasi kekuatan negatif menjadi kekuatan positif," imbuhnya.

Ia mengatakan kekuatan negatif ini biasa disimbolkan dengan ogoh-ogoh berupa makhluk raksasa. I Gede kemudian menjelaskan bagaimana menetralisasi kekuatan ini pada saat umat melaksanakan tapa brata penyepian, yakni agar tidak mengganggu, maka diberi persembahan.

Ia menuturkan dalam tapa brata penyepian, umat tidak menyalakan api, tidak mendengarkan musik atau kesenangan duniawi, tidak bepergian. "Tetapi ini pelaksanaannya tidak kaku, misalnya yang mempunyai anak kecil, dia butuh makan, tetap dibebaskan. Yang lebih penting bagaimana pengendalian diri dari hawa nafsu," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait HARI RAYA NYEPI atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan