tirto.id -
Presiden Joko Widodo bertemu dengan Menteri Luar Negeri Malaysia Dato’ Saifuddin Abdullah dan Wakil Presiden Eksekutif Komisi Eropa untuk Kebijakan Hijau Eropa dan Iklim Frans Timmermans di Istana Merdeka, Senin (18/10/2021).
Pada pertemuan dengan Menlu Malaysia, Jokowi membahas tentang peningkatan kerja sama antara Indonesia dan Malaysia di masa depan.
“Indonesia dan Malaysia akan dapat terus meningkatkan kerja sama. Tidak saja untuk kepentingan bilateral kita namun juga untuk perdamaian dan kesejahteraan kawasan,” kata Jokowi dalam pertemuan.
Usai pertemuan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan bahwa Perdana Menteri Malaysia Dato' Sri Ismail Sabri Yakoob dijadwalkan akan berkunjung ke Indonesia bulan November yang akan datang. Kunjungan tersebut, kata Retno, menjadi sinyal bahwa hubungan kedua negara berjalan baik. Pertemuan juga tidak hanya membahas hubungan bilateral namun juga isu-isu kawasan dan global.
Jokowi, kata Retno, memandang perlu pembahasan tentang perjalanan aman, terutama bagi pelaku bisnis dengan memperhatikan protokol kesehatan. Oleh karena itu, pemerintah akan mendorong persetujuan pengaturan koridor perjalanan (travel corridor arrangement), saling pengakuan sertifikat vaksin, dan saling mengenali sistem yang dipakai kedua negara (di Indonesia: PeduliLindungi).
Di saat yang sama, Jokowi juga kembali menekankan perlindungan WNI di Malaysia. Ia ingin Malaysia memperhatikan nasib WNI karena jumlah WNI di negeri jiran tidak sedikit.
“Hal ini selalu menjadi perhatian Presiden Jokowi setiap bertemu dengan PM Malaysia karena jumlah mereka yang cukup banyak dan pelindungan terhadap warga negara Indonesia di Malaysia selalu menjadi prioritas Presiden Jokowi,” ucap Retno.
Sementara itu, dalam pertemuan dengan Frans Timmermans, Jokowi menegaskan komitmen Indonesia dalam solusi perubahan iklim.
“Sebagai salah satu pemilik hutan dan ekosistem mangrove terbesar, Indonesia menyadari posisi strategisnya,” ucap Presiden Jokowi seperti disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi usai pertemuan.
Jokowi, kata Retno, juga menekankan bahwa pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) juga berkaitan dengan isu perubahan iklim dan lingkungan hidup. Oleh karena itu, kedua hal tersebut harus dijalankan bersamaan.
Mantan Wali Kota Surakarta itu pun juga menyampaikan langkah-langkah Indonesia dalam membuktikan komitmen pada isu perubahan iklim. Ia mencontohkan seperti penurunan emisi ke 29 persen. Kemudian komitmen pencegahan kebakaran hutan hingga masalah rehabilitasi hutan mangrove yang mencapai 600 ribu hektar.
Retno menuturkan, Indonesia tidak ingin terjebak dalam retorika tetapi mendorong untuk bekerja memenuhi pengurangan emisi sebagaimana komitmennya dalam Paris Agreement.
Di saat yang sama, Retno juga menyampaikan pandangan Jokowi yang disampaikan kepada pihak Uni Eropa bahwa faktor teknologi dengan harga terjangkau (affordable technology) dan investasi sangat penting bagi semua negara untuk melakukan transisi energi. Dan disini lah kerja sama menjadi kunci bagi suksesnya transisi energi.
Baca juga artikel terkait JOKOWI atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher
tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri