Menuju konten utama

Iran Diuntungkan oleh Normalisasi Hubungan Saudi-Israel

Saudi ingin melawan Iran, tapi tiap manuvernya justru menguntungkan Teheran.

Iran Diuntungkan oleh Normalisasi Hubungan Saudi-Israel
Demonstran Palestina dan Israel saling mengibarkan dan melambaikan bendera di depan Gerbang Damaskus, Jerusalem. FOTO/REUTERS

tirto.id - Normalisasi hubungan Arab Saudi dan Israel, dua negara yang tak berhubungan secara diplomatik, jadi topik hangat dalam beberapa pekan terakhir. Berbagai media memberitakan pertemuan-pertemuan tertutup para petinggi Arab Saudi dan Israel. Sebagaimana dilaporkan NBC News, pertemuan-pertemuan informal Saudi-Israel telah berlangsung setidaknya lima tahun terakhir.

Kesan membaiknya hubungan Saudi dan Israel juga dilaporkan media Qatar Al Jazeera bahwa Menteri Komunikasi Israel Ayoub Kara mengundang Mufti Agung Arab Saudi Abdul Aziz al-Sheikh ke Israel. Tak lama berselang setelah undangan tersebut diumumkan, Gadi Eizenkot mengatakan Israel siap untuk berbagi informasi intelijen dengan Arab Saudi.

Baca juga:Kiprah Kelompok Kristen dalam Pembebasan Palestina

Namun, beberapa pihak tak begitu yakin bahwa pejabat Arab Saudi bersedia mengunjungi Tel Aviv, mengingat rekam jejak hubungan kedua negara yang dingin. Namun laporan Times of Israel menguatkan dugaan pertemuan para pejabat Saudi-Israel, menyebutkan bahwa pensiunan jenderal Saudi Dr. Anwar Eshki telah melakukan berjumpa dengan Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Israel Dore Gold.

"Meskipun bukan kunjungan resmi, ini hal yang sangat tidak biasa, karena Eshki tidak dapat melakukan perjalanan ke Israel tanpa persetujuan dari pemerintah Saudi," tulis Times of Israel.

Makin eratnya Saudi-Israel disinyalir akibat menguatnya pengaruh Iran,musuh bebuyutan Saudi di Timur Tengah. Menguatnya pengaruh Teheran akan berdampak pada meningkatnya dukungan pada Hizbullah yang dicap teroris oleh AS, Israel dan sejumlah negara lainnya.

Berbagai manuver telah dilakukan Saudi untuk menekan Teheran. Blokade terhadap Qatar beberapa waktu lalu merupakan peringatan Saudi bagi Iran dan negara-negara Arab manapun yang mendukung Teheran. Selain itu Saudi juga menghadang pengaruh Iran yang mendukung pemberontak Houthi di Yaman, yang belum menampakkan sinyal bakal mundur meski ribuan warga sipil kini menghadapi kelaparan akut akibat blokade Saudi.

Baca juga:Mengapa Israel Gelisah Saat Palestina Gabung Interpol?

Namun Saudi salah perhitungan; langkah yang diambil justri melemahkannya. Saudi lupa bahwa Qatar kini bukan lagi negara kecil yang mudah didikte, alih-alih kekuatan ekonomi raksasa di antara negara Teluk. Terbukti blokade Saudi tak membuat Qatar meregangkan hubungan dengan Teheran.

Selain itu, Qatar dan Iran kini memiliki bekingan yang kuat dari Rusia dan Cina. Bahkan program pengembangan nuklir Iran sejatinya membawa pesan untuk Saudi bahwa negeri tersebut menyimpan alutsista mematikan.

Guna meredam Iran, Saudi bermanuver untuk menggandeng Israel, sebuah negeri dengan kekuatan militer perkasa dan pengaruh diplomatik yang kuat. Aktor di balik usaha damai Saudi dan Israel adalah Amerika Serikat.

Tiga orang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengungkapkan bahwa AS adalah pihak yang memastikan bahwa Arab Saudi dan Israel dapat berunding secara langsung guna membahas poin-poin penting terkait Iran.

Baca juga:Kisah Partai-Partai Komunis Palestina Melawan Israel

Namun, Arab Saudi menepis anggapan membaiknya hubungan kedua negara dalam sebuah wawancara yang dilakukan oleh Reuters.

Menteri Luar Negeri Saudi Adel Jubeir mengungkapkan bahwa Israel akan menikmati hubungan yang normal baik itu di sektor ekonomi, politik, hubungan diplomatik dengan semua negara Arab jika konflik Israel-Palestina diselesaikan berdasarkan Prakarsa Perdamaian Liga Arab tahun 2002.

Bunyi prakarsa itu adalah “negara-negara Arab bersedia berdamai dengan Israel, jika Israel mundur dari daerah yang direbutnya dalam Perang Enam Hari (1967), mengakui Negara Palestina yang berdaulat dan menyelesaikan masalah pengungsi.”

Apabila menengok prakarsa ini sudah tentu Arab Saudi akan mengatakan bahwa pihaknya tetap menentang Israel. Namun sulit mengabaikan berbagai laporan dan pemberitaan terkait pertemuan informal yang tertutup oleh kedua belah pihak yang sama-sama dipersatukan oleh permusuhan dengan Iran.

infografik arab israel rujuk

Jika benar laporan bahwa Arab Saudi dan Israel akan segera mencapai kesepakatan damai, maka Arab Saudi akan menganggap bahwa kehadiran Israel akan membantunya menekan pengaruh Iran di Timur Tengah, apalagi ditambah dengan dukungan Paman Sam.

Mungkin Arab Saudi juga akan mendapat dukungan dari Uni Emirat Arab, Mesir dan Bahrain. Namun yang perlu diingat, Saudi akan sulit mendapatkan dukungan 50an negara Islam lainnya yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OIC)

Baca juga:Palestina di Bawah Naungan Kristus

Alasannya sederhana: permusuhan negara-negara Arab dan Israel salah satunya disebabkan oleh pendudukan Israel di Palestina. Duduk bersama-sama dengan Israel dapat melemahkan proses perdamaian dan negosiasi untuk mengembalikan tanah warga Palestina yang diduduki Israel.

Hal ini juga yang nampaknya menjadi tujuan Israel memperbaiki hubungannya dengan Arab Saudi: melemahkan tekanan negara-negara Arab terhadap isu Palestina. Israel sendiri tampak “ngotot” untuk segera mencairkan hubungan kedua negara. Dalam laporan Al Jazeera Juni lalu, Menteri Intelijen dan Transportasi Israel meminta Raja Arab Saudi Salman bin Abdul-Aziz Al Saud untuk mengundang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ke Riyadh guna menormalisasi hubungan Saudi-Israel.

Di sisi lain, kedekatan Israel dan Arab Saudi juga dapat digunakan Iran untuk menyatakan posisinya sebagai negara Islam yang tak ingin dibayangi Israel atau Amerika Serikat. Dengan mudah, Tehran mampu menunjukkan wajah sikap yang tak mudah diombang-ambingkan oleh kekuatan luar sehingga tak menutup kemungkinan apabila kekuatan dan popularitas Iran akan kian bertumbuh di Timur Tengah bersamaan dengan kerja sama Arab Saudi-Israel.

Lagi-lagi Saudi salah perhitungan. Langkah yang diambil Arab Saudi saat ini nampaknya akan tetap memberi keuntungan bagi Iran.

Baca juga artikel terkait IRAN atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Politik
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Windu Jusuf