Menuju konten utama

Insiden Tara Arsih Jadi Alasan UIN Membina Mahasiswa Bercadar

Pembinaan mahasiswa bercadar jadi upaya preventif agar kejadian TAW tidak terulang kembali.

Insiden Tara Arsih Jadi Alasan UIN Membina Mahasiswa Bercadar
Ilustrasi. Seorang perempuan muslim bercadar sedang berjalan di Jalan Strasbourg, Jerman. Foto/iStock

tirto.id - Insiden penangkapan dosen penyebar hoaks, Tara Arsih Wijayani menjadi salah satu alasan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka) Yogyakarta mengeluarkan aturan untuk membina mahasiswa bercadar.

Hal tersebut diungkapkan Rektor UIN, Yudian Wahyudi kepada Tirto pada Senin (5/3/2018). Ia pun menegaskan bahwa kejadian ini baru pertama kali di UIN Suka.

"Beberapa hari lalu ada dosen luar biasa [LB], TAW yang terlibat Muslim Cyber Army. Dia ditangkap polisi dan ini jadi masalah, karena dia pernah jadi dosen LB di UIN, dia bawa nama kami, jadi tercemar, dengan kasus itu, jangan sampai ini terulang lagi," kata Yudian.

Tara Arsih ditangkap Polres Majalengka, Jawa Barat karena menyebarkan berita bohong lewat Facebook soal kasus pembunuhan seseorang yang dianggap muazin di Cikijing, Majalengka.

Ketika ditangkap, status Facebook milik tersangka sudah dibagikan lebih dari 7.000 kali dan dikomentari 1.700 komentar.

Tara diketahui pernah mengajar di Pusat Bahasa, UIN Suka sebagai dosen bahasa Inggris.

"Nanti dosen-dosen juga akan kita panggil, terutama di Lembaga Bahasa [Pusat Bahasa]. Karena indikasi terkuat ada di Lembaga Bahasa, muslim yang agak keras itu yang melawan Pancasila lah," tegas Yudian.

Untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali, UIN akan membina mahasiswa, karyawan, dan dosen yang menganut Islam yang berlawanan dengan Pancasila dan UUD 1945.

Indikasi Islam yang berlawanan dengan Pancasila itu, menurut Yudian, pertama terlihat dari cara berpakaiannya, terutama perempuan yang menggunakan cadar.

"Kalau ada gejala-gelaja, kita panggil. Kalau mereka tidak mengaku ya tanda tangan, kita tunggu perkembangan selanjutnya. Yang perempuan terlihat dari cadar, kalau yang laki-laki lihat dari cara mereka berpakaian, tapi saya belum berbicara ke sana lebih jauh," ujar Yudian.

Berdasarkan data sementara, ada 42 mahasiswa bercadar di UIN yang akan diberi pembinaan oleh pihak kampus. Ke-42 mahasiswa tersebut berasal dari berbagai fakultas di UIN, termasuk pascasarjana. Namun, mahasiswa bercadar paling banyak ditemukan di fakultas sosial.

"Itu perempuan semua, belum ada indikasi untuk yang laki-laki. Kebetulan TAW juga perempuan. Mereka ini rentan sekali, belum mengerti agama, disemangatin oleh hal yang salah, jangan sampai terjerumus saat sedang niatnya baik," katanya.

Setelah mendata mahasiswa bercadar yang diketahui menganut Islam yang berlawanan dengan Islam moderat, pihak kampus akan memanggil orang tua mahasiswa bercadar. Mereka juga akan diidentifikasi asalnya, teman-temannya, termasuk pekerjaan orang tua.

Yudian membantah bawah aturan ini terkesan merampas hak-hak mahasiswa, karena yang dilakukan UIN adalah menyelamatkan mahasiswa dari ideologi yang tak mereka pahami. Ia khawatir, anak-anak bercadar akan bernasib sama dengan perempuan-perempuan yang akhirnya dijadikan istri teroris dan ikut aliran yang membahayakan.

Ia pun menegaskan bahwa UIN dan mahasiswa sudah membuat perjanjian soal menaati aturan yang berlaku di kampus, termasuk soal cara berpakaian dan ditandatangani di atas materai.

Baca juga artikel terkait LARANGAN CADAR atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra