tirto.id - Inovasi adalah kata kunci yang selalu menjadi jualan Apple ketika mereka memperkenalkan setiap produk barunya. Hal tersebut sudah dilakukan oleh almarhum Steve Jobs ketika memperkenalkan iPhone generasi pertama, hingga Tim Cook mengambil alih posisinya dan berdiri di panggung Apple Special Event pada tanggal 7 September lalu untuk memperkenalkan generasi terbaru iPhone.
Meskipun dapat dikatakan iPod merupakan awal dari produk inovatif yang dikeluarkan oleh Apple, tidak bisa dipungkiri bahwa iPhone-lah yang membawa "inovasi" Apple ke tingkat yang lebih tinggi.
Dunia seakan terhenyak ketika Steve Jobs memperkenalkan iPhone kepada dunia sebagai sebuah iPod yang memiliki layar sentuh paling lebar dan memiliki fungsi telepon sekaligus kapabilitas untuk menjelajah internet pada 2007.
Tak butuh waktu lama bagi iPhone untuk menggerakkan tren smartphone dunia menuju arah yang sama. Penjualan iPhone kemudian terus meroket, dan menempatkannya kemudian sebagai ujung tombak dari pendapatan Apple.
Apple pun menjelma menjadi perusahaan dengan nilai brand tertinggi di dunia.
Berdasarkan laporan dari Interbrand pada bulan Oktober tahun 2015 lalu, Apple berhasil untuk ketiga kalinya secara berturut-turut mempertahankan kedudukannya sebagai brand yang memiliki value tertinggi dengan nilai mencapai $170,3 miliar. Perusahaan dengan lambang buah apel tergigit tersebut berhasil mempertahankan posisinya semenjak merebut tahta tersebut dari Coca-Cola pada 2013.
Sementara berdasarkan versi Forbes, Apple bahkan telah menduduki posisi puncak tersebut sejak tahun 2010, dan masih berhasil mempertahankannya hingga tahun 2016 ini. Forbes mengatakan brand Apple bernilai $154,1 milyar pada tahun ini, atau 87 persen lebih tinggi dibanding pesaing terdekatnya Google.
Namun, tahun ini adalah tahun yang suram bagi Apple. Total penjualan produk-produknya hingga kuartal II/2016 menurun, yang kemudian membuat perusahaan tersebut hanya mampu memperoleh pendapatan sebesar $50,56 miliar, turun 13 persen dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar $58 miliar.
Para investor Apple pun mulai cemas akan masa depan Apple di bawah pimpinan Tim Cook. Apple saat ini dinilai sudah tidak mampu memberikan inovasi seperti apa yang diharapkan baik oleh para investor maupun publik.
Akan tetapi, Tim Cook tetap bergeming. Ia menjanjikan bahwa Apple akan membawa pembaruan pada iPhone 7 yang dirilis beberapa hari yang lalu. Dan kembali kata kunci inovasi masih menjadi jualan sang Chief Executive Officer (CEO).
"Kami punya inovasi besar yang sedang dikembangkan. iPhone yang baru [iPhone 7] yang akan mendorong Anda dan orang lain [yang] sudah memiliki iPhone hari ini untuk meng-upgrade ke iPhone baru," kata Cook pada bulan Mei lalu, seperti dikutip dari TechTimes.
Janji Palsu Apple yang Terus Berulang
Lantas bagaimana kenyataannya? Tampaknya kata-kata pepatah bahwa kenyataan memang selalu pahit benar adanya. Apa yang diperkenalkan oleh Tim Cook sebagai iPhone 7 dan 7 plus pada Apple Special Event beberapa hari yang lalu boleh jadi adalah representasi tepat dari pepatah itu.
Tahan air? Smartphone lain sudah menerapkannya jauh lebih dahulu daripada iPhone. Dual stereo speaker? Juga bukan hal yang baru dalam industri smartphone. Dual camera? HTC serta Huawei juga sudah memiliki teknologi yang hampir serupa. Bahkan keputusan Apple untuk menghilangkan input headphone sudah didahului Motorola melalui smartphone andalannya, Motorola Z.
Rasa-rasanya tidak ada yang perlu dijelaskan lagi lebih lanjut. Intinya inovasi yang dijanjikan Tim Cook adalah omong kosong.
Lucunya dalam acara tersebut, Tim memperkenalkan iPhone 7 dan 7 plus sebagai iPhone terbaik yang pernah dibuat Apple. Tidak hanya sekali, tapi setidaknya dua kali. Pernyataan yang sesungguhnya hanya menyoroti betapa tertinggalnya Apple di sektor smartphone dibandingkan dengan para perusahaan kompetitornya.
Yang ada kemudian adalah timbulnya banyak candaan dan meme, atau bahkan video yang memperolok smartphone unggulan iPhone tersebut. Terlebih terkait keputusan Apple untuk menghilangkan input headphone dan kemudian memperkenalkan wireless headphone baru produksinya yang bernama AirPods sebagai pilihan solusi jika tidak ingin menggunakan adapter headphone yang disediakan gratis, sepaket dengan penjualan iPhone seri terbaru tersebut.
Apple terkenal dengan desain produknya yang menawan dan inovatif. Chief Design Officer Apple Jonathan Paul Ive bahkan mendapatkan gelar "Sir" dari Kerajaan Inggris sebagai pengakuan akan karya-karyanya dalam bidang desain industri melalui Apple.
Akan tetapi, sejumlah desain dari produk mereka yang baru-baru ini dikeluarkan membuat orang mempertanyakan kembali reputasi Apple tersebut. Apple Baterry Case dan Pencil adalah sebuah contoh nyata, dan AirPods tampaknya meneruskan tren tersebut..
Banyak pihak mempertanyakan bagaimana Apple dapat memproduksi sebuah produk dengan desain yang tidak inovatif dan pada saat yang sama tidak memikirkan konsekuensi kegunaan dari produk tersebut.
The Guardian menyebut AirPods didesain seperti tampon yang tidak memiliki tali. Sebuah pernyataan yang pada intinya ingin menjelaskan bahwa AirPods sebagai sebuah headphone memiliki kemungkinan hilang, akibat terjatuh tanpa sengaja ketika sedang berlari misalnya, jauh lebih tinggi dibandingkan headphone yang memiliki tali.
Selain itu, terdapat pula beberapa pengamat yang mengatakan bahwa orang yang memakai AirPods tampak seperti sedang menyumpatkan rokok atau, yang lebih parah, kepala sikat gigi elektrik pada telinga mereka.
Untuk mendapatkan AirPods dengan desain yang kontroversial itu, konsumen pun harus rela membayar $159 atau sekitar Rp 2 juta.
Terlepas dari buruknya desain AirPods, tidak dapat dipungkiri jika iPhone 7 dan 7 plus dengan varian warna barunya yaitu black dan jet black, meskipun monoton karena tidak jauh berbeda dengan pendahulunya, terkesan indah dan mampu menarik antusiasme.
Lantas, bagaimana tanggapan investor? Saham Apple turun 2,67 persen dalam perdagangan pada hari Kamis setelah peluncuran iPhone 7 dan 7 plus. Seperti dikutip dari Fortune, hampir seluruh analis di Wall Street tidak mengharapkan iPhone 7 sebagai penggerak pertumbuhan masif Apple. Sebuah hal yang tidak pernah terjadi pada peluncuran iPhone sebelumnya.
Perusahaan finansial Wells Fargo juga men-downgrade status saham Apple menjadi "market perform" dari sebelumnya "outperform" pada Kamis pagi lalu.
Para analis di Wall Street lebih memilih untuk menunggu tahun depan dan menumpukan harapan mereka pada iPhone 8. Sebagai catatan, peluncuran iPhone 8 tahun depan menandai satu dekade produksi iPhone.
Dengan segala kritik dan kondisi yang menghantam Apple tersebut, bagaimana nasib iPhone 7 dan 7 plus? Bagaimanapun Apple adalah Apple. Dalam pernyataan resminya pada Kamis lalu, mereka memprediksi smartphone terbaru mereka tersebut akan terjual habis dalam penjualan pembuka minggu pertamanya.
Banyak kritikus teknologi juga mengatakan mereka akan tetap membeli iPhone 7 dan 7 plus kendati segala macam kritik yang telah mereka keluarkan.
Apa yang menjadi kekuatan Apple saat ini adalah ekosistemnya yang sangat solid, serta pengalaman pengguna (user experience) yang sangat baik pada setiap produknya. Bagaimanapun, Apple adalah brand dengan nilai yang tertinggi di dunia.
"Brand mendapatkan nilai mereka dari bagaimana pelanggan melihat mereka," kata David Reibstein, seorang profesor pemasaran dan pakar merek di University of Pennsylvania Wharton School seperti dikutip dari Forbes. "Apa yang membuatnya [merek] berharga dari perspektif perusahaan adalah bahwa pelanggan bersedia membayar harga yang lebih tinggi atau lebih mungkin untuk membeli."
Itulah yang terjadi pada produk Apple. Orang tetap bersedia membeli produk mereka meskipun harganya di atas rata-rata produk keluaran kompetitor.
Namun demikian, akan lebih elok jika mulai saat ini Apple tidak mengumbar kata inovasi dalam menjual produk mereka. Sebab, jika sekali lagi Apple gagal memenuhi ekspektasi pasar sesuai janji yang mereka umbar, bukan tidak mungkin "bencana" yang lebih besar akan menghampiri mereka.
Mari berharap Apple mencengangkan dunia tahun depan.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti