tirto.id - Tahun lalu, Juwita* memesan tiket pergi-pulang penerbangan ke Jerman untuk kedua orang tua dan adiknya. Pemesanan tiket ke Jerman tersebut sejatinya demi merayakan kelulusan pendidikannya sekaligus jalan-jalan keliling Eropa. Sayang, rencana tersebut buyar akibat tiket yang tak diterbitkan.
"Seharusnya orang tuaku 1 September ke Jerman untuk rayakan kelulusan aku (di salah satu universitas di Frankfurt)," ungkap Juwita, saat dihubungi Tirto, Kamis (1/9).
Ia menjelaskan, ia memesan tiket di Tiket Hunter, sebuah agen perjalanan yang aktif di media sosial. Awalnya, Juwita mengetahui Tiket Hunter dari sebuah unggahan milik Zahra Inatsa Hauna di grup Facebook Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman (PPI Jerman). Zahra sendiri merupakan pemilik Tiket Hunter yang sedang menjalani studi di Jerman.
Pada saat promosi, ia belum tertarik dengan postingan Zahra karena harganya yang tidak masuk akal: Rp9 juta lebih per tiket Jakarta-Jerman (PP). Dalam benaknya, Juwita curiga agen travel tersebut melakukan penipuan. Namun, kepercayaan mulai timbul ketika beberapa temannya di Jerman berhasil terbang dari Indonesia menggunakan jasa Tiket Hunter. Juwita pun memesan tiket pada Mei 2021 untuk enam orang tujuan Indonesia-Frankfurt dengan biaya kurang lebih Rp50 juta.
"Tiketnya terbit H-3," kata Juwita, menirukan ucapan Zahra.
Namun, pada H-5 sebelum keberangkatan calon mertua ke Indonesia, ia mendapati sebuah unggahan di Facebook jika tiket penerbangan tidak bisa terbit. Saat mengetahui itu, dirinya sontak panik. Sebab calon mertuanya yang mau berangkat ke Indonesia sudah mengambil cuti, sehingga tidak bisa sesuka hati memundurkan jadwal penerbangan.
Juwita mencoba meminta kejelasan kepada Zahra, yang mengatakan bahwa ada masalah sehingga tiket tidak bisa diterbitkan. Ketakutan Juwita akhirnya terbukti.
"Tiket mundur tanpa batas waktu yang belum diketahui," katanya, yang terpaksa merogoh kocek lagi untuk membeli tiket lewat jalur lain.
Juwita telah meminta pengembalian uang kepada Zahra, namun baru menerima Rp 9 juta. Sisanya, sekira Rp40 juta dijanjikan akan dikembalikan dalam rentang 90 hari, sejak 8 Juli.
Hal serupa diungkapkan Nadila*, korban Tiket Hunter lainnya di Jerman. Pihak Tiket Hunter menjanjikan refund selama 90 hari.
"Beberapa customer sudah dikembalikan tapi kata Zahra menggunakan duit pribadi," kata Nadila kepada Tirto, Rabu (31/8).
Branding dan Modus Travel Bodong Eropa-Asia
Rata-rata agen perjalanan yang tersebar di media sosial mempromosikan tiket open date. Skema open date ini cukup digemari sebab calon penumpang memiliki fleksibilitas untuk menentukan tanggal keberangkatan dalam rentang waktu tertentu sebelum tiket hangus.
Ditambah branding yang meyakinkan, agen perjalanan dapat mengemas promosi itu dengan konten yang menarik minat calon pembeli.
Tiket Hunter, agen travel yang dimiliki Zahra Inatsa Hauna dan suaminya Muhammad Hanief Fuady berhasil meyakinkan konsumen pemburu tiket murah dengan kemasan konten yang menarik dan meyakinkan. Latar belakang pemilik Muhammad Hanief Fuady sebagai staf ahli DPR fraksi PKS menjadi salah satu faktor konsumen memutuskan membeli tiket di agen travel tersebut.
"Saya cek Hanief suaminya Mbak Zahra itu staf ahli di DPR RI, makanya saya pikir kayaknya nggak mungkin tipu lah ya," kata Nadila, konsumen Tiket Hunter di Jerman kepada Tirto, Rabu (31/8).
Bukan hanya nama sebagai staf ahli, Hanief ikut aktif dalam memasarkan tiket promo. Dia membuat grup Tiket Promo 5 pada 22 Desember 2021 dan menjadi admin. Ada 249 peserta di dalam grup itu. Di grup ini, peserta tak bisa berkomentar, hanya mendapatkan update promo tiket.
Dalam temuan Tirto, Tiket Hunter memiliki total 11 grup tiket promo dengan jumlah peserta beragam; dari 200 sampai dengan 500 peserta. Sementara itu, grup tiket promo 1 dibuat pada 15 Mei 2021 oleh Zahra, sedangkan Hanief ikut bergabung tapi bukan sebagai admin melainkan sebagai peserta grup.
"Ini kan suami istri, mereka bikin grup di Whatsapp. Biasanya aku chat sama Zahra," kata Juwita. "Ikut aktif (suaminya Zahra). Nama grupnya Info Tiket Open Date 1. Rerata mahasiswa jadi korban dan ini orang (Zahra) juga kuliah di Jerman."
Target konsumen Tiket Hunter adalah pemburu tiket murah internasional seperti mahasiswa dan pekerja Indonesia di luar negeri. Hal itu terlihat dari promosi yang dilakukan Zahra di grup Facebook Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman (PPI Jerman).
Namun, kepercayaan seakan runtuh ketika kasus yang menimpa agen perjalanan satu persatu terungkap ke publik. Banyak korban yang mengeluarkan unek-unek di grup facebook PPI Jerman. Mayoritas reseller tiket atau agen tiket promo murah membuat pernyataan kepada customer yang hampir seragam.
Bukan hanya pernyataan yang hampir seragam, mereka tiba-tiba sulit dihubungi, menghapus akun Instagram, mematikan kolom komentar dan akun berubah jadi privat. Menariknya, akun Tiket Hunter yang awalnya mengikuti dua ownernya Zahra dengan akun @Zahrainatsa dan Hanief dengan akun @m.hanieffuady tiba-tiba berhenti mengikuti. Akibat kasus dugaan penipuan tiket ini, korban mengalami kerugian dari jutaan hingga ratusan juta per orang.
Sarah Tania, salah satu reseller tiket menilai banyak akun agen perjalanan dengan jumlah pengikut besar di Instagram yang diduga tersangkut masalah tiket promo murah. Anehnya, meskipun kasus dugaan penipuannya tergolong besar dan menyangkut banyak korban, tetapi belum ada penyelesaian yang konkret.
“Makanya saya juga bingung Tiket Hunter yang punya staf ahli DPR tapi sama sekali nggak ada yang berani nge-up kasus ini padahal sudah sebesar ini. Jadi takutnya kasus ini mendem dan besok-besok muncul lagi dan akan merugikan semua orang,” kata Sarah kepada Tirto, Selasa (30/8).
Kasus lain diduga menimpa Tiket Cage, agen perjalanan milik PT Sakala Sentosa Group. Perusahaan ini berhasil mengecoh Marini Sayuti, seorang mantan wartawan TV swasta nasional. Selama setahun Marini mengikuti akun Instagram Tiket Cage, ia cukup yakin terhadap kredibilitas Tiket Cage setelah melihat testimoni customer dan mengecek pengikut akun. Ia juga menanyakan pengalaman teman-temannya yang berhasil berangkat menggunakan jasa Tiket Cage.
"Enggak ada masalah. Saya lihat tiket issued semua, review customer bagus. Saya merasa kredibel dan tidak abal-abal," kata Marini kepada Tirto, Jumat (19/8).
Pada 2021, Marini memutuskan untuk berkeliling Eropa bersama temannya dengan membeli satu tiket di Tiket Cage untuk periode keberangkatan Februari 2022- Februari 2023 Jakarta-Paris pergi-pulang sebesar Rp5,2 juta.
Marini percaya bakal berangkat ke Paris dengan sistem open date, sebab pada 2017 ia berhasil berangkat dengan sistem seperti itu pada saat event Garuda Indonesia Travel Fair akhir tahun 2016 di Jakarta Convention Center.
Pada bulan Mei atau Juni, Marini bertanya ke admin Tiket Cage terkait rencana tanggal keberangkatan ke Eropa. Bukannya menjawab pertanyaan itu, admin malah mengirim permintaan maaf bahwa pihak Tiket Cage tertipu supplier atas nama Ni Putu Putri Arya Purnama Chinta dan mencantumkan surat laporan ke Polda Metro Jaya tertanggal 8 Juli 2022.
Marini mencoba menghubungi Gabriella Harmian Magdalena selaku owner Tiket Cage, tetapi dia mengirim kontak kuasa hukumnya. Selain itu Marini mencoba mengecek akun media sosial Gabriella kembali, tetapi hasilnya nihil.
Bukan hanya itu, akun resmi Instagram Tiket Cage menjadi privat. Sedangkan akun Instagram Sakala Tours terakhir mengunggah pada 27 Mei, dengan kolom komentar dinonaktifkan. Padahal di awal pengecekan- sebelum kasus yang menimpa Marini- akun milik Gabriella dan Tiket Cage masih bisa diakses semua orang.
"Akun Gabriella hilang semua, Linkedin enggak bisa diklik profilnya. Instagramnya juga tidak ada, enggak tahu dinonaktifkan atau dihapus," kata Marini.
Saat naskah ini terbit, situs Tiket Cage di tiketcage.com masih aktif dan cukup mudah ditemukan dengan kata kunci “tiket open date” di mesin pencari Google.
Harga yang Jauh dari Rata-rata Tiket Resmi
Modus dugaan penipuan dengan menggunakan konten dan branding agen perjalanan turut menghipnotis Novi. Perempuan 24 tahun itu bilang menjadi korban travel Yourstep.idn, sebuah agen perjalanan yang berkantor di Bali. Ia bilang, keyakinan itu ditambah dengan sering munculnya pesohor Tiktok yang mempromosikan Yourstep.idn.
Jika melihat postingan IG Yourstep.idn, tentu para calon customer terhipnotis dengan harga murah. Tiket Jakarta/Bali-Tokyo, misalnya, ditawarkan dengan harga Rp4 juta pergi-pulang. Tiket ke Eropa rata-rata dijual dengan harga Rp6-8 juta pergi-pulang.
Harga itu tentu jauh di bawah rata-rata tiket resmi tujuan Eropa yang mencapai puluhan juta rupiah sekali pergi.
Novi bilang, saat membeli tiket akhir Mei lalu, memang ada keanehan. Saat itu, pihak Yourstep.idn meminta dirinya untuk cepat-cepat transfer duit dengan alasan tiket bakal habis. Trik marketing itu membuat Novi akhirnya mentransfer duit sekitar Rp31,2 juta lebih kepada travel tersebut untuk 6 tiket pergi-pulang tujuan Indonesia-Korea Selatan.
Dengan harga segitu, Novi menilai selisihnya tidak terlalu besar dengan harga normal yang saat itu di kisaran Rp6-7 juta untuk tiket PP.
Pada Juni, salah satu temannya batal berangkat sehingga ia mencoba untuk meminta refund meskipun dipotong. Tapi jawaban pihak Yourstep.idn tidak bisa dengan alasan duitnya sudah dikasih ke supplier. Pada saat itu, Novi belum menyadari yourtsep.idn melakukan penipuan. Ia baru sadar telah terjadi penipuan setelah beberapa kali mengecek akun Instagram Yourstep.idn.
"Kalau enggak cek feed dan baca komen Instagram, enggak bakal tahu juga sih ditipu. Biasanya dia setiap hari story promosi," kata Novi yang baru pertama kali membeli tiket dengan skema open date.
Novi menjelaskan ketika dirinya membeli tiket, ternyata Yourstep.idn sudah bermasalah dengan supplier yang sama dengan Tiket Cage.
Dalam surat somasi I Putu Krisna Wicaksana Arya selaku pemilik Yourstep.idn kepada Ni Putu Putri Arya Purnama Chinta selaku supplier tiket, disebutkan bahwa tiket bulan Mei yang sudah dipesan tidak bisa terbit tanpa memberikan alasan yang jelas kepada Krisna.
Bahkan pada bulan Juni, Chinta meminta Krisna untuk menalangi pemesanan tiket dan meminta tambahan biaya jika ingin tiket diterbitkan.
"Harusnya Yourstep.idn udah stop," ucap Novi yang pertama kali membeli tiket dengan sistem open date.
Ia menduga, akibat penipuan itu kerugian para customer dan reseller mencapai Rp900 juta. Namun, lanjut Novi, tak semua korban mau atau sudah melapor.
Novi menduga, Yourstep.idn dan banyak agen perjalanan lain menganut sistem gali lubang dan tutup lubang. Uang yang dikumpulkan dari customer baru dipakai untuk memberangkatkan customer yang sudah mendaftar lebih dulu.
"Ini emang udah skema ponzi," ungkap Novi dengan nada kesal.
Hanya Memberi Harapan & Lempar Tanggung Jawab
Dalam pertemuan rapat antara Krisna pemilik Yourstep.idn yang didampingi kuasa hukumnya dengan customer dan reseller yourstep.idn, Krisna memposisikan dirinya sebagai korban. Ia bilang saat itu, pihaknya tertipu oleh supplier tiket dengan kerugian mencapai Rp1,5 miliar.
Wahyu, salah satu korban Yourstep.idn yang menghadiri rapat secara daring menyebutkan Krisna berjanji membuat surat pernyataan bertanggung jawab mengembalikan dana tiket yang gagal terbit kepada korban. Krisna bilang, pada tanggal 17 Agustus akan membuat surat pernyataan dan dikirimkan kepada para korban.
"Janji dibuatkan tanggal 17 Agustus, tapi hingga saat ini yang berkepentingan (Krisna) menghilang," kata Wahyu kepada Tirto.
Wahyu bilang, Krisna baru mengganti uang Rp2 juta dari total kerugian Rp15 juta untuk tiket penerbangan Jakarta-Paris PP.
Kata Wahyu, Krisna tidak merespons lagi pesan singkatnya terkait sisa dana yang belum dikembalikan. Bahkan, ayah Krisna terkesan tak mau tahu kasus yang melilit putranya.
"Ditunggu proses hukum," kata Wahyu meniru ucapan ayah Krisna.
Dalam keterangan resmi pada 25 Juli 2022, Mikhael Kevin Hudiyono sebagai kuasa hukum Krisna mengatakan, pihaknya telah melakukan somasi kepada Ni Putu Putri Arya Purnama Chinta untuk pengembalian dana yang sudah dibayarkan. Namun, sampai sekarang tidak ada titik temu sehingga pihaknya melaporkan Chinta ke Polres Karangasem, Bali.
Saat dikonfirmasi, Mikhael bilang bahwa pihaknya tidak lagi menjadi kuasa hukum Krisna. Dia bilang Krisna hanya memberi kuasa pada saat membuat somasi dan melaporkan Chinta ke Polres Karangasem, Bali. Setelah itu, Krisna tak memperpanjang Mikhael sebagai kuasa hukumnya.
"Udah enggak mas, orangnya enggak jelas," kata Mikhael kepada Tirto, Minggu (4/9).
Sepengetahuan Mikhael, kasus pelaporan Chinta sudah sampai ke tahap pemeriksaan pelapor dan reseller di bawah Chinta. Akan tetapi Chinta selaku supplier belum juga dipanggil oleh polisi. Mikhael mengatakan sedikitnya ada 15 reseller yang dinaungi Chinta.
Mikhael mengatakan Chinta sempat menjanjikan akan mengembalikan keseluruhan dana calon penumpang. Namun janji tersebut tak kunjung dipenuhi.
Calon penumpang juga turut merasa digantung dalam kasus Tiket Hunter. Sebab agen perjalanan tersebut justru melempar tanggung jawabnya ke agen Platinum Tour & Travel yang berkantor di Cipete Selatan, Jakarta Selatan.
Dalam pengumuman kepada customer, manajemen Tiket Hunter menjelaskan bahwa pihaknya hanya bertindak sebagai perantara atau agen penjualan open tiket. Segala transaksi pembelian dan penerbitan tiket seluruhnya diteruskan kepada mitra penyedia yaitu Platinum.
Juwita selaku customer Tiket Hunter, heran sebab Tiket Hunter seharusnya bertanggung jawab penuh alih-alih menaruh kesalahan pada Platinum.
"20 Juli, dia kirim WhatsApp dari Platinum Tour & Travel. Kita beli dari dia (Tiket Hunter). Kita pakai jasanya (Tiket Hunter), masa ke orang lain lemparnya," kata Juwita.
Muhammad Hanief Fuady membantah pihaknya melempar tanggung jawab kepada Platinum Tours & Travel. Maksud dari surat yang dikirimkan lewat WhatsApp itu semata untuk menjelaskan alur pemesanan tiket.
Dia bilang dana pemesanan tiket tidak ada pada Tiket Hunter. Oleh karena itu harus mengikuti proses di atas untuk refund.
Hanief beralasan tiket tidak bisa diterbitkan karena sudah over book atau melebihi kapasitas penumpang.
“Info yang kami dapatkan pun apa adanya tidak dikurangi atau dilebih-lebihkan. Jika ada info lebih lanjut pasti oleh admin diinfokan. Sejauh ini kita kooperatif membalas, tidak hilang atau apalagi kabur,” kata Hanief kepada Tirto, Selasa (13/9).
Terkait kerugian customer Tiket Hunter, Hanief mengklaim masih menghitung. Dia meminta untuk tidak melibatkan Tiket Hunter dengan kasus lain yang tengah ramai di media sosial. Sebab pihaknya masih meyakini uang customer akan dikembalikan oleh Platinum.
Juwita hanya bisa mengambil peristiwa ini sebagai pengalaman. Ia mengaku belum menceritakan hal tersebut kepada orang tuanya.
“Aku gak bilang (orang tua) karena masalah tiket (ditipu). Takutnya mereka kecewa. Aku bilang aja waktunya enggak tepat, jadi liburannya mesti diundur,” tutup Juwita.
*Pada Minggu, 18 September 2022, pukul 11:02 redaksi memutuskan mengubah dua nama narasumber atas permintaan yang bersangkutan demi melindungi privasi.
Penulis: Reja Hidayat
Editor: Adi Renaldi