Menuju konten utama

Ini Alasan Kepengurusan Novanto Tak Akomodir Syahrul Yasin

Ketua Harian Partai Golkar beralasan, tidak masuknya nama Syahrul Yasin Limpo dalam kepengurusan Golkar pimpinan Setya Novanto karena Syahrul sudah menjabat sebagai Ketua DPD I Golkar Sulsel. Padahal di era kepemimpinan Aburizal Bakrie, Syahrul Yasin tercatat sebagai Ketua Bidang Desentralisasi dan Otonomi.

Ini Alasan Kepengurusan Novanto Tak Akomodir Syahrul Yasin
Ketua DPD I Golkar Sulsel Syahrul Yasin Limpo (kiri). Antara foto/Puspa Perwitasari

tirto.id - Nama Syahrul Yasin Limpo yang sempat bertarung dalam perebutan posisi Ketua Umum DPP Partai Golkar tidak masuk dalam kepengurusan yang dibentuk Setya Novanto (Setnov). Padahal, Setnov sebagai ketua umum terpilih berjanji akan mengakomodir semua rival politiknya dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) yang berlangsung di Bali pertengahan Mei lalu.

“Ini bukan persoalan diakomodir atau tidak, tetapi pada persoalan kebutuhan struktur partai. Syahrul kan masih menjabat Ketua DPD Golkar Sulsel, jadi tidak mungkin rangkap jabatan,” demikian alasan yang diungkapkan Ketua Harian DPP Partai Golkar Nurdin Halid, seperti dilansir Antara, Senin (31/5/2016) malam.

Menurut Nurdin, tidak ada sama sekali tendensius politik kepada Syahrul Yasin. Pihaknya hanya saja mempertimbangkan baik dan buruknya organisasi partai ke depan. Padahal dalam kepemimpinan Aburizal Bakrie, Syahrul Yasin Limpo menjabat Ketua Bidang Desentralisasi dan Otonomi, dan saat ini jabatan tersebut dipegang Aziz Syamsuddin yang juga mantan caketum Golkar.

“Pak Syahrul masih memegang jabatan struktural yang tidak kalah pentingnya di tingkat DPD sehingga pertimbangan itu yang dianut,” kata dia.

Sementara mantan caketum lainnya, yakni Ade Komarudin menjadi Wakil Ketua Pembina, Priyo Budi Santoso sebagai Anggota Dewan Pembina, Airlangga Hartarto sebagai Ketua Koordinator Bidang Ekonomi, Mahyudin menjabat Wakil Ketua Dewan Pakar dan Indra Bambang Utoyo ditunjuk sebagai Kepala Bidang Pertahanan dan Keamanan Golkar.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Hasanuddin Adi Suryadi Culla mengemukakan, penentuan kepengurusan tersebut dinilai adanya dugaan kepentingan elit politik Golkar.

“Dikhawatirkan ada pola politisasi bermain, tetap saya tidak ingin berspekulasi tentang ini meski Pak Syahrul juga kader potensial dimiliki Partai Golkar,” kata dia.

Menurut dia, seluruh mantan caketum Golkar diakomodir kecuali Syahrul Yasin Limpo tidak dimasukkan dalam jajaran pengurus, kendati demikian lanjut dia, penentuan tersebut tentu telah dipertimbangkan.

“Tentu hal ini mesti dipikirkan secara rasional mengapa itu bisa terjadi, tetapi kembali lagi bahwa itu semua sudah diputuskan,” kata dia.

Sebelumnya, Syahrul Yasin Limpo menyatakan dirinya tidak gila jabatan apalagi mau mengejar jabatan. Meski tidak diakomodir dirinya menegaskan tetap akan memberikan kontribusi pemikiran bagi partai kendati tidak masuk dalam jajaran kepengurusan. (ANT)

Baca juga artikel terkait GOLKAR

tirto.id - Politik
Sumber: Antara
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz