tirto.id - Ada sebuah cerita ketika seorang jemaah haji harus melalui proses yang rumit di kantor imigrasi gara-gara kehilangan paspor jemaah pada kedatangan, Senin (15/5/2024) lalu. Akibatnya, gara-gara proses rumit itu keberangkatan dari Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah menuju hotel menjadi terganggu.
Dia harus menunggu selama dua jam di imigrasi untuk penerbitan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) sebagai pengganti paspor. Jemaah tersebut akhirnya ditinggal rombongan yang sudah terlebih dulu menuju hotel.
Cerita ini disampaikan Kepala Daerah Kerja (Daker) PPIH Bandara, Abdillah. Oleh sebab itu, ia mengimbau agar paspor jemaah haji harus dijaga dengan hati-hati jangan sampai hilang.
Jemaah diminta tidak menitipkan paspor kepada orang lain, meski orang dekat. Jika sampai hilang, itu bisa menghambat proses pergerakan.
"Kehilangan paspor akan menyulitkan jemaah," kata Abdillah di Terminal internasional khusus haji Bandara AMMA Madinah, Selasa (15/5/2024).
"Paspor adalah identitas diri jemaah yang sangat penting. Jangan dititipkan ke orang lain, tetap dipegang masing-masing," ujarnya.
Kendala kehilangan paspor telah diatasi dengan cepat. "Proses evaluasi 3 hari terakhir menunjukkan bahwa alur kedatangan jemaah haji di bandara berjalan dengan baik," kata Abdillah menambahkan.
Berikut tips aman menjaga paspor:
1. Selalu pegang erat paspor
2. Jangan menitipkan paspor kepada orang lain
3. Simpan paspor di tempat yang aman, seperti di dalam tas yang selalu dibawa.
4. Fotocopy paspor dan simpan di tempat yang aman.
5. Catat nomor paspor dan simpan catatan tersebut di tempat yang aman.
6. Segera laporkan kepada petugas jika kehilangan paspor.
Smart Card Jangan Sampai Hilang
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag, Hilman Latief, mengimbau agar jemaah jangan sampai lupa atau kehilangan smart card dari Kerajaan Arab Saudi sebagai akses jemaah haji masuk ke Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Ia menjelaskan, smart card ini salah satu fungsinya mencegah siapa pun yang nekat berhaji tanpa prosedur atau jalur resmi. Smart card juga menjadi inovasi terbaru yang dikeluarkan Pemerintah Arab Saudi pada musim haji tahun ini.
"Smart card ini merupakan salah satu alat yang dikeluarkan pemerintah Saudi untuk digunakan seluruh jemaah haji sebagai akses saat pelaksanaan puncak haji di Armuzna. Ini juga digunakan untuk menjaga validitas data jamaah haji yang akan melaksanakan haji tahun 2024 ini," kata Hilman.
Smartcard berbentuk seperti Id Card dan berisi QR Code. Sehingga, ketika ada pemeriksaan dari otoritas terkait di Arab Saudi, smart card akan menampilkan data resmi jemaah.
"Saat puncak haji untuk akses Armuzna, QR Code yang terdapat di dalam smart card akan discan lalu dicek kebenaran data jemaahnya. Jika sesuai datanya akan diizinkan masuk, jika tidak sesuai maka jemaah tidak diizinkan masuk Arafah untuk berhaji,” terangnya.
"Untuk masuk Masyair di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, harus ada smart card tersebut. Termasuk saat pergeseran dari hotel menuju Arafah, setiap bus dicek satu persatu lalu dihitung berapa orang di kursi busnya, baru boleh jalan sampai ke Arafah. Jadi tidak ada penumpang gelap di jalan," lanjut nya.
Petugas Saudi akan melakukan pemeriksaan intensif terhadap visa dan smart card jemaah di semua titik menuju Makkah. Apabila jemaah kedapatan tak memiliki visa maupun smart card, dia akan dikenakan sanksi berupa denda sebesar 10 ribu riyal, serta dideportasi keluar dari Saudi sehingga tidak boleh datang ke Tanah Suci selama 10 tahun.
Hilman menambahkan, Kemenang telah membagikan 10 ribu smart card ke jemaah haji Indonesia melalui embarkasi masing-masing. Sisanya, akan dibagikan saat jemaah tiba di Makkah.
"Kami pesankan bagi jemaah yang sudah menerima smart card, harap dijaga, jangan sampai hilang dan tercecer. Sebab, smart card tersebut dikeluarkan oleh pemerintah Saudi kita tidak punya pengganti," ujarnya.
Penulis: Muhammad Taufiq
Editor: Anggun P Situmorang