tirto.id - Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengatakan, aktivitas Gunung Merapi pada hari ini, 19 November 2020 dari pukul 06:00-12:00 WIB menunjukkan asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 50 m di atas puncak kawah.
Selain itu, terdengar suara guguran 2 kali (sedang) dari Pos Babadan. Sampai saat ini, status Gunung Merapi masih Siaga Level 3.
Seperti dilansir Antara, Kamis (19/11), meskipun sudah berstatus Siaga Level 3, sejumlah warga Klaten, Jawa Tengah, yang masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi masih memilih untuk bertahan dan belum ingin mengungsi.
"Aktivitas masih siaga, ada beberapa KK (kepala keluarga) yang masih bertahan di sini, tetapi kalau pemerintah sudah menyuruh turun ya mau nggak mau masyarakat harus turun," kata salah satu warga Marji yang juga aktif berada di posko di Dukuh Ngipiksari, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.
Sebab, menurut dia, sebagian masyarakat di sana masih menganggap situasi Merapi masih aman, apalagi sejauh ini sebagian besar guguran terjadi di sisi barat atau ke arah Magelang.
"Tetapi kemarin malam itu di depan ada yang longsor (ke arah Balerante), namun kami masih tetap di posko untuk melakukan ronda meski tetap siaga. Masih ada juga yang ke ladang, tetapi ya was-was," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan butuh kerja sama dengan sejumlah pihak untuk memastikan masyarakat tetap aman.
"Kalau sejauh ini, menurut BPPTKG, kondisi Gunung Merapi masih dalam kontrol risiko bahaya yang relatif aman, maka prioritas utama adalah kelompok rentan. Yang sehat dan masih muda masih aktivitas biasa," katanya.
Namun, ia mengingatkan kepada masyarakat, khususnya yang tinggal di kawasan lereng dengan kemiringan di atas 30 derajat, agar mengantisipasi segala kemungkinan.
"Kalau bisa mengungsi, maka mengungsilah dulu. Aliran sungai yang bawa material dari arah hulu juga jadi perhatian. Kerja sama sangat penting karena kita tidak tahu batas waktu erupsi ini terjadi. Dari BPPTKG belum bisa memastikan karena alat yang ada hanya bisa mendeteksi kemungkinan-kemungkinan," katanya.
Editor: Agung DH