Menuju konten utama

Indonesia Ekspor 1.000 Ton Kacang Hijau ke China

Ekspor kacang hijau diharapkan bisa memberikan nilai tambah pada perekonomian nasional.

Indonesia Ekspor 1.000 Ton Kacang Hijau ke China
pekerja menanam biji kacang hijau di lahan sawah balerejo, kabupaten madiun, jawa timur, kamis (14/7). memasuki musim kemarau sebagian petani di wilayah tersebut memilih menanam kacang hijau karena tanaman tersebut tak banyak membutuhkan air, sedikit pupuk tetapi produktivitasnya cukup baik. antara foto/siswowidodo/spt/16

tirto.id - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo atau SYL melepas ekspor kacang hijau ke China. Dia menuturkan langkah tersebut membuktikan pertanian di Tanah Air tangguh walaupun sedang diterpa musim kemarau atau El Nino.

"Hari ini saya bersama PT Haniori melakukan ekspor kacang hijau ke China. Saya kira secara simbolik 1.000 ton ini adalah bagian mewakili bahwa kita punya resource yang kuat di bidang pertanian lebih khusus kacang hijau,” kata Syahrul dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (29/8/2023).

Syahrul menuturkan, ekspor didorong hingga peningkatan hilirisasi kacang hijau untuk memberikan nilai tambah pada perekonomian nasional. Tidak hanya itu, dia juga membeberkan kacang hijau merupakan komoditas tanaman pangan yang banyak baik dalam negeri dan luar negeri.

"Kita akan tingkatkan pertanaman kacang hijau, mau berapa banyak, varietasnya apa akan kita sesuaikan, dan hasil produksinya, kalian silahkan serap, jadi kita bagi tugas. Ini peluang bagi kita karena kacang hijau sangat sesuai dengan kondisi cuaca kemarau seperti yang kita hadapi saat ini,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, ekspor komoditas pertanian di 2023 sebesar Rp900 triliun. Angka ini meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp658,18 triliun.

Sementara itu, Kementan akan terus melakukan upaya untuk meningkatkan volume ekspor kacang hijau dan penambahan negara tujuan ekspor agar dapat mengejar target komoditas pertanian tahun 2023.

“Kita menargetkan ekspor kita 2023 mencapai Rp 900 triliunan. Jadi pemerintah dan pelaku usaha dan lainnya harus bekerja sama, membagi tugas sehingga target kita bisa tercapai," bebernya.

Sementara itu, dia menuturkan ekspor kacang hijau tidak hanya di China, tapi juga akan dilakukan ekspor ke Filipina, Thailand. Tidak hanya itu, dia juga mendorong pelaku usaha untuk melakukan penjajakan pasar di Eropa.

Untuk diketahui, pada 2022 volume ekspor kacang hijau secara total sebesar 16,54 ribu ton dengan nilai Rp314,90 miliar. Kemudian, pada 2023 per bulan Agustus mencapai 11,15 ribu ton dengan nilai Rp211,17 miliar.

Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi mengungkapkan luas tanam kacang hijau rata-rata setahun mencapai 140 ribu hektare dengan produksi 230 ribu ton. Umur panen kacang hijau yaitu 2 bulan dengan provitas 1,5 ton per hektare. Biaya produksi relatif murah Rp2 juta- Rp5 juta per hektare, sebagai selingan setelah tanam padi di saat musim kering dengan harga jual di petani Rp15.000/kg.

“Lima daerah asal produksi kacang hijau terbesar diantaranya Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, NTT, dan Sulsel dengan 4 besar negara tujuan ekspor yakni Cina, Taiwan,Filipina dan Jepang,” kata Suwandi.

Lebih lanjut, Suwandi mengatakan sesuai arahan Syahrul, budidaya kacang hijau terus dikembangkan dan ditingkatkan produksinya di Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT, Sulawesi Selatan dan daerah lainnya. Ini merupakan salah satu upaya menggenjot produksi komoditi tanaman pangan dengan pendekatan utuh dari hulu hingga pasar dan ekspornya.

“Di sisi hilirisasi, kacang hijau memiliki lebih 20 jenis produk turunan yakni bubur kacang, bubur havermut, makanan bayi, hunkwe soun, wedang ronde, sari kacang hijau, minuman, bacang, yanko, gandasturi, bakpia, onde onde, rempeyek, bakpao, biskuit, susu, toge, shampoo, pakan dan lainnya. Bahkan potensi ekspor masih terbuka yang saat ini ekspornya baru sekitar 10 persen dari produksi nasional,” terangnya.

Baca juga artikel terkait KACANG HIJAU atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Intan Umbari Prihatin