Menuju konten utama

Indonesia Diminta Waspadai Dampak Konflik Iran-AS ke Perekonomian

Pemerintah diminta mewaspadai dampak memanasnya hubungan AS dan Iran.

Indonesia Diminta Waspadai Dampak Konflik Iran-AS ke Perekonomian
Aktivis berbaris di Times Square untuk memprotes tindakan militer AS di Irak pada Sabtu, 4 Januari 2020, di New York. Seorang jenderal top Iran dan milisi Irak tewas dalam serangan udara AS yang secara tajam meningkatkan ketegangan di seluruh wilayah. (Foto AP / Kevin Hagen).

tirto.id -

Konflik yang makin memanas antara Amerika Serikat (AS) dan Iran pasca terbunuhnya Jenderal Iran Qasem Soleimani dikhawatirkan memberikan tekanan terhadap perekonomian Indonesia.

Ekonom dari Universitas Indonesia Fithra Faisal mengatakan, pemerintah perlu waspada sebab hal tersebut dapat mendorong lonjakan harga minyak dunia.

Sebagai negara importir minyak terbesar di dunia, kenaikan harga tersebut tentu dapat ikut mengerek harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri.

"Saya perkirakan ini masih terus eskalatif ya. Mungkin nanti tahapannya akan menjadi dua stage. Yang pertama perang media yang mana perang itu akan membentuk ekspektasi dan akan membuat pergerakan harga minyak dunia akan naik menjadi 20-30 persen," jelas dia kepada Tirto, Selasa (7/1/2020).

Iran, kata Fithra, merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia. Bahkan, kata dia, harga minyak dunia bisa menyentuh 150 dolar AS/barel jika AS dan Iran sudah saling melancarkan serangan.

"Tidak hanya perang di media tapi juga sudah perang fisik. Apakah itu di Irak ataukah di Kedubes AS di timur tengah atau bahkan masuk ke konfliknya ke AS ini peningkatannya akan lebih dari 100 persen. Stage pertamanya bisa 30-40 persen kemudian stage ke duanya bisa mencapai 100 persen," kata dia.

Saat ini harga minyak dunia ada di kisaran 68 dolar AS/barel. Diharapkan pemerintah segera bisa mengantisipasi kondisi global untuk mengamankan lonjakan harga minyak yang menjadi dasar bahan baku industri di dalam negeri.

Apalagi, perubahan harga 1 dolar AS per barel minyak mentah atau Indonesia Crude Price (ICP) setara dengan perubahan nilai subsidi Rp224 miliar. Lalu setiap perubahan kurs senilai Rp100 per dolar AS dapat mengubah kebutuhan subsidi Rp608 miliar.

"Jika sudah masuk ke stage dua, artinya perang fisik dan ini sangat mengkhawatirkan. Harga minyak bisa sampai dua kali lipatnya atau 150 dolar AS/ barel lebih," terang dia.

Baca juga artikel terkait KONFLIK AS-IRAN atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana