tirto.id -
Ekonom dari Universitas Indonesia Fithra Faisal mengatakan, pemerintah perlu waspada sebab hal tersebut dapat mendorong lonjakan harga minyak dunia.
Sebagai negara importir minyak terbesar di dunia, kenaikan harga tersebut tentu dapat ikut mengerek harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri."Saya perkirakan ini masih terus eskalatif ya. Mungkin nanti tahapannya akan menjadi dua stage. Yang pertama perang media yang mana perang itu akan membentuk ekspektasi dan akan membuat pergerakan harga minyak dunia akan naik menjadi 20-30 persen," jelas dia kepada Tirto, Selasa (7/1/2020).
Iran, kata Fithra, merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia. Bahkan, kata dia, harga minyak dunia bisa menyentuh 150 dolar AS/barel jika AS dan Iran sudah saling melancarkan serangan.
"Tidak hanya perang di media tapi juga sudah perang fisik. Apakah itu di Irak ataukah di Kedubes AS di timur tengah atau bahkan masuk ke konfliknya ke AS ini peningkatannya akan lebih dari 100 persen. Stage pertamanya bisa 30-40 persen kemudian stage ke duanya bisa mencapai 100 persen," kata dia.
Saat ini harga minyak dunia ada di kisaran 68 dolar AS/barel. Diharapkan pemerintah segera bisa mengantisipasi kondisi global untuk mengamankan lonjakan harga minyak yang menjadi dasar bahan baku industri di dalam negeri.
Apalagi, perubahan harga 1 dolar AS per barel minyak mentah atau Indonesia Crude Price (ICP) setara dengan perubahan nilai subsidi Rp224 miliar. Lalu setiap perubahan kurs senilai Rp100 per dolar AS dapat mengubah kebutuhan subsidi Rp608 miliar.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana