Menuju konten utama

INDEF Sebut Utang Indonesia Tak Mungkin Lunas 100 Persen

Pengamat Indef meminta pemerintah jujur soal utang Indonesia.

INDEF Sebut Utang Indonesia Tak Mungkin Lunas 100 Persen
Duta Investasi Presiden untuk Jepang Rachmat Gobel, berbincang dengan Pengamat Ekonomi Faisal Basri dan Anggota Komisi 9 DPR Fraksi Nasdem Irma Chaniago di Jakatrta, Kamis (11/1/2018). ANTARA FOTO/Audy Alwi

tirto.id - Pengamat ekonomi, Faisal Basri menilai mustahil pemerintah Indonesia mampu melunasi 100 persen utangnya. Faisal mengatakan seberapapun besar pendapatan suatu negara, utang itu selalu ada.

"Tidak ada satu negara pun, termasuk negara kaya Arab Saudi tidak berutang. Jadi, jangan cita-cita tidak berutang," ujar Faisal di kantor Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Jakarta, Rabu (21/3/2018).

Utang pemerintah Indonesia per Februari 2018 sudah mencapai Rp4.034 triliun. Kementerian Keuangan mencatat rasio utang itu 29,2 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) 2018 yang sebesar Rp13.798 triliun.

Menurut Faisal, sekalipun kondisi ekonomi suatu negara mengalami surplus pendapatan, utang akan tetap ada. Caranya dengan menerbitkan surat utang baru dengan bunga lebih murah untuk membayar utang baru yang bunganya lebih tinggi.

"Jadi (pelunasan utang) bagian inheren dari pengelolaan utang negara," ucapnya.

Selain itu, utang negara mustahil lunas 100 persen karena investasi dan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) negara semakin besar dari pada penerimaan negara.

"Sepanjang investasi lebih besar dari tabungan kita, dan sepanjang belanja pemerintah lebih besar dari penerimaan pemerintah, maka CAD juga naik. Jadi, tidak mungkin utang negara akan turun (dari tahun ke tahun)," terangnya.

Perlu diketahui juga bahwa bunga utang luar negeri Indonesia makin lama makin tinggi. Ia mencatat pada 2015 beban bunga utang sebesar 8,6 persen, pada 2016 9,8 persen, dan pada 2017 sebesar 10,9 persen.

"Jadi tolong jujur saja ini pemerintah. Makin lama makin enek kami karena Indonesia lebih banyak obral utang. Bilangnya utang AS lebih tinggi dari kita, yaitu hampir 100 persen dari PDB, sementara kita baru 3 persen dari PDB. Tapi bunga utang kita tinggi," tandasnya.

Sikap pemerintah yang terlalu mengobral utang luar negeri lebih tinggi dapat meningkatkan bunga utang luar negeri Indonesia.

"Indonesia paling tinggi sendiri karena obral, maksain diri, kepepet, peneriman pajak enggak tercapai terus pemerintah utang. Bahkan jangan kaget kalau bunga utang pemerintah itu lebih tinggi dari bunga utang BUMN," ucapnya.

"Dulu kita itu negara masih berpendapatan rendah, utangnya conventional loan. Pokoknya utang lunak sekali. Kita enggak bisa lagi sekarang seperti itu," tandas Faisal.

Baca juga artikel terkait UTANG LUAR NEGERI atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Dipna Videlia Putsanra