tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Oktober 2020 mengalami surplus 3,61 miliar dolar AS, meningkat tajam dari September 2020 yang surplus 2,39 miliar dolar AS.
Angka ini melanjutkan surplus yang sudah terjadi 5 bulan berturut-turut per September 2020. Selama Januari-Oktober 2020, neraca perdagangan surplus 17,07 miliar dolar AS.
Surplus ini diperoleh dengan nilai ekspor 14,39 miliar dolar AS dan impor mencapai 10,78 miliar dolar AS.
“Surplus 3,61 miliar dolar AS di Oktober 2020. Peningkatannya cukup besar karena terjadi penurunan yang dalam pada impor di Oktober 2020,” ucap Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto dalam konferensi pers virtual, Senin (16/11/2020).
BPS mencatat ekspor selama Oktober 2020 tumbuh 3,09 persen secara month to month (mtom) tetapi mengalami kontraksi 3,29 persen dari periode yang sama di tahun 2019 atau year on year (yoy).
Selama Oktober 2020, ekspor terbesar masih didominasi oleh industri pengolahan senilai 11,79 miliar dolar AS. Nilai itu naik 2,08 persen mtom dan 3,86 persen yoy.
Kemudian diikuti ekspor pertambangan yang mencapai 1,55 miliar dolar AS. Tumbuh 16,98 persen mtom tetapi masih terkontraksi 33,31 persen yoy.
Selanjutnya ekspor pertanian mencapai 0,42 miliar dolar AS dan tercatat tumbuh 1,26 persen mtom dan 23,8 persen secara yoy. Terakhir, ekspor Migas terkontraksi 5,94 persen mtom dan terkontraksi 26,89 persen yoy. Selama Oktober 2020, ekspor Migas hanya mencapai 0,63 miliar dolar AS.
Sementara itu, impor mengalami kontraksi 6,79 persen mtom. Secara yoy impor terkontraksi 26,93 persen yoy. Penurunan impor terjadi di seluruh golongan menurut penggunaan barang.
Impor barang modal hanya mencapai 1,85 miliar dolar AS. Angka ini mengalami penurunan terbesar dalam impor Oktober 2020 dengan kontraksi 13,33 persen mtom dan kontraksi 24,24 persen yoy.
Impor konsumsi hanya mencapai 1,03 miliar dolar AS. Terkontraksi 7,58 persen mtom dan terkontraksi 27,88 persen yoy.
Impor bahan baku/penolong hanya mencapai 7,9 miliar dolar AS, atau terkontraksi 5 persen mtom dan terkontraksi 27,4 persen yoy. Impor bahan baku menyumbang mayoritas impor Indonesia dengan porsi 73,25 persen.
Besarnya impor bahan baku disebabkan karena sebagian besar kebutuhan bahan mentah belum dapat diproduksi dalam negeri sehingga memiliki kaitan langsung dengan produktivitas industri dalam negeri baik untuk ekspor maupun domestik.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan