tirto.id - Salah satu tradisi pada perayaan Imlek adalah pemberian Hongbao atau Angpau dalam bahasa Hokkien. Tradisi memberikan sejumlah uang yang dibungkus amplop merah pada sanak saudara dengan jumlah tertentu.
Di era digital, pemberian Hongbao di Cina difasilitasi oleh WePay, layanan sejenis Go-Pay yang ditawarkan WeChat, yang mulai menawarkan pemberian amplop merah digital sejak 2014. Di awal tahun peluncuran, hampir 1 miliar Hongbao digital dikirim via WeChat. Pada 2016, angkanya melonjak, sebanyak 8 miliar "amplop merah" via layanan fintech itu.
Dalam sebuah survei yang dilakukan Straits Times, Hongbao pada 2016 umumnya berisi uang antara $8 hingga $10. Hitungan-hitungan sederhana, dengan hanya menghitung Hongbao digital yang dikirim via WePay, setidaknya ada uang senilai $64 miliar hingga $80 miliar dalam perayaan pergantian baru ini. Angka yang besar ini belum memperhitungkan nilai dari Hongbao yang dikirim secara tunai.
Perputaran uang di perayaan Imlek memang besar, bisa dilihat dari pendapatan dunia retail. Pada pekan menjelang hari Imlek tahun ini, tulis China Daily, telah tercatat pendapatan hingga 840 miliar yuan atau setara dengan $140 miliar di industri retail dan makanan. Jumlah ini meningkat 11,4 persen dibanding tahun sebelumnya. Untuk kategori produk digital, termasuk di dalamnya smartphone, di sebuah toko di Zhengzhou saja telah terjadi peningkatan penjualan hingga 66,7 persen.
Peningkatan penjualan produk digital memang tak mengherankan saat hari besar seperti Imlek. Pemberian hadiah pada sanak saudara berkembang pada perangkat digital, seperti smartphone, tablet, dan gawai lainnya.
Peningkatan perangkat digital, tak hanya terjadi di masa hari besar Imlek. Di musim Natal pun demikian. Riset yang dilakukan PewResearch bertajuk “Tablet and E-book Reader Ownership Nearly Double Over the Holiday Gift-Giving Period” menyatakan bahwa ada peningkatan kepemilikan tablet di musim libur Natal di Amerika Serikat (AS).
Riset yang dilakukan terhadap 2.986 orang yang berusia di atas 16 tahun di Amerika Serikat itu, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kepemilikan tablet sebesar 19 persen di Januari, bulan yang hanya berjarak satu pekan sejak Natal.
Sementara itu, pada Desember, ada peningkatan sebesar 10 persen soal kepemilikan tablet. Persentase dua bulan yang berdekatan dengan perayaan Natal, lebih tinggi dibandingkan pada Mei. Bulan yang tak memiliki perayaan hari raya. Di bulan Mei, hanya ada peningkatan dua persen soal kepemilikan tablet.
Flurry Analytics, layanan analisis yang berada di bawah naungan Oath—perusahaan pemilik Yahoo—dalam sebuah survei menyatakan bahwa produk Apple unggul di masa Natal. Pada Natal 2017 lalu, 44 persen perangkat baru yang diaktivasi ialah produk Apple.
Selain produk Apple, perangkat buatan Samsung berada di urutan kedua sebagai perangkat yang paling banyak diaktivasi selama Natal. Samsung memperoleh persentase sebesar 26 persen. Kemudian, secara berurutan, perangkat buatan Huawei dan Xiaomi menjadi yang paling banyak diaktivasi selama Natal.
Di dunia, kecenderungan penjualan ponsel menjelang hari-hari raya atau festival juga terjadi di India dan beberapa negara yang punya populasi Hindu. Di Negeri Hindustan misalnya, festival Diwali atau festival cahaya jadi perayaan tahunan yang sangat meriah yang jatuh antara Oktober atau November.
Pada periode ini ada tradisi konsumen untuk membeli barang-barang baru termasuk ponsel. Festival ini untuk menghormati Dewi Laksmi dan Dewa Ganesha yang dikaitkan dengan kemakmuran dan kekayaan.
Dalam catatan International Data Corporation's (IDC) pengapalan ponsel pintar di India jelang Festival Diwali mencapai rekor tertinggi pada triwulan III-2017. Saat itu menyentuh 39 juta unit ponsel pintar atau tumbuh 40 persen dari triwulan sebelumnya. Pada semester I-2017 ada 60 juta unit ponsel yang berhasil dikapalkan ke India.
Meningkatnya penjualan perangkat digital seperti ponsel pintar pada perayaan Imlek, Natal, Diwali, dan hari besar lainnya memang tak mengherankan. Smartphone misalnya, ia telah bersalin rupa menjadi “sahabat” bagi setiap orang. Survei menunjukkan ada peningkatan penggunaan smartphone saat masa liburan hari besar seperti Imlek.
Di masa Imlek pada 2016, dalam laporan eMarketer, yang berjudul Mobile Social Internet Use Dominates in China for Lunar New Year, sebanyak75 persen dari 993 responden berumur lebih dari 16 tahun yang disurvei di Cina, menggunakan smartphone untuk melakukan aktivitas sosial di saat libur Imlek. Misalnya dengan bermain media sosial.
Di posisi kedua dan ketiga, smartphone digunakan untuk melakukan aktivitaspembayaran dan belanja. Ini kemungkinan erat berhubungan dengan tradisi belanja yang meningkat selama Imlek.
Rata-rata, selama Imlek berlangsung, responden yang disurvei menghabiskan waktu selama 4,5 jam per hari menggunakan smartphone untuk aktivitas internetnya. Ini lebih tinggi dibandingkan waktu di hari normal yang hanya berkisar di angka 4,4 jam.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra