Menuju konten utama

IMEI Pada Ponsel dan Persoalan Keamanan yang Belum Selesai

IMEI ibarat sebuah nomor induk kependudukan setiap unit ponsel dari miliaran perangkat ponsel di seluruh dunia. Ia diharapkan bisa memecahkan persoalan keamanan. Namun, IMEI belum sepenuhnya jadi solusi mengatasi pencurian.

IMEI Pada Ponsel dan Persoalan Keamanan yang Belum Selesai
Ilustrasi. Salah satu IMEI smartphone yang berada dibalik baterai handphone. Foto/infosantai

tirto.id - Para pengguna ponsel tentunya sudah akrab dengan istilah IMEI atau International Mobile Station Equipment Identity. Deretan angka yang tertanam pada ponsel ini merupakan identitas khusus dari sebuah ponsel yang jumlahnya terus bertambah setiap tahun.

Tahun ini diperkirakan ada 2,32 miliar pengguna ponsel pintar (smartphone) di penjuru dunia. Sebuah ponsel, baik feature phone maupun smartphone memiliki identitas IMEI atau Mobile Equipment Identifier (MEID), juga disebuat Electronic Serial Number (ESN).

IMEI terdiri dari 15 angka, digunakan bagi perangkat ponsel berbasis jaringan GSM. Sedangkan MEID, terdiri dari 14 angka dan umumnya istilah ini digunakan untuk perangkat ponsel CDMA. Sementara ESN merupakan istilah penomoran identitas unik yang digunakan di Amerika Serikat.

Istilah IMEI memang paling umum digunakan untuk penamaan nomor-nomor identitas khusus ponsel tersebut. Dalam beberapa kasus, sebuah ponsel pintar memiliki dua nomor IMEI yang berbeda. Umumnya, sebuah ponsel pintar yang memiliki dua nomor IMEI, adalah ponsel pintar yang memiliki fitur kartu SIM-ganda.

Untuk mengetahui nomor IMEI sebuah ponsel pintar, bisa dilakukan dengan bermacam-macam. Paling mudah, pemilik ponsel pintar bisa menekan *#06# selayaknya saat hendak menelpon. Selain itu, nomor IMEI juga bisa diperoleh dengan menengok ke dalam ponsel pintar. Dalam beberapa versi iPhone, nomor IMEI bisa ditemukan di wadah kartu SIM dan di tampak belakang perangkat tersebut. Pabrikan ponsel pintar juga menyematkan nomor IMEI di wadah atau kotak ponsel pintar.

Infografik IMEI dan Pencurian

IMEI dan Persoalan Keamanan

IMEI bisa dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, terutama terkait dengan masalah keamanan. Dengan memanfaatkan IMEI, pihak berwajib bisa mematikan sebuah perangkat ponsel pintar secara remote atau jarak jauh. Pihak berwajib tinggal menandai identitas unik sebuah perangkat yang diduga memiliki masalah di jaringan telekomunikasi suatu negara dan selanjutnya, perangkat tersebut tidak diizinkan untuk menggunakan infrastruktur jaringan.

Hal tersebut tentu sangat berguna terutama dengan masalah pencurian ponsel pintar ataupun masalah legalitas barang. Gita Wirjawan, saat menjabat sebagai Menteri Perdagangan, pada Juli 2013 pernah mengusulkan wacana pemblokiran ponsel oleh operator terhadap ponsel dengan nomor IMEI yang tak terdaftar alias ilegal.

“Mengingat besarnya jumlah perangkat telekomunikasi yang teridentifikasi unligitimate, maka saya ususlkan adanya upaya pemblokiran IMEI bagi perangkat telekomunikasi yang illegal," kata Gita waktu itu seperti dikutip dari Antara.

Di California, AS, Gubernur Jerry Brown pada Juli 2015 menandatangani sebuah peraturan yang mewajibkan setiap ponsel pintar memiliki fitur “kill switch”. “Kill switch”. Fitur tersebut, wajib dihadirkan para perusahaan teknologi di ponsel pintar mulai 1 Juli 2015. Fitur “kill switch” untuk mencegah para pencuri ponsel pintar bisa mengoperasikan barang yang dicurinya.

Pemilik ponsel yang dicuri, bisa meminta perangkat ponselnya untuk dimatikan secara remote atau jarak jauh. Menurut Departemen Polisi San Fransisco, kota tersebut mengalami penurunan tingkat pencurian iPhone hingga 38 persen dalam 6 bulan sejak Apple memasang fitur “kill switch”.

Secara teknis, ada dua jenis atau pendekatan “kill switch”. Pertama ialah “hard kill” dan kedua adalah “soft kill”. “Hard kill” akan membunuh sebuah perangkat ponsel pintar, menjadikannya seperti "batu" yang tak berfungsi. Sementara “soft kill” hanya menonaktifkan secara paksa ponsel pintar yang dicuri tanpa membunuh perangkat tersebut.

“Soft kill” hanya bertujuan untuk membendung pihak yang tidak memiliki legitimasi suatu ponsel pintar, untuk memanfaatkan perangkat tersebut. Dan apabila sebuah ponsel pintar yang dicuri telah kembali pada pemiliknya, fitur “soft kill” akan memulihkan kembali ponsel pintar tersebut seperti sedia kala.

Namun, tidak ada penjelasan terperinci bagaimana fitur tersebut bekerja dan jenis “kill switch” yang seperti apa yang diterapkan di California. Namun, secara umum “kill switch” dimungkinkan bisa diterapkan pada perangkat ponsel pintar, salah satunya memanfaatkan nomor IMEI pada perangkat ponsel pintar.

“Kill switch” merupakan solusi yang dihadirkan untuk membendung pencurian ponsel pintar yang sering terjadi. Pada 2013 terdapat 3,1 juta warga Amerika yang menjadi korban pencurian ponsel pintar. Angka tersebut, meningkat dibandingkan apa yang terjadi di 2012. Pada 2012, terdapat 1,6 juta ponsel pintar yang dicuri di AS. Firma keamanan Lookouth meyakini, tiap 10 pemilik ponsel pintar, satu di antaranya pernah mengalami pencurian, sebanyak 68 persen korban pencurian, tidak pernah melihat lagi perangkat milik mereka untuk selamanya.

Artinya, pencuri telah benar-benar menguasai ponsel pintar yang dicurinya. William Duckworth, akademisi dari Creighton University mengungkapkan bahwa warga AS menghabiskan uang senilai $4,8 miliar per tahun hanya untuk mengasuransikan ponsel pintar mereka. Di AS memang ada istilah “memetik Apple” sebagai ungkapan kasus pencurian ponsel pintar, terutama iPhone buatan Apple yang marak.

Namun, baik IMEI maupun fitur “kill switch” sesungguhnya belum benar-benar menyelesaikan masalah pencurian ponsel pintar. Di AS, basis data IMEI yang telah dikumpulkan petugas, tidak banyak membantu untuk mengatasi permasalahan pencurian ponsel pintar yang telah dilaporkan pada pihak kepolisian. Hal tersebut karena banyak ponsel pintar hasil curian, diaktifkan di luar jangkauan, terutama di luar negeri. Selain itu, para pencuri juga memiliki kemampuan untuk mengubah atau memanipulasi nomor IMEI.

Selain tindakan pencurian tradisional, di AS pencurian juga bisa merujuk pada manipulasi pembelian sebuah ponsel pintar, terutama iPhone. Umum diketahui, di Amerika Serikat provider memberikan subsidi hingga sebuah ponsel pintar memiliki harga yang terlihat sangat murah sebagai upaya mengikat pelanggan untuk wajib memakai jasa si provider dalam beberapa tahun.

Sayangnya, hal tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk perbuatan negatif. Sepasang suami-istri, Lin Wen dan Yuting Tan “mencuri” banyak iPhone dengan skema subsidi provider tersebut. Ia lantas menjualnya di China hingga mendekati harga $1.000. Padahal, iPhone hasil subsidi dibeli tak lebih dari $200.

“Identitas unik” suatu ponsel pintar, tak banyak membantu suatu provider yang memberikan subsidi untuk mengamankan ponsel pintar mereka. Selain itu, di San Fransisco, harga ponsel pintar hasil dari “memetik Apel” berharga cukup mahal. Edward Santos, seorang polisi yang menyelidiki masalah pencurian ponsel pintar mengungkapkan bahwa ponsel pintar curian berharga antara $400 hingga $500.

Dustin Jones, pendiri Harvest Cellular, perusahaan yang mendaur-ulang ponsel pintar dalam sebuah survey yang mereka lakukan mengungkapkan bahwa dari 200 iPhone yang dijual melalui eBay, 32 di antaranya diberi label “being stuck on the Activation Lock screen”. Artinya, meskipun sebuah ponsel pintar telah menjadi “batu”, masih terdapat peminat yang menginginkan barang tersebut. Terutama untuk dimanfaatkan sebagai spare-part dengan mengkanibal ponsel pintar curian yang dibeli.

IMEI maupun fitur “kill switch” merupakan bagian dari perangkat keamanan sebuah produk ponsel. IMEI juga seharusnya bisa dipakai untuk mengendalikan peredaran ponsel ilegal. IMEI belum bisa menjawab persoalan keamanan terutama dari masalah pencurian ponsel. Ini karena para pencuri terus belajar, dan produsen pembuat ponsel pun harus melangkah lebih jauh dari para pencuri untuk masalah yang belum selesai.

Baca juga artikel terkait SMARTPHONE atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra