tirto.id - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kemenkeu mencatat nilai impor sejumlah komoditas non-migas dari Cina anjlok hingga 50 persen sepanjang Januari hingga 29 Februari lalu. Kinerja impor tersebut terlihat dari penurunan devisa hasil impor dalam dua bulan belakangan.
Pada minggu terakhir Januari 2020 devisa impor dari Cina sempat menyentuh 948 juta dolar AS. Namun, usai isu Corona merebak disusul peringatan WHO di 30 Januari 2020, devisa hasil impor dari Cina terus merosot menjadi 463 juta dolar AS di minggu akhir Februari 2020.
“Harusnya setelah 2 minggu abis Imlek terjadi rebound. Kenyataannya masih menurun karena dampak Corona sudah keliatan penurunan impor dari Cina,” ucap Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Ditjen Bea dan Cukai Kemenkeu, Syarif Hidayat dalam konferensi pers di kantor pusat Kemenkeu, Selasa (3/3/2020).
Di tengah perlambatan impor dari Cina, data Bea Cukai menunjukkan importasi dari top 5 negara dunia seperti Jepang, Korea Selatan, Thailand, Amerika Serikat, dan Singapura masih menunjukkan tren meningkat sampai minggu ketiga Februari 2020 meski anjlok lagi di minggu keempat Februari 2020.
Nilai devisanya meningkat dari 994 juta dolar AS di akhir Januari 2020 menjadi 1.298 juta dolar AS di minggu ketiga Februari tetapi turun lagi menjadi 1.169 juta dolar AS di minggu terakhir.
Adapun tren penurunan impor berdasarkan komoditas dialami secara merata baik itu mesin, tekstil hingga telepon seluler (ponsel) antara minggu terakhir Januari hingga pekan terakhir Februari 2020.
Devisa impor komoditas mesin, misalnya, mengalami penurunan dari 164,9 juta dolar AS menjadi 139,7 juta dolar AS.
Hal serupa juga dialami ponsel dengan penurunan devisa dari 97,3 juta dolar AS menjadi 92 juta dolar AS. Sementara itu, devisa impor komputer turun dari 34,1 juta dolar AS menjadi 16,7 juta dolar AS dan tekstil turun paling dalam, yakni dari 136,1 juta doalr AS menjadi 56,8 juta dolar AS.
Ekspor Naik
Dari sisi ekspor, Syarif menyatakan tren perdagangan ke Cina relatif stagnan. Nilai pada akhir Januari 2020 adalah 557 juta dolar AS dan turun tipis di akhir Februari 2020 menjadi 506 juta dolar AS.
Untuk 5 negara tujuan ekspor teratas turun. Dari 1.499 juta dolar AS di akhir Januari 2020 menjadi 1.428 juta dolar AS di akhir Februari 2020.
Dari komoditas ekspor ke Cina, barang yang cukup terpukul adalah batu bara dari 191,5 juta dolar AS di akhir Januari 2020 turun menjadi 118,3 juta dolar AS di minggu ketiga februari 2020 meski membaik lagi di minggu keempat menjadi 205,4 juta dolar AS.
“Ekspor juga turun tapi penurunan impor lebih tinggi dari pada ekspor,” ucap Syarif.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana