tirto.id - Pakar Politik Charta Politika, Muslimin menilai Partai Gerindra berpeluang mempertahankan tetap dapat suara meski masuk ke dalam pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Saya kira Gerindra akan stabil meskipun Prabowo merapat ke pemenang, barangkali Presidium Alumni 212 dan kawan-kawan yang berada di persimpangan jalan. Sementara Gerindra kan udah kuat secara struktur, kultur dan instrumen partai. Enggak begitu signifikan kalau pun berkurang, palingan dari kalangan tertentu. Itu pun sedikit dan juga terbagi ke partai lainnya," kata dia kepada wartawan Tirto, Jumat (26/7/2019).
Ia juga mengatakan, perubahan sikap Prabowo dalam politik dinilai biasa terjadi. Terutama Prabowo menunjukan sikapnya yang mulai melunak ketika setuju untuk menyambangi rumah Ketum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Menurut dia, perubahan sikap Prabowo merupakan langkah strategis mengingat secara kekuatan dan sumber daya yang melemah, termasuk soliditas koalisi yang mulai retak.
"Kondisinya, mau nggak mau, untuk kepentingan jangka panjang, Prabowo harus menjaga keseimbangan, membangun komunikasi kembali dengan pihak pemenang," ujar dia.
Oleh karena itu, kata dia, daripada memaksakan kehendak untuk bertautan dengan simpatisan loyalis yang meminta Gerinda jadi oposisi, lebih baik setuju dengan elite untuk kepentingan yang bersifat strategis.
Ia juga menilai, Megawati dan Prabowo punya ikatan emosional, karena pernah maju sebagai Capres-Cawapres pada Pemilu 2009.
"Kalau kita berprasangka positif, bisa jdi itu ideologis. Maksudnya antar kedua kekuatan nasionalis PDI Perjuangan dan Gerindra mempertarungkan kembali ide besar untuk menjaga Pancasila, Bhineka tunggal Ika, NKRI, UUD 45, yang akhir-akhir ini dikepung oleh kekuatan-kekuatan gelap kontra Pancasila baik internal maupun eksternal. Paling tidak itu betul-betul menurunkan suhu panasnya tungku republik yang terbakar kemarin. Secara politik juga bisa terbangun simbiosis mutualisme," kata dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Zakki Amali