tirto.id - Indeks Harga Saham Gabungan diperdagangkan pada 5.149,49 poin setelah bergerak naik sebesar 12,68 poin atau 0,25 persen pada pembukaan perdagangan Selasa (10/3/2020) pagi dan diprediksikan berangsur-angsur menguat seiring sinyal positif dari pasar saham AS.
Sementara, kelompok saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 3,17 poin atau 0,39 persen menuju posisi 816,92 poin. Meski bayang-bayang dampak virus Corona masih ada, terdapat peluang untuk indeks saham Asia termasuk bursa saham Indonesia menguat pada hari ini.
Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah mengatakan kepada Antara, peluang tersebut muncul sebab indeks AS dari Dow Jones Index Future secara tentatif mengalami penguatan. Bursa saham AS, Wall Street, jatuh pada perdagangan Senin (9/3/2020) dengan indeks Dow Jones ditutup anjlok lebih dari 2.000 poin.
Di tengah kecemasan perang harga minyak dan perlambatan ekonomi dampak COVID-19, Indeks Dow Jones, S&P 500, dan indeks Komposit Nasdaq turun masing-masing sebesar 7,79 persen, 7,60 persen, dan 7,29 persen.
Dilansir dari Antara, ketiga indeks tersebut mencatat penurunan harian terburuk dalam beberapa tahun terakhir. Bursa saham regional Asia Selasa (10/3/2020) pagi antara lain indeks Nikkei di Bursa Efek Jepang (TSE) melemah 224,4 poin atau 1,14 persen menjadi diperdagangkan pada 19.474,4 poin.
Sebaliknya, indeks Hang Seng menguat 142,3 poin atau 0,57 persen ke posisi 25.182,8 persen dan indeks Straits Times menguat 38 poin atau 1,37 persen ke 2.820,37.
Perdagangan awal pekan ini, indeks telah anjlok hingga lebih dari 6 persen masih dipicu oleh kekhawatiran pasar global terkait penyebaran wabah Corona. Hal ini membuat IHSG melemah 361,73 poin atau 6,58 persen menjadi ditutup pada 5.136,81 poin Senin (9/3/2020) sore.
Sebaliknya, indeks LQ45 atau kelompok 45 saham unggulan bergerak naik 73,28 poin atau 8,26 persen menjadi 813,75.
Selain COVID-19, anjloknya harga minyak dunia juga menjadi katalis negatif bagi perjalanan indeks untuk mengalami kenaikan. Dilansir dari Antara, harga minyak dunia turun tajam disebabkan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) gagal menyepakati pemangkasan produksi dengan Rusia.
Pada perdagangan Senin (9/3/2020), seluruh sektor mengalami penurunan penjualan dengan sektor aneka industri anjlok sebesar minus 9,42 persen. Di bawahnya, terdapat sektor pertanian dan sektor industri dasar dengan masing-masing minus 7,92 persen dan minus 7,35 persen.
Dalam tiga tahun terakhir, IHSG anjlok pada level terendah. Bahkan, penurunan indeks pada level 5.136,81 poin menjadi penurunan harian terdalam pada 8,5 tahun terakhir ini.
Merespon hal tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengizinkan semua emiten atau perusahaan public melakukan pembelian kembali atau buyback saham tanpa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Ditulis dalam Antara, hal ini dilakukan sebagai upaya pemberian stimulus perekonomian dan mengurangi dampak pasar yang berfluktuasi.
Di sisi lain, perusahaan Manajer Investasi (MI) Eastspring Investments menilai bahwa kondisi ekonomi Indonesia masih cukup baik dibandingkan dengan negara lainnya dalam jangka panjang.
Melalui Antara, Eastspring juga menyebutkan kondisi makroekonomi Indonesia masih cukup kuat dan stabil meski geopolitik global sedang mengalami ketidakpastian.
“Komponen konsumsi domestik diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi ke depannya. Pada tahun 2020, ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh 5 persen serta laba perusahaan akan tumbuh 11,1 persen. Koreksi yang dalam akan memberikan kesempatan beli dan akumulasi yang baik,” tulis Eastspring.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Yantina Debora