tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan masih mewaspadai dampak Corona COVID-19 serta rontoknya harga minyak terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Hingga hari ini, kata dia, Kemenkeu bersama Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih menyiapkan mitigasi kebijakan jika kelesuan IHSG akibat wabah Corona terus berlanjut dan mengganggu fundamental pasar keuangan.
"Situasi dinamika yang berasal dari pasar keuangan global ini, tentu nanti akan menimbulkan aksi reaksi juga dari sisi policy. Dari kita kan tetap sama. Kami dengan Gubernur BI dan OJK akan terus mengawal dan melihat dinamika ini," tuturnya di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (9/3/2020).
Di samping itu, kata Sri Mulyani, pemerintah bersama BI dan OJK bakal memastikan kesehatan industri jasa keuangan, bank maupun non bank, dalam menghadapi gejolak yang sifatnya temporer maupun jangka panjang.
"Kalau dinamika atau volatilitasnya, ya, kalau memang dunia sedang bergejolak kan enggak bisa kita lakukan sesuatu yang totally tidak terkena. Namun yang bisa kita lakukan, mitigasi dampaknya seminimal mungkin," imbuhnya.
Hari ini, IHSG ditutup melemah 6,58 persen ke level 5136809 pada Senin, (9/3/2019) dan menjadi indeks dengan kinerja terburuk di Asia. Indeks Nikkei Tokyo, misalnya, hanya terkoreksi 5,07 persen sementara Indeks Hang Seng menurun 4,23 persen.
Di samping itu, Strait Times Index menunjukkan pelemahan sebesar 6,03 persen dn Indeks Sanghai (SSEC) sebesar 3,01 persen.
"Ini semuanya menggambarkan bahwa pasar keuangan dunia, mengalami apa yang disebut ketidakpastian dan mereka bereaksinya adalah melalui tadi, mencari instrumen yang dianggap aman," lanjut Sri Mulyani.
Lantaran itu lah, kata dia, investor mulai pindah haluan dair saham ke instrumen yang lebih aman yakni surat berharga negara.
Salah satunya adalah obligasi Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun. Makin diborong, yield atau imbal hasil obligasi negeri paman Sam itu justru makin menurun.
"Treasury sekarang AS 10 tahun, belum pernah terjadi yield-nya turun di bawah 1 persen, bahkan hanya 0,6 dan pagi tadi bisa di 0,3 bahkan. Ini adalah terendah di dalam sejarahnya mereka," ucap Sri Mulyani.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Hendra Friana